• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Penegakan Hukum

Dalam dokumen TEORI HUKUM DAN IMPLEMENTASINYA (Halaman 101-105)

91 2)UUD NRI

L. Teori Penegakan Hukum

Menurut teori Lawrence M Friedman, dalam rangka efektifitas penegakan hukum maka akan dibutuhkan tiga unsur pokok, yaitu:115

1. Subtansi dari hukum itu

Adalah berbicara tentang isi dari pada ketentuan-ketentuan tertulis dari hukum itu sendiri, unsur itu termasuk didalamnya mengenai peraturan yang kesemuanya mengatur tentang tingkah laku manusia dan menyangkut esensi dasar peraturan yang dibentuk tersebut. Bagaimana peraturan tersebut nantinya dapat disfungsikan untuk masyarakat luas, serta dampaknya apabila diaplikasikan dalam masyarakat.

2. Struktur penegakan hukum

Struktur berhubungan erat dengan aparat penegakan hukum, yaitu perangkat, berupa system tata kerja dan pelaksana dari ketentuan ketentuan yang diatur dalam subtansi hukum. Penegakan hukum akan terlaksana jika didukung aparat penegak hukum yang kompeten dibidangnya. Aparat penegak hukum mencangkup pengertian mengenai institusi penegakan hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum.

Dalam arti sempit, aparatur penegak hukum yang terlibat tegaknya hukum itu, dimulai dari saksi, polisi, penasihat hukum, jaksa hakim dan petugas petugas sipir pemasyarakatan. Setiap aparat dan aparatur terkait mencakup pula pihak pihak yang bersangkutan dengan tugas atau perannya yaitu terkait dengan kegiatan pelaporan atau pengaduan, penyelidikan dan penyidikan, penuntutan, pembuktian, penjatuhan vonis badan pemberian sanksi, serta upaya pemasyarakatan kembali terpidana.

Dalam proses bekerjanya aparat penegak hukum itu, terdapat 3 (tiga) elemen penting yang mempengaruhi yaitu:

4Institusi kerja yang terkait dengan aparatnya, termasuk mengenai kesejahteraan aparatnya, dan

4Perangkat peraturan yang mendukung baik kenerja kelembagaannya maupun yang mengatur materin hukum yang dijadikan standar kerja, baik hkum materiilnya maupun hukum acaranya.

115 Atmasasmita, 2001, Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia dan Penegakan Hukum,

96

4Upaya penegakan hukum secara sistematik haruslah memperhatikan ketiga aspek akan hukum dan keadilan itu sendiri secara internal dapat diwujudkan secara nyata.

3. Masalah kultur budaya

Adalah nilai dan sikap yang merupakan bagaian dari kehidupan masyarakat dimana system hukum diterapkan. Nilai dan sikap nantinya berfungsi sebagai penegak hukum yang ada. Sehingga untuk menciptakan suatu peraturan yang efektif, maka perlu memperhatikan unsur nilai dan sikap masyarakat dimana peraturan tersebut akan diaplikasikan.

Pemahaman kultur budaya menyangkut dua unsur yaitu:

XKultur budaya bagi penegak hukum itu sendiri yaitu sebagaimana sikap perilaku penegak hukum itu dalam penegakan hukum sehari hari berdasarkan aturan hukum secara profesional.

XKultur budaya masyarakat adalah bentuk pemahaman masyarakat dalam menyatakan sikap terhadap aturan-aturan hukum itu, hal ini berkaitan juga dengan psikologi masyarakat dalam lingkup dimana hukum tersebut berlaku. M.Teori Kewenangan

Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari atau yang diberikan oleh undang-undang yaitu kekuasaan legislatif dan kekuasaan eksekutif yaitu kekuasaan administratif. Sedangkan wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu tindakan hukum publik, misalnya wewenang menandatangani atau menerbitkan surat izin dari pejabat atas nama Menteri atau Kepala Daerah sehingga dalam hal ini terdapat pendelegasian wewenang. Jadi di dalam kewenangan terdapat wewenang- wewenang.

Istilah wewenang digunakan dalam bentuk kata benda, sering disejajarkan dengan istilah bevoegheid dalam istilah hukum Belanda. Menurut Phillipus M Hadjon jika dicermati istilah kewenangan ada sedikit perbedaan dengan istilah bevoegheid. Perbedaan tersebut terletak pada karakter hukumnya. Istilah bevoegheid digunakan dalam konsep hukum publik maupun konsep hukum privat. Dalam hukum kita istilah kewenangan atau wewenang seharusnya digunakan dalam konsep hukum publik. Ada perbedaan antara pengertian kewenangan (authority, gezag) dan wewenang (competence, bevoegheid).

Sebagaimana disebutkan di atas kewenangan yang diberikan oleh undang-undang atau legislatif dan kekuasaan eksekutif atau administratif. Karenanya merupakan kekuasaan dari segolongan orang tertentu atau kekuasaan terhadap sesuatu bidang atau urusan pemerintahan tertentu yang bulat. Sedangkan wewenang hanya mengenal suatu onderdeel (bagian) tertentu saja dari kewenangan. Wewenang merupakan lingkup tindakan hukum publik.

97

Dalam berbagai literatur dinyatakan bahwa kewenangan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan dapat diperoleh melalui tiga cara yakni atribusi, delegasi, dan mandat yang pengertiannya masing-masing adalah sebagai berikut:

™ Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat undang- undang kepada organ pemerintahan, dengan kata lain kewenangan atributif digariskan atau berasal dari adanya pembagian kekuasaan negara oleh undang-undang dasar. Istilah lain untuk kewenangan atributif menurut Lutfi Effendi adalah kewenangan asli atau kewenangan yang tidak dibagi-bagi kepada siapapun. Dalam kewenangan atributif pelaksanaannya dilakukan sendiri oleh pejabat atau badan tersebut dan tertera dalam peraturan dasarnya. Terhadap kewenangan atribut mengenai tanggung jawab dan tanggung gugatnya berada pada pejabat ataupun badan sebagaimana tertera dalam peraturan dasarnya.

™ Delegasi adalah pelimpahan wewenang dari satu organ pemerintahan kepada organ pemerintahan yang lain. Terhadap kewenangan delegatif, mengenai tanggung jawab dan tanggung gugatnya beralih kepada yang diberi limpahan wewenang tersebut (delegataris).

™ Mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas namanya. Kewenangan mandat merupakan kewenangan yang bersumber dari proses atau prosedur pelimpahan atau badan yang lebih tinggi kepada pejabat atau badan yang lebih rendah.

Benang merah dari ketiganya adalah bahwa suatu atribusi menunjuk pada kewenangan yang asli atas dasar konstitusi atau ketentuan hukum tata negara. Pada kewenangan delegasi harus ditegaskan pelimpahan wewenang kepada organ pemerintahan yang lain. Sedangkan pada kewenangan atas dasar mandat tidak terjadi pelimpahan apapun dalam artian pemberian wewenang akan tetapi pejabat yang diberi mandat bertindak atas nama pemberi mandat.

Kewenangan yang sah dapat pula dilihat dari segi batas kewenangan, dalam arti suatu kewenangan itu dibatasi oleh isi/materi, wilayah dan waktu. Cacat dalam aspek-aspek tersebut menimbulkan cacat kewenangan. Dengan demikian bila dilihat dari segi batas kewenangan maka terdapat:

( Kewenangan absolut, yakni kewenangan berdasar atas materi/isi dari wewenang yang dimaksud atau kewenangan tersebut tentang objek apa. ( Kewenangan relatif, yakni kewenangan berdasarkan atas wilayah hukum atau

lokasi dimana kewenangan tersebut dapat dilakukan secara operasional. ( Kewenangan temporis, yakni kewenangan berdasar atas waktu atau kapan

kewenangan tersebut dilakukan. Dalam kewenangan temporis ini akan terlihat masa berlakunya suatu kewenangan.

98

Menurut pendapat Kuntjoro Purbopranoto, bahwa ada pembatasan tindakan terhadap pejabat, yaitu :

S Tindakan pejabat tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang- undangan atau peraturan umum;

S Tidak boleh melawan hukum baik formil maupun materiil dalam arti luas; S Tidak boleh melampaui/menyelewengkan kewenangan menurut

kompetensinya.

Dalam hukum perusahaan, juga terdapat teori kewenangan yang membagi kewenangan direksi, antara lain:

й Kewenangan/kekuasaan kepemilikan adalah kewenangan direksi untuk mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan harta kekayaan/aset perusahaan, misalnya untuk mengalihkan atau menjaminkan harta kekayaan/aset perusahaan. Dalam menjalankan kewenangan ini direksi tidak memerlukan persetujuan komisaris maupun RUPS.

й Kewenangan/kekuasaan kepengurusan adalah kewenangan direksi untuk mengurus kegiatan perusahaan sehari-hari. Dalam menjalankan kewenangan ini, direksi tidak memerlukan persetujuan komisaris maupun RUPS.

99

Dalam dokumen TEORI HUKUM DAN IMPLEMENTASINYA (Halaman 101-105)