• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Manfaat Penelitian

2. Teori penerimaan teknologi

TAM (Tecnology Acceptance Model) tujuan dari teori ini merupakan untuk mengetahui perilakiu-perilaku yang terjadi. Teori TAM pertama kali dikenalkan oleh Fred Davis pada tahun 1986. Menurut Jogiyanto (2007: 111) Technology Acceptance Model (TAM) adalah salah satu teori tentang penggunaan sistem teknologi informasi yang dianggap sangat berpengaruh dan pada umumnya digunakan untuk menjelaskan penerimaan individual terhadap penggunaan sistem teknologi informasi. Tujuan dari teori ini adalah untuk menjelaskan suatu langkah dasar dari timbulnyan faktor eksternal pada kepercayaan

interen, sikap dan minat. Dalam TAM (Technology Acceptance Model) dikenal 5 konstruksi:

a. Persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use), diartikan sejauh mana seseorang percaya akan penggunaan teknologi dengan usaha yang sedikit.

b. Persepsi kegunaan (perceived usefullnes), diartikan sejauh mana seseorang percaya penggunaan teknologi akan meningkatkan kinerja dirinya.

c. Sikap terhadap penggunaan teknologi (attitude toward using), diartikan sebagai evaluasi pemakai dalam ketertarikannya dalam penggunaan suatu teknologi.

d. Minat perilaku (behavioural intention), diartikan sebagai minat seseorang dalam melakukan perilaku tertentu.

e. Perilaku (Behaviour), suatu tindaklanjut dari minat dimana sudah dilakukan dengan tindakan nyata dalam menggunakan teknologi. 3. Computer Anxiety

a. Pengertian Computer Anxiety

Ada banyak definisi dan dari computer anxiety yang dikemukakan para ahli, namun semuanya mengacu pada kombinasi yang kompleks mengenai emosional negatif yang mencakup kekhawatiran, ketakutan, kecemasan dan agitasi. Saade & Kira (2009: 87) mengemukakan computer anxiety berkaitan dengan kegagalan masa lalu dan keberhasilan saat ini, berkaitan dengan perangkat keras atau

perangkat lunak, dan tugas-tugas yang sedang diupayakan, termasuk penggunaan aplikasi komputer baru. Saade dan Kira (2009: 179) mendefinisikan Computer anxiety sebagai kecenderungan seseorang untuk mengalami tingkat kegelisahan atas penggunaan yang akan datang dari sebuah komputer. Howard dan Smith (dalam Saade dan Kira, 2009: 179) mendefinisikan computer anxiety “sebagai kecenderungan seseorang untuk mengalami tingkat kegelisahan atas penggunaan yang akan datang dari sebuah komputer.” Sedangkan menurut Emmons (2003: 12) computer anxiety juga dapat didefinisikan sebagai “kegelisahan penggunaan komputer dan kegelisahan mengenai dampak negatif dari penggunaan komputer terhadap masyarakat.” Fenomena seperti ini kemudian mendorong para peneliti mulai melakukan kajian-kajian mengenai kecemasan berkomputer. Munculnya fenomena ini membuat para peneliti mulai menguji mengenai kecemasan berkomputer. Bandura (2006: 84) menyatakan bahwa “individu yang mempunyai perasaan anxiety yang tinggi menunjukkan kurangnya kemampuan diri.” Apabila individu merasa cemas/anxiety dalam penggunaan komputer, maka dirinya memiliki alasan untuk merasa cemas sehingga menunjukkan self efficacy yang rendah. Sementara itu, Bryant (2009) mengemukakan bahwa computer anxiety adalah respon emotional yang umum terhadap komputer yang dicirikan dengan ketakutan yang diperlihatkan oleh banyak orang.

Seseorang yang menggunakan komputer sering merasa takut terhdap kemampuan komputer yang tidak dapat diprediksi olehnya.

Dari definisi-definisi computer anxiety diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa computer anxiety adalah sifat individu yang mengalami kegelisahan dan kecemasan terhadap adanya komputer yang berpengaruh terhadap kemampuan komputasi seseorang. Anxiety biasanya muncul ketika seseorang mempelajari sesuatu hal yang baru, hal ini termasuk dalam hal menggunakan software yang merupakan bagian dari komputer.

b. Cara Menghilangkan Computer Anxiety

Computer anxiety dalam diri seseorang dapat diatasi atau dihilangkan (Comer dan Gelissler, 1998: 71-72). Sementara menurut Jay (2001: 46) computer anxiety yang dialami seseorang dapat diatasi dengan cara ”mengikuti pelatihan komputer dan banyak berlatih secara mandiri,” Semakin sering berlatih, maka kecemasan yang dialami seseorang dalam berkomputer akan semakin berkurang. Hal itu sangat efektif karena dengan berlatih secara mendiri seseorang akan bisa mengatasi kecemasannya dengan kemampuan dirinya sendiri.

Adapun cara menghilangkan computer anxiety secara lebih jelasnya dikemukakan oleh Comer dan Gelissler (1998: 71-72) dengan empat cara sebagai berikut:

1) Mengurangi computer anxiety dengan meningkatkan pelatihan berbasis komputer.

Menurut Comer dan Gelissler (1998: 71) salah satu cara untuk menghilangkan computer anxiety adalah dengan ”melakukan latihan dan belajar berbasis komputer.” Pendidikan serta latihan dapat mendorong seseorang menghabiskan lebih banyak waktu untuk latihan berbasis komputer, sehingga lama kelamaan akan mengurangi computer anxiety. Hal senada dikemukakan Saade dan Kira (2009: 12) bahwa salah satu cara mengurangi computer anxiety dalam diri seseorang adalah dengan mengikutio pelatihan komputer baik yang diselanggarakan oleh lembaga-lembaga pendidikan maupun lembaga pelatihan. Pendididkan dan pelatihan ini dapat bersifat formal maupun informal. Pelatihan formal biasanya dilakukan oleh lembaga-lembaga pelatihan resmi. Sementara informal dapat dilakukan dengan bantuan seorang teman, biasanya ini lebih menyenangkan sehingga computer anxiety yang ada dalam diri seseorang semakin lama semakin berkurang.

2) Mengurangi computer anxiety dengan meningkatkan kompetensi komputer.

Menurut Doyle (2005: 23) bahwa computer anxiety dalam diri seseorang dapat diatasi dengan cara “membiasakan diri menggunakan perangkat program komputer yang kurang diminati.” Hal senada dikemukakan oleh Ayersman (1996: 54) bahwa computer anxiety dapat diatasi dengan cara “meningkatkan

kompetensi pengguaan berbagai perangkat lunak komputer.” Kebiasaan menggunakan berbagai aplikasi software secara tidak langsung mendorong seseorang menjadi terbiasa dengan komputer sehingga computer anxiety dalam diri seseorang semakin berkurang.

Sementara menurut Anderson (1996: 72) bahwa computer anxiety dapat diatasi dengan “mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan aplikasi program tertentu meskipun tidak diminati.” Menurutnya, seseorang yang telah terbiasa mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan aplikasi program komputer, dapat menambah rasa percaya diri sehingga ketakutan menggunakan suatu program komputer semakin berkurang.

3) Mengurangi computer anxiety dengan meningkatkan kepercayaan komputer

Menurut Comer dan Gelissler (1998: 71) computer anxiety dapat diatasi dengan “meningkatkan kepercayaan terhadap komputer.” Hal yang dilakukan adalah melakukan latihan dengan berbasis komputer.” Hal ini bisa dicapai dengan kepercayaan serta dapat dukungan keluarga, pelatih, rekan, dan kolega untuk membatu menghilangkan rasa cemas terhadap komputer tersebut. Sementara menurut Bromme dan Havelka (2009: 12) computer anxiety salah satunya dapat diatasi dengan meningkatkan kepercayaan komputer bahwa “komputer dapat membantu

seseorang untuk mengerjakan tugas-tugas secara lebih cepat dan lebih baik.” Seseorang yang memahami manfaat dari penggunaan komputer, dapat meningkatkan kepercayaan dirinya terhadap komputer. Semakin tinggi kesadaran seseorang mengenai manfaat penggunaan komputer, maka kepercayaan dirinya terhadap komputer semakin tinggi.

4) Mengurangi computer anxiety dengan meningkatkan persepsi komputer

Menurut Comer dan Gelissler (1998: 71) “persepsi terhadap komputer merupakan salah satu cara untuk mengatasi computer anxiety.” Hal senada dikemukakan oleh Brosnan (1999: 230) “perspsi seseorang mengenai komputer dapat mengurangi computer anxiety dalam diri seseorang. Persepsi yang positif dapat mengubah rasa takut terhadap penggunaan komputer menjadi positif. Menurut Chau et al (1999: 67) computer anxiety dalam diri seseorang muncul karena adanya persepsi negatif mengenai penggunaan komputer. Kemampuan seseorang mengubah persepsi negatif menjadi positif pada dirinya dapat membantu seseorang mengurangi computer anxiety pada dirinya.

Berdasarkan uraian tersebut bahwa kecemasan berkomputer dapat dihilangkan dengan cara seperti meningkatkan pelatihan berbasis komputer, meningkatkan kompetensi komputer, meningkatkan kepercayaan terhadap penggunaan komputer, dan

meningkatkan persepsi yang positif terhadap komputer. Dengan computer anxiety yang rendah, seseorang tentu akan lebih berminat menggunakan komputer termasuk menggunakan software yang ada dikomputer.

c. Aspek-aspek Computer Anxiety

Terdapat beberapa aspek yang dapat menilai computer anxiety. Banyak para ahli yang memberikan penjelasan mengenai aspek-aspek computer anxiety. Namun penjelasan para ahli berbeda tergantung dari sudut pandangnya masing-masing. Heinsen, et al (1987: 1) dalam Dinar (2012) merupakan salah satu ahli yang mengemukakan computer anxiety memiliki dua aspek, yaitu:

1) Fear

Menurut Heinssen, et al (1987: 1) dalam Dinar (2012) rasa takut merupakan “salah satu gejala adanya gangguan emosional dalam diri seseorang. Rasa takut dapat timbul karena adanya suatu ancaman yang datang dari luar diri seseorang.” Kaplan dan Sadock (1997: 3) mengartikan rasa takut sebagai “respon dari suatu ancaman yang asalnya diketahui, eksternal jelas, atau bukan bersifat konflik.” Menurut Orr (2000: 34) dalam Dinar (2012) “seseorang yang merasa takut dengan adanya komputer karena dirinya belum banyak menguasi teknologi komputer.” Akibat dari keterbatasan seseorang dalam penguasaan teknologi komputer,

dirinya belum mampu mendapatkan manfaat dengan adanya kehadiran teknologi komputer.

Menurut Rifa dan Gudono (1999: 1) kecemasan berkomputer “dapat menimbulkan rasa takut pada diri seseorang.” Rasa takut itu timbul karena seseorang belum banyak menguasai teknologi komputer sehingga dirinya belum bisa merasakan manfaat dari teknologi komputer tersebut. Sedangkan menurut Brosnan (1999: 56) rasa takut berkomputer merupakan “sikap atau perasaan tidak tenang dan nyaman yang dialami seseorang berkaitan dengan komputer.” Rasa takut ini muncul dikarenakan seseorang tidak memiliki pengetahuan yang cukup dalam mengoprasikan komputer sesuai dengan kepentingannya. Dengan adanya rasa takut yang ditimbulkan terhadap komputer, hal ini bisa menjadi penyebabkan menurunnya minat menggunakan software akuntansi.

2) Anticipation

Menurut Heinssen, et al (1987: 1) dalam Dinar Widyo Utomo (2012) “antisipasi merupakan salah satu sikap dalam mengatasi kecemasan yang ada dalam diri seseorang.” Orr (2000: 7) dalam Dinar Widyo Utomo (2012) mengemukakan bahwa antisipasi merupakan “salah satu cara untuk mengatasi kecemasan yang muncul dalam diri seseorang.” Menurut Yang (1996: 60) antisipasi merupkan “cara yang ditempuh seseorang dalam

mengatasi keterbatasan berkomputer misalnya dengan cara membaca buku, belajar kepada teman, atau mengikuti pelatihan.” Sedangkan menurut Igbaria dan Parasuraman (1989: 68) antisipasi merupakan “salah satu cara untuk dapat keluar dari kecemasan berkomputer ketika sedang meneyelesaikan tugas-tugas penting.” Hal ini memperlihatkan bahwa antisipasi atau anticipaton merupakan reaksi atau respon positif dari diri seseorang untuk keluar dari kecemasan berkomputer. Antisipasi yang baik, akan meningkatkan sikap berkomputer yang positif pada diri seseorang. Sebaliknya, antisipasi yang rendah akan berdampak negatif pada sikap berkomputer seseorang Orr (2000: 9) dalam Dinar (2012). Berdasarkan uraian tersebet, dapat dijelaskan mengenai aspek-aspek yang terdapat pada computer anxiety, yakni fear (ketakutan) dan anticipation (antisipasi). Kecemasan berkomputer dilihat dari aspek ketakutan merupakan pengaruh negatif dalam diri seseorang yang ditunjukan dengan rasa takut setiap kali dihadapkan dengan komputer. Aspek ini bisa mempengaruhi minat seseorang untuk menggunakan software akuntansi, dikarenakan software akuntansi bagian dari komputer. Sementara kecemasan berkomputer dilihat dari aspek antisipasi merupakan langkah antisipatif yang dilakukan oleh seseorang dalam belajar atau menggunakan komputer. Dengan adanya langkah antisipatif yang dilakukan oleh seseorang maka akan mempermudah dalam

memahami komputer. Apabila seseorang dapat memahami komputer dengan baik, hal ini dapat meningkatkan minat seseorang dalam menggunakan software akuntansi. Kedua aspek tersebut mengindikasikan bahwa kecemasan berkomputer dapat dipengaruhi oleh dua aspek yang memberikan pengaruh yang berbeda dalam diri seseorang apabila berhadapan dengan komputer. Dari penjelasan diatas indikator dari variabel computer anxiety untuk penelitian ini adalah fear atau ketakutan terhadap komputer, dan antisipation atau antisipasi yakni yang berkaitan dengan cara mengatasi kegelisahan terhadap komputer.

Dokumen terkait