• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Landasan Teori

3. Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan dapat diartikan sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak yang melakukan perdagangan. Sedangkan pengertian perdagangan internasional adalah arus tukar menukar antar komoditi dan antar negara yang melintasi batas-batas wilayah negara, dan yang menjadi dasar ekonominya adalah suatu kenyataan bahwa setiap negara berbeda-beda, baik dalam persediaan sumberdaya, kelembagaan ekonomi, sosial maupun kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang (Boediono,1983:10). Pendekatan teoritis perdagangan internasional dapat menjelaskan arah serta komposisi perdagangan antara beberapa negara serta efeknya terhadap struktur perekonomian suatu negara. Teori perdagangan internasional juga dapat menunjukkan adanya keuntungan yang timbul dari adanya perdagangan internasional.

a. Teori Praklasik Merkantilisme

Merkantilisme pada intinya merupakan suatu aliran ekonomi yang tumbuh dan berkembang pada abad ke-16 dan 17 di Eropa Barat. Ide pokok kaum Merkantilisme dalam perdagangan internasional adalah pemupukan logam mulia dan hasrat yang kuat untuk mencapai dan mempertahankan kelebihan nilai ekspor atas nilai impornya. Hal ini dilakukan untuk mencapai neraca perdagangan yang surplus. Kebijakan perdagangan yang dijalankan untuk mencapai tujuan tersebut adalah mendorong ekspor sebesar-besarnya kecuali logam mulia dan melarang atau membatasi impor dengan ketat kecuali logam mulia. Ide ini

menunjukkan bahwa kaum merkantilisme menyarankan agar pemerintah mengatur perdagangan internasional secara ketat demi tercapainya negara nasional yang kuat dan makmur (Hamdy Hadi,2001:24).

b. Teori Klasik

Teori Klasik muncul ketika adanya kritik David Hume atas teori Praklasik Merkantilisme yang menyatakan bahwa perubahan dari negara yang kaya menjadi negara yang miskin merupakan mekanisme otomatis, karena menganggap logam mulia identik dengan kekayaan. Teori Klasik dimotori oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul “An Inquiry Into The Nature and Causes of The Wealth of Nation (1776)” yang menyatakan bahwa suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasioanl (gains from trade) dan meningkatkan kemakmurannya bila terdapat perdagangan bebas (free trade) dan melakukan spesialisasi berdasarkan keunggulan absolut (absolut advantage) yang dimiliki.

Perdagangan internasional akan terjadi dan menguntungkan kedua negara bila masing-masing negara memiliki keunggulan absolut yang berbeda. Dengan demikian, bila hanya terdapat satu negara saja yang memiliki keunggulan absolut, maka tidak akan terjadi perdagangan internasional yang menguntungkan. Hal ini merupakan kelemahan teori Adam Smith yang kemudian disempurnakan oleh David Ricardo dengan teori keunggulan komparatif (comparative advantage). Teori ini menyatakan bahwa sebaiknya suatu negara melakukan spesialisasi dan mengekspor barang-barang yang mana negara tersebut akan memperoleh

keuntungan jika mengekspor barang-barang yang produksinya relatif lebih rendah dibanding negara lain. Dengan kata lain produktivitas relatif yang dimiliki oleh suatu negara tersebut dalam memproduksi barang- barang yang diekspor adalah yang tertinggi.

Kelemahan teori Klasik adalah tidak dapat menjelaskan mengapa terjadi perbedaan harga untuk barang sejenis walaupun fungsi faktor produksi sama di kedua negara. Adanya kelemahan teori ini telah disempurnakan oleh teori Modern dari Heckscher-Ohlin atau teori H-O (Hamdy Hadi,2001:27-38).

c. Teori Modern

Teori Modern yang dikembangkan oleh Heckscher-Ohlin (Teori H-O) menyatakan bahwa perdagangan internasional terutama digerakkan oleh perbedaan karunia sumber daya antar negara. Suatu negara cenderung untuk mengekspor barang yang menggunakan lebih banyak faktor produksi yang relatif melimpah di negara tersebut (factor endowment) dan dalam waktu yang sama negara tersebut juga akan mengimpor barang yang menggunakan faktor produksi yang relatif langka di negara tersebut. Secara umum model H-O tersebut menunjukkan adanya keuntungan dari perdagangan terutama bertumpu pada keuntungan statis yang berasal dari alokasi sumber daya yang efisien. Sedangkan kemungkinan diperolehnya keuntungan dinamis dari perdagangan kurang mendapat perhatian (Salvatore,1997:129). Adanya kelemahan dari teori H-O disempurnakan oleh teori perdagangan baru tanpa menanggalkan secara seutuhnya dari asumsi teori H-O.

d. Keunggulan Kompetitif (Competitive advantage)

Teori keunggulan komparatif yang dikemukakan oleh Michael E. Porter pada tahun 1990 dalam tulisannya yang berjudul “The Competitif Advantage of Nations”. Dalam teori ini dikemukakan tentang tidak adanya korelasi langsung antara dua faktor produksi yaitu SDA yang tinggi dan SDM yang murah yang dimiliki oleh suatu negara untuk dimanfaatkan menjadi keunggulan daya saing dalam perdagangan.

Menurut M. Porter, dalam era globalisasi seperti sekarang ini, suatu negara yang memiliki keunggulan kompetitif dapat bersaing di pasar internasional apabila memiliki faktor penentu, yaitu sebagai berikut: 1).Kondisi faktor produksi

2).Kondisi permintaan

3).Eksistensi industri pendukung

4).Kondisi persaingan strategi dan struktur perusahaan dalam negeri Selain itu, kemampuan daya saing suatu negara ditentukan pula oleh besarnya campur tangan pemerintah dalam perekonomian, yang dianggap merupakan kunci sukses pengembangan industri di dalam negeri (Hendra Halwani dan Priyono T.,1999:169).

e. Teori Perdagangan Intra Industri

Perdagangan intra industri didefinisikan sebagai ekspor dan impor produk dari suatu industri yang sama secara simultan. Kegagalan teori Heckscher-Ohlin mendorong para ekonom mengembangkan penjelasan alternatif dari perdagangan internasional; yaitu teori perdagangan intra industri dengan menghilangkan asumsi constant return to scale dari teori

Heckscher-Ohlin. Secara garis besar, teori ini dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu produk homogen dan produk beragam (diversified products). Untuk kelompok pertama, berlaku kaidah persaingan sebagaimana lazimnya, tetapi tidak demikian untuk kelompok kedua. Untuk produk yang beragam dicirikan oleh menonjolnya peranan merk untuk membedakan satu barang dengan barang lain yang sejenis, suatu rancangan produk hanya diproduksi oleh satu jenis perusahaan. Sehingga, hal ini memungkinkan terjadinya increasing return to scale. Konsumen menilai produk-produk yang dihasilkan sebagai produk sejenis, tetapi bukan merupakan pengganti sepenuhnya (perfect substitute) satu sama lain.

Timbulnya perdagangan intra industri didasari oleh pertimbangan untuk memperoleh keuntungan dari skala ekonomis dalam produksi suatu produk. Persaingan mendorong masing-masing perusahaan di negara- negara industri untuk memproduksi hanya satu atau paling tidak sedikit macam dan corak dari produk yang sama untuk mempertahankan agar biaya per unit menjadi rendah. Dengan sedikit variasi, maka penggunaan sumberdaya lebih terspesialisasi, sehingga produktivitas meningkat. Negara tersebut akan mengimpor variasi dan bentuk lain dari negara lainnya. Perdagangan intra industri akan menguntungkan konsumen karena mempunyai pilihan yang lebih luas untuk produk-produk yang lebih beragam dan tersedia pada harga yang lebih rendah sebagai hasil dari skala ekonomi dalam produksi (Salvatore,1997:185-201).

f. Teori Permintaan dan Penawaran dalam Perdagangan Internasional Sisi permintaan dalam perdagangan tidak dapat dipisahkan dari sisi penawaran. Secara teoritis suatu negara akan melakukan ekspor apabila produksi dalam negeri melebihi konsumsi dalam negeri, sehingga produsen mempunyai peluang untuk memasarkan barangnya ke luar negeri. Dan suatu negara akan melakukan impor apabila produksi dalam negeri tidak bisa memenuhi permintaan dalam negeri. Di dalam mekanisme pasar, kedua sisi ini bersama-sama menentukan kuantitas barang yang akan dibeli dan dijual maupun harga relatif mereka. Interaksi antara permintaan dan penawaran dalam perdagangan internasional maupun dalam pasar domestik terjadi secara serempak

Sisi permintaan dari setiap pasar ditentukan oleh selera dan penghasilan para konsumen akhir. Hal ini akan menghambat bagaimana kuantitas barang yang diminta akan bereaksi terhadap perubahan- perubahan dalam harga. Untuk dapat melukiskan keuntungan dan pengaruh dari perdagangan maka perlu diketahui dimana harga internasional itu ditetapkan.

Panel B Hubungan Perdagangan Internasional dalam Komoditi X Panel A Pasar di Negara 1 untuk Komoditi X Panel C Pasar di Negara 2 untuk Komoditi X S A” A* D B* E* Px/Py 0 X 0 X Px/Py P3 P1 P2 Sx A Dx E B Ekspor Sx A’ P3 Dx E’ B’ Px/Py 0 X Impor

Gambar 2.1 Efek Perdagangan Terhadap Produksi, Konsumsi dan Harga

Jika perdagangan internasional tidak dimungkinkan karena sesuatu hal, maka negara lokal maupun negara asing akan menetapkan harga yang berbeda-beda untuk suatu komoditi. Tetapi dengan adanya perdagangan internasional, orang akan lebih mudah dibebaskan dari keharusan untuk menyeimbangkan permintaan dan penawaran di dalam negaranya masing-masing. Harga yang terjadi adalah harga keseimbangan di pasar dunia. Pada tingkat harga ini negara 1 akan menawarkan komoditinya pada negara lain atau ekspor. Sebaliknya negara 2, pada tingkat harga keseimbangan produksi dalam negeri adalah lebih kecil dari permintaannya. Untuk memenuhi permintaan dalam negeri, negara 2 akan mengimpor komoditi dari negara 1.

Perdagangan internasional akan menguntungkan, karena konsumen di negara lokal bisa membeli dengan harga lebih rendah dan produsen di negara asing bisa menjual pada harga lebih tinggi. Hal ini timbul karena adanya perbedaan harga diberbagai negara. Perbedaan harga disebabkan oleh perbedaan biaya produksi, yang terdiri dari upah, biaya modal, sewa, biaya bahan baku dan penolong, efisiensi produksi dan lain-lain (Lindert,1994:46-49).

Dokumen terkait