• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

2.3 Teori Perencanaan Pembangunan

Tjokroamidjojo (1996) mengemukakan pengertian perencanaan pembangunan sebagai suatu pengerahan penggunaan sumber-sumber pembangunan (termasuk sumber-sumber ekonomi) yang terbatas adanya, untuk mencapai tujuan-tujuan dan keadaan sosial ekonomi yang lebih baik secara lebih efisien dan efektif.

Sedangkan Waterson sebagaimana dikutip Tjokroamidjojo (1996) mengemukakan bahwa Perencanaan pembangunan adalah melihat ke depan dengan mengambil pilihan berbagai altematif dari kegiatan untuk mencapai tujuan masa depan tersebut dengan terus mengikuti agar supaya pelaksanaannya tidak menyimpang dari tujuan.

Pandangan lain yang lebih condong ke aspek ekonomis dikemukakan oleh Soegijoko et.al. (1997) bahwa pada dasarnya proses pembangunan merupakan perumusan kebijaksanaan-kebijaksanaan, usaha pemupukan modal dan penyusunan program investasi di berbagai sektor dengan mempertimbangkan aspek-aspek regional, pengembangan dan pembinaan institusional.

Dari beberapa pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembangunan merupakan suatu proses penetapan rencana-rencana pelaksanaan pembangunan yang lebih obyektif yang memuat strategi dasar, perkiraan sumber-sumber pembangunan dan pelaksanaan pembangunan itu sendiri.

Sejalan dengan hal tersebut Abe (2002) mengemukakan bahwa perencanaan pembangunan daerah merupakan pergulatan daerah untuk merumuskan apa yang dibutuhkan dan apa yang menjadi cita-cita masyarakatnya, yang dipadukan dengan ketersediaan sumberdaya atau potensi yang dimiliki daerah. Perencanaan pembangunan daerah dengan sendirinya bukan sebagai penjabaran perencanaan nasional, melainkan konsep yang secara ideal dikembangkan dari aspirasi lokal, melalui proses yang partisipatif.

Dalam bahasannya Conyers (1994), menjelaskan bahwa konsep perencanaan memiliki tiga pengertian khusus yakni: Pertama, perencanaan lebih melibatkan banyak hal daripada sekedar membuat suatu dokumen rencana. Ini tidak dimaksudkan untuk mengatakan bahwa dokumen perencanaan sebagai hal yang tidak berguna. Maksudnya adalah rencana seharusnya dianggap sebagai alat pelengkap dan bukan sekedar hasil akhir suatu kerja perencana. Selain itu, persiapan yang dibuat janganlah dianggap hanya sebagai satu-satunya kegiatan para perencana dan bahkan mungkin dianggap sebagai satu-satunya bentuk kegiatan mereka yang paling penting. Kedua, perencanaan dianggap sebagai suatu proses yang berlangsung secara terus-menerus, bukan sekedar sesuatu yang dikerjakan sesekali saja. Ketiga, konsep perencanaan ini memiliki implikasi penting yang bertalian dengan konsep dan peran si perencana (planner). Seorang perencana haruslah bekerja erat dengan orang-orang lain yang terlibat dalam keseluruhan proses pembangunan, termasuk di dalamnya politisi, administrator dan masyarakat pada umumnya.

39

Abe (2002) mendefinisikan perencanaan pembangunan daerah sebagai proses penyusunan langkah-langkah yang akan diselenggarakan oleh pemerintah daerah, dalam rangka menjawab kebutuhan masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan pembangunan daerah menurut Syahroni (2002) adalah suatu usaha yang sistematik dari berbagai pelaku (aktor), secara terus menerus menganalisis kondisi, merumuskan tujuan, kebijakan, menyusun konsep strategi, menggunakan sumber daya yang tersedia, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah secara berkelanjutan. Kuncoro (2004) mengemukakan perencanaan pembangunan daerah bukanlah perencanaan dari suatu daerah, tetapi perencanaan untuk suatu daerah.

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembangunan daerah merupakan proses penyusunan langkah-langkah yang akan diselenggaraknn oleh pemerintah daerah, dalam rangka menjawab kebutuhan masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu menyerasikan dan menyelaraskan keinginan dari berbagai komponen masyarakat di daerah yang bersangkutan.

2.3.1 Unsur Pokok Dalam Perencanaan Pembangunan

Menurut Abe (2002), ada beberapa hal penting yang termuat dalam rumusan perencanaan, yaitu : gambaran mengenai situasi dan kondisi, serta kebutuhan dari masyarakat, tujuan dan target yang hendak dicapai, daya

dukung dan sumber daya yang dimiliki, detail langkah-langkah yang akan dilakukan dan anggaran. Dapat pula rumusan perencanaan dilengkapi dengan data mengenai siapa yang harus bertanggung jawab dalam suatu langkah, kendala-kendala dan upaya yang akan dilakukan (harus dilakukan) untuk mengatasi kendala tersebut.

Sedangkan Soekartawi (1990) mengemukakan bahwa dalam suatu perencanaan pembangunan terdapat beberapa unsur pokok yang secara garis besar mencakup hal-hal sebagai berikut :

a. Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar, sering juga disebut sebagai tujuan, arah dan prioritas pembangunan;

b. Adanya kerangka rencana, seringkali disebut kerangka makro rencana;

c. Perkiraan sumber-sumber pembangunan khususnya sumber-sumber pembiyaan pembangunan. Sumber-sumber pembiyaan pembangunan ini merupakan keterbatasan dalam usaha pembangunan, karena itu sangat perlu diperkirakan secara seksama;

d. Uraian tentang kerangka kebijaksanaan yang konsisten. Berbagai kebijaksanaan harus dirumuskan dan kemudian dilaksanakan. Satu sama lain kebijakan tersebut harus serasi dan konsisten, terlebih lagi yang menyangkut kebijakan tenatang fiskal dan penganggaran; e. Program investasi. Program investasi ini dilakukan secara sektoral,

misalnya di bidang pertanian, industri, pertambangan, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya. Penyusunan program ini secara

41

sektoral dilakukan berdasarkan suatu rencana yang bersifat lebih operasional;

f. Administrasi negara yang dipergunakan untuk mendukung perencanaan dan pelaksanaannya. Penyempurnaan administrasi negara dan pembinaan sistem administrasi untuk mendukung perencanaan dan pelaksanaan pembangunan perlu direncanakan sebagai kegiatan integral dari rencana pembangunan itu sendiri, termasuk pula didalamnya penelaahan terhadap mekanisme dan kelembagaan pelaksanaan pembangunan.

2.3.2 Tahap-Tahap Perencanaan Pembangunan

Menurut Abe (2005), perencanaan pembangunan mempunyai tahapan-tahapan antara lain: penyelidikan, perumusan permasalahan, menentukan tujuan dan target, mengidentifikasi sumberdaya (daya dukung), merumuskan rencana kerja. dan menentukan anggaran (budget) yang hendak digunakan dalam realisasi rencana. Dapat dilihat dalam Gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1

Langkah-langkah Perencanaan Partisipatif

Langkah-langkah di atas, dapat diuraikan secara rinci sebagai berikut:

1. Penyelidikan adalah sebuah proses untuk mengetahui, menggali dan mengumpulkan persoalan-persoalan bersifat lokal yang berkembang di masyarakat.

2. Perumusan masalah, merupakan tahap lanjut dari proses penyelidikan. Data atau informasi yang telah dikumpulkan diolah sedemikian rupa sehingga diperoleh gambaran yang lebih lengkap, utuh dan mendalam.

3. Identifikasi daya dukung, dalam hal ini daya dukung diartikan sebagai dana konkrit (uang) melainkan keseluruhan aspek yang bisa memungkinkan target yang telah ditetapkan.

4. Rumusan Tujuan, dimana tujuan adalah kondisi yang hendak dicapai, sesuatu keadaan yang diinginkan (diharapkan), dan karena itu dilakukan sejumlah upaya untuk mencapainya.

5. Langkah rinci, dimana penetapan langkah-langkah adalah proses penyusunan apa saja yang akan dilakukan. Proses ini merupakan proses membuat rumusan yang lebih utuh, perencanaan dalam sebuah rencana tindak.

43

6. Merancang anggaran, disini bukan berarti mengahitung uang, melainkan suatu usaha untuk menyusun alokasi anggaran atau sumber daya yang tersedia.

Sedangkan Blakely dalam Arsyad (2004) menyatakan bahwa salah satu tahap yang sangat penting dalam perencanaan adalah pengumpulan dan analisis data. Hal ini sangat logis karena data merupakan input yang sangat penting dan sangat mempengaruhi output yang dihasilkan. Jika kualitas inputnya jelek, maka pasti jelek pula outputnya. Jika kualitas inputnya baik, maka outputnya tergantung prosesnya.

Sedangkan Tjokroamidjojo (1994) mengemukakan tahap-tahap dalam suatu proses perencanaan adalah sebagai berikut :

1. Penyusunan rencana yang terdiri dari: (1) Tinjauan keadaan, merupakan kegiatan berupa tinjauan sebelum memulai suatu rencana atau tinjauan terhadap pelaksanaan rencana sebelumnya; (2) Forecasting (peramalan), yaitu merupakan perkiraan keadaan masa yang akan datang; (3) Penetapan tujuan dan pemilihan cara-cara pencapaian tujuan tersebut; (4) ldentifikasi kebijaksanaan dan/atau kegiatan usahu yang perlu dilakukan dalam rencana; (5) Persetujuan Rencana.

2. Penyusunan program rencana

Merupakan tahap perumusan yang lebih terperinci mengenai tujuan-tujuan atau sasaran, suatu perincian jadwal kegiatan, jumlah dan jadwal pembiayaan serta penentuan lembaga mana yang akan melakukan program-program pembangunan tersebut.

3. Pelaksanaan rencana

Dalam tahap ini merupakan tahap untuk melaksanakan rencana dimana perlu dipertimbangkan juga kegiatan-kegiatan pemeliharaan. Kebijaksanaan-kebijaksanaanpun perlu diikuti implikasi pelaksanaannya, bahkan secara terus-menerus perlu untuk dilakukan penyesuaian-penyesuaian.

4. Pengawasan

Diperlukan suatu sistem monitoring dengan pelaporan dan feedback daripada pelaksanaan rencana.

5. Evaluasi

Tahap ini dilakukan sebagai pendukung tahap penyusunan rencana yaitu evaluasi tentang situasi sebelum rencana dimulai dan evaluasi tentang pelaksanaan rencana sebelumnya.

Dokumen terkait