2.2 Kajian Teori
2.2.2 Teori Portofolio
Portofolio didefinisikan sebagai rangkaian kombinasi beberapa asset yang
diinvestasikan dan dimiliki oleh pemodal, baik individu maupun institusi.
(Jogiyanto, 2013: 194). Pembentukan portofolio merupakan tahap pengelolaan
portofolio. Manajemen portofolio adalah proses yang dilakukan oleh investor untuk
menginvestasikan uangnya ke dalam bentuk portofolio.
Harry M. Markowitz mengembangkan suatu teori pada dekade 1950- an
yang disebut dengan Teori Portofolio Markowitz. Teori Markowitz menggunakan
beberapa pengukuran statistik dasar untuk mengembangkan suatu rencana
portofolio, diantaranya expected return, standar deviasi baik sekuritas maupun
portofolio, dan korelasi antar return. Teori ini memformulasikan keberadaan unsur
return dan risiko dalam suatu investasi, dimana unsur risiko dapat diminimalisir
melalui diversifikasi dan mengkombinasikan berbagai instrumen investasi kedalam
portofolio. Pada tahun 1952 teori tersebut dipublikasi secara luas pada Journal of
Finance.
Teori Portofolio Markowitz didasarkan atas pendekatan mean (ratarata) dan
variance (varian), dimana mean merupakan pengukuran tingkat return dan varian merupakan pengukuran tingkat risiko. Teori Portofolio Markowitz ini disebut juga
sebagai mean-Varian Model, yang menekankan pada usaha memaksimalkan
ekspektasi return (mean) dan meminimumkan ketidakpastian/risiko (varian) untuk memilih dan menyusun portofolio optimal. Markowitz mengembangkan Index
menjawab berbagai permasalahan dalam penyusunan portofolio, yaitu terdapatnya
begitu banyak kombinasi aktiva berisiko yang dapat dipilih dan disusun menjadi
suatu portofolio. Dari sekian banyak kombinasi yang mungkin dipilih, investor
rasional pasti akan memilih 10 portofolio optimal (efficient set). Untuk menentukan
penyusunan portofolio optimal dengan menggunakan Index Model, yang terutama
dibutuhkan adalah penentuan portofolio yang efisien, sebab pada dasarnya semua
portofolio yang efisien adalah portofolio yang optimal (Musdalifah, 2013: 24).
Pada perkembangan berikutnya pada tahun 1963 William F. Sharpe
mengembangkan Single Index Model (Model Indeks Tunggal) yang merupakan
penyederhanaan Index model yang sebelumnya telah dikembangkan oleh
Markowitz. Model Indeks Tunggal menjelaskan hubungan antara return dari setiap
sekuritas individual dengan return indeks pasar. Model ini memberikan metode
alternatif untuk menghitung varian dari suatu portofolio, yang lebih sederhana dan
lebih mudah dihitung jika dibandingkan dengan metode perhitungan markowitz.
Pendekatan alternatif ini dapat digunakan untuk dasar menyelesaikan permasalahan
dalam penyusunan portofolio (Musdalifah, 2013: 30).
2.2.2.1 Return Portofolio
Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Menurut Jogiyanto (2007: 109), return saham dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Return Realisasi (Realized Return), Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini
return dan risiko dimasa mendatang. Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko
dimasa mendatang. Pengukuran return realisasi yang banyak digunakan
adalah return total. Return total merupakan keseluruhan dari suatu investasi
dalam suatu periode tertentu. Return total terdiri dari capital gain (loss) dan
yield. Capital gain (loss) merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Sedangkan yield
merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi
periode tertentu dari suatu investasi.
2. Return Ekspektasi (Expected Return).
Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Dalam melakukan investasi investor
dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan
diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return yang
diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar pula risikonya,
sehingga dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif
dengan risiko. Risiko yang lebih tinggi biasanya dikorelasikan dengan
peluang untuk mendapatkan return yang lebih tinggi pula (high risk high
return, low risk low return). Tetapi return yang tinggi tidak selalu harus disertai dengan investasi yang berisiko. Hal ini kemugkinan dapat terjadi
Konsep pendapatan atau return di dalam Islam adalah Islam menganjurkan
kepada umatnya untuk mencari penghidupan sebanyak mungkin demi
kesejahteraan hidupnya di dunia sebagaimana tertuang di dalam al-Qur’an surah
Al-Jumu’ah ayat 10:
ُكَّلَعَّل اًيرِثَك ََّللَّا اوُرُكْذاَو َِّللَّا ِلْضَف نِم اوُغَ تْ باَو ِضْرَْلْا ِفِ اوُرِشَتناَف ُة َلََّصلا ِتَيِضُق اَذِإَف
َنوُحِلْفُ ت ْم
Artinya: Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung. (Q.S. Al-Jumu’ah: 10)
Menurut Tafsir Quraish Shihab tentang ayat tersebut adalah, “Apabila
kalian telah melakukan salat, maka bertebaranlah untuk berbagai kepentingan.
Carilah karunia Allah dan berzikirlah kepada-Nya banyak-banyak, dalam hati
maupun dan dengan ucapan. Mudah-mudahan kalian memperoleh keberuntungan
dunia dan akhirat” (tafsirq.com).
2.2.2.2 Risiko Portofolio
Risiko adalah kemungkinan hasil yang menyimpang dari harapan. Besarnya
manfaat yang diharapkan dari sekuritas tidaklah sama, tergantung besarnya risiko
yang harus ditanggung investor. Namun, investor dapat meminimalkan risiko
dengan mempertimbangkan besarnya pengaruh masing-masing faktor tersebut.
(Husnan, 2005: 43).
Prevensi investor terhadap risiko dibagi menjadi tiga (Halim, 2002:38) :
1) Investor yang suka terhadap risiko (risk seeker) merupakan investor yang
pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka orang tersebut
akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih besar.
Karakteristik investor jenis ini bersikap agresif dan spekulatif dalam
mengambil keputusan investasi
2) Investor yang netral terhadap risiko (risk neutrality) merupakan investor
yang akan meminta kenaikan tingkat pengembalian yang sama untuk setiap
kenaikan risiko. Investasi jenis ini umumnya cukup fleksibel dan bersikap
hati-hati (prudent) dalam mengambil keputusan investasi.
3) Investor yang tidak suka terhadap risiko (risk averter) merupakan
investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang
memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda,
maka lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih kecil.
Karakteristik investor jenis ini cenderung selalu mempertimbangkan secara
matang dan terencana atas keputusan investasi.
Dalam konteks portofolio risiko dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Risiko sistematis.
Merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan atau dikurangi dengan
cara penggabungan berbagai risiko.
2. Risiko tidak sistematis
Merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan jalan diversifikasi,
Islam dalam menanggapi masalah resiko dalam berinvestasi menganjurkan
umatnya untuk menggunakan prinsip kehati-hatian (prudent). Sikap wara’
(berhati-hati) adalah tidak menanamkan saham di dalamnya dan menjauhinya karena
sebagaimana disebutkan ia bertransaksi dengan riba. Dalam hal ini, Rasulullah
SAW bersabda: