• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Kajian Teori

4. Teori Produk Halal

Produk adalah Pangan dan/atau jasa yang terkait dengan makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, produk rekayasa genetik, serta Pangan gunaan yang dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh masyarakat. Produk adalah

makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimia biologik, produk rekayasa genetik yang tersusun dari unsur yang halal untuk dimakan, diminum, dipakai, atau digunakan yang telah melalui proses produk halal sesuai dengan syariat. 25

b. Pengertian Produk Halal

Produk Halal adalah produk yang memenuhi syarat kehalalan sesuai dengan Syariat Islam. Produk yang memenuhi makanan dan Minuman yang halal diantaranya adalah: Pertama, Tidak mengandung babi atau produk-produk yang berasal dari babi. Seperti: lard (lemak babi), gelatin babi, emulsifier babi (E471), lechitine babi, kuas dengan bulu babi (bristle). Hal ini terdapat dalam QS. Al-Baqarah (2):173. Kedua daging yang berasal dari hewan halal yang disembelih menurut tata cara Syariat Islam. QS. al-Maaidah (5):3.

Ketiga Semua bentuk makanan/minuman yang tidak mengandung alkohol dan turunannya, atau bukan alkohol sebagai suatu ingredient yang sengaja ditambahkan, serta bukan khamr. QS. al-Baqarah (2):219, al-Maaidah (5):90. Keempat Bukan merupakan bangkai dan atau darah yang haram dimakan manusia. QS. al-Baqarah (2):173. Termasuk segala jenis makanan yang didapat/diperoleh secara halal (halal lighairihi). 26

25

Departemen Agama, Pedoman Produksi Halal, Jakarta: Proyek Pembinaan Pangan Halal, 2003, h. 127

26

Departemen Agama, Pedoman Fatwa Produk Halal, Jakarta: Proyek Pembinaan Pangan Halal, 2003, h. 03

Berdasarkan uraian diatas produk halal adalah makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimia biologik, produk rekayasa genetik yang tersusun dari unsur yang halal untuk dimakan, diminum, dipakai, atau digunakan yang telah melalui proses produk halal sesuai dengan syariat. Seperti makanan yang tidak mengandung babi, hewan yang halal di sembelih sesuai syariat Islam, dan tidak mengandung alkohol dan turunannya.

1) Islam Menghalalkan yang Baik-Baik

Islam datang sedangkan manusia berada pada kondisi seperti ini dalam masalah memakan binatang. Ada yang berlebih-lebihan di dalam memakannya dan ada yang berlebihan di dalam meninggalkannya. Maka Islam mengarahkan seruannya kepada manusia secara keseluruhan dengan mengatakan: 27

ۚ ُِب طَّْٞشىا ِدا ُ٘طُخ اُ٘عِجَّز ر لً ٗ ب جِّٞ ط لً لَ د ِض ْس ْلْا ِٜف بٍََِّ اُ٘يُم ُطبَّْىا ب ُّٖٝ أ ب ٝ

ِِٞجٍُ ٌُّٗذ ع ٌُْن ى َُِّّٔإ

―Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan; karena sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu.‖ (al-Baqarah: 168).28

Islam menyeru mereka sebagai manusia secara umum untuk memakan yang baik-baik dari meja makan besar yang telah disediakan buat mereka yaitu bumi yang segala isinya diciptakan untuk mereka dan tidak mengikuti langkah-langkah dan

27

Yusuf Qaradhawi, Halal dan Haram, Jakarta: Robbani Press, 2000, h. 47.

28 Departemen Agama RI, Mushaf al-Qur'ān Terjemah, al-Qur'ān Transliterasi Latin

jalan syetan yang memanipulasi sebagian manusia dengan menampakkan indah tindakan mengharamkan apa yang dihalalkan Allah, lantas diharamkannya sebagian dari yang baik-baik buat mereka, dan diseretnya mereka ke lembah kesesatan.

Kemudian Islam mengarahkannya seruannya kepada kaum Mu‘minin secara khusus dengan mengatakan:

ُٓبَِّٝإ ٌُْزُْْم ُِْإ ِ َّ ِلِلّ اٗ ُشُنْشا ٗ ٌُْمب ْْق ص س ب ٍ ِدب جِّٞ ط ٍِِْ اُ٘يُم اُْ٘ ٍآ ِِٝزَّىا ب ُّٖٝ أ ب ٝ

( ُُٗذُجْع ر

271

َّوُِٕأ ب ٍ ٗ ِشٝضْ ِخْىا ٌْذ ى ٗ ًَّذىا ٗ خ زْٞ َْىا ٌُُنْٞ ي ع ًَّش د ب ََِّّإ )

ِشْٞ غِى ِِٔث

ِِ َ ف ِ َّاللَّ )271( ٌٞ ِد س سُ٘ف غ َّاللَّ َُِّإ ِْٔٞ ي ع ٌْثِإ لَ ف ٍدب ع لً ٗ ٍغب ث شْٞ غ َّشُطْضا

―Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah. Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.‖ (al-Baqarah: 172-173).29

Dalam seruan khusus untuk orang-orang Mu‘min ini Allah memerintahkan mereka untuk memakan rezeki yang baik-baik yang diberikan-Nya kepada mereka, dan menunaikan hak nikmat itu dengan bersyukur kepada Yang Memberi nikmat. Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa Dia tidak mengharamkan atas mereka kecuali empat macam yang sudah disebutkan dalam ayat tersebut dan ayat-ayat lain. Ayat yang paling jelas dan tegas

29

di dalam membatasi keempat jenis makanan yang diharamkan itu ialah firman-Nya dalam surat al-An‘am:

ْوُق

ْٗ أ خ زْٞ ٍ ُُ٘ن ٝ ُْ أ َّلًِإ َُُٔ عْط ٝ ٌٍِعب ط ٰٚ ي ع ب ٍ َّش ذٍُ َّٜ ىِإ ٜ ِدُٗأ ب ٍ ِٜف ُذ ِج أ لً

ِِ َ ف ۚ ِِٔث ِ َّاللَّ ِشْٞ غِى َّوُِٕأ ب قْسِف ْٗ أ ظْج ِس َُِّّٔئ ف ٍشٝ ِضْْ ِخ ٌْذ ى ْٗ أ ب دُ٘فْس ٍ ب ٍ د

َُِّئ ف ٍدب ع لً ٗ ٍغب ث شْٞ غ َّشُطْضا

ٌٞ ِد س سُ٘ف غ لَّث س

―Katakanlah, Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir, atau daging babi karena sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.‖ (al-An‘am: 145).30

Di dalam surat al-Ma‘idah, al-Qur‘an menyebutkan makanan yang diharamkan ini dengan lebih terperinci. Firman-Nya:

ُخ قِْ خَُْْْىا ٗ ِِٔث ِ َّاللَّ ِشْٞ غِى َّوُِٕأ ب ٍ ٗ ِشٝ ِضْْ ِخْىا ٌُْذ ى ٗ ًَُّذىا ٗ ُخ زْٞ َْىا ٌُُنْٞ ي ع ْذ ٍ ِّشُد

ٗ

ٚ ي ع خِثُر ب ٍ ٗ ٌُْزَّْٞم ر ب ٍ َّلًِإ ُعُجَّسىا و م أ ب ٍ ٗ ُخ ذِٞطَّْىا ٗ ُخ ِّٝد ش زَُْىا ٗ ُح رُ٘ق ْ٘ َْىا

ِتُصُّْىا

―Diharamkan bagimu memakan bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, (hewan) yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya; dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala.‖ (al-Ma‘idah: 3).31

30

Ibid, h.158. 31

Tidak ada pertentangan antara ayat yang mengharamkan sepuluh macam binatang yang diharamkan ini dengan ayat di muka yang membatasinya hanya pada empat macam, karena ayat ini merinci apa yang disebutkan dalam ayat-ayat lain. Sebab binatang yang mati karena dicekik, dipukul, jatuh, ditanduk binatang lain, dan diterkam binatang buas, semuanya masuk dalam makna maitah (bangkai). Begitu pula dengan apa yang disembelih untuk berhala, tidak tidak termasuk dalam hukum binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Karena itu kedua ayat ini dalam satu kategori. Maka yang diharamkan itu secara global ada empat macam, sedang terperinci ada sepuluh macam.32

Dari uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa Islam menghalalkan yang baik-baik karena pada masa itu Islam datang sedangkan manusia berada pada kondisi seperti ini dalam masalah memakan binatang. Ada yang berlebih-lebihan didalam memakannya dan ada yang berlebihan didalam meninggalkannya. Allah memerintahkan mereka untuk memakan rezeki yang baik-baik yang diberikan-Nya kepada mereka, dan menunaikan hak nikmat itu dengan bersyukur kepada Yang Memberi nikmat.

32

2) Daging Babi

Naluri manusia yang sehat pasti menganggapnya kotor dan membencinya, karena makanan yang paling disukai babi adalah kotoran dan benda-benda najis. Kedokteran modern telah menetapkan bahwa memakan daging babi sangat membahayakan manusia di seluruh kawasan, terutama di kawasan yang beriklim panas. Sebagaimana dibuktikan oleh penelitian ilmiah bahwa memakan daging babi merupakan salah satu sebab timbulnya cacing pita yang sangat membahayakan.

Siapa tahu, barangkali pada masa yang akan datang ilmu pengetahuan dapat menyingkap lebih jauh rahasia diharmkannya memakan daging babi ini. Mahabenar Allah Yang Mahaagung ketika Dia menyifati Rasul-Nya dengan mengatakan:

...

ٌِْٖٞ ي ع ًُ ِّش ذُٝ ٗ ِدب جِّٞ َّطىا ٌُُٖ ى ُّو ِذُٝٗ...

―...Dan mengharamkan atas mereka yang kotor-kotor...‖ (al-A‘raf: 157) .33

binatang yang disembelih untuk selain Allah. Yaitu binatang yang sewaktu disembelih disebut nama selain Allah, seperti berhala. Para penyembah berhala apabila menyembelih binatang, mereka menyebut nama berhala-berhala mereka seperti Lata dan Uzza. Ini merupakan tindakan pendekatan dirin kepada

33

selain Allah, dan beribadah dengan menyebut selain nama-Nya Yang Maha Agung.

Jadi, alasan pengharamannya disini adalah semata-mata alasan agama, untuk memelihara tauhid dan membersihkan aqidah, untuk memerangi kemusyrikan dan menghancurkan simbol-simbol keberhalaan di semua lapangan.

Allah yang menciptakan manusia, menundukkan apa yang ada di bumi untuk manusia, dan menjinakkan binatang buat mereka, memperboleh mereka merenggut nyawa binatang itu untuk kepentingan mereka apabila disebut nama Allah pada waktu menyembelihnya. Penyebutan nama Allah pada waktu menyembelih itu sekaligus sebagai deklarasi bahwa dia berbuat demikian terhadap makhluk hidup (binatang) itu adalah dengan izin dan ridha Allah. Apabila menyebut nama selain Allah pada waktu menyembelihnya, berarti dia telah membatalkan izin ini dan sudah seharusnya binatang yang disembelih itu diharamkan baginya.34

menurut uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa babi diharamkan oleh Allah, dari pendapat umat muslim saja menggap babi kotor dan mengandung penyakit didalam tubuhnya karena babi memakan kotoran-kotoran yang tidak disukai manusia. pengharamannya disini adalah semata-mata alasan agama, untuk

34

memelihara tauhid dan membersihkan aqidah, untuk memerangi kemusyrikan dan menghancurkan simbol-simbol keberhalaan di semua lapangan

3) Makanan dan Minuman yang Halal

Pada dasarnya semua makanan dan minuman yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran, buah-buahan, dan hewan adalah halal kecuali yang beracun dan membahayakan kesehatan manusia. Berdasarkan hal ini, maka kemudian makanan dan minuman digolongkan kepada dua kategori, yaitu makanan dan minuman yang dihalalkan, dan makanan dan minuman yang diharamkan.35

Ada beberapa pengertian makanan dan minuman yang halal. Diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Halal Secara Zatnya

Dari pembahasan sebelumnya, kita mengetahui bahwa semua jenis makanan adalah halal dan bisa dimakan, serta sedikit sekali dari makanan yang diharamkan. Hikmah di balik larangan tersebut ialah demi kebaikan kita semua, sebagai ujian ketaatan secara ruhani agar kita selalu bersyukur dengan semua yang diberikan oleh Allah Swt. dengan adanya makanan dan minuman.36

35

Ahsin W. Al-Hafidz, Fikih Kesehatan, Jakarta: Amzah, 2010, h. 187. 36

Atiqah Hamid, Buku Pintar Halal Haram Sehari-hari, Jogjakarta: DIVA Press, 2012, h. 19.

b) Halal Cara Prosesnya

Ketika kita menginginkan makanan halal, terlebih dahulu kita harus mengetahui prosesnya. Saat prosesnya tidak benar, meskipun makanan tersebut halal, maka bisa haram. Proses tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Orang yang menyembelih hewan bukan muslim, tidak menyebut nama Allah, dan tidak menggunakan pisau tajam.

2) Menyembelih hewan untuk sesaji (dipersembahkan kepada berhala)

3) Ketika menyembelih hewan, darahnya keluar secara tuntas, serta urat nadi leher dan saluran napasnya harus putus.

4) Bahan-bahan atau alat yang digunakan untuk menyembelih, memasak, tempat memasak, bumbu, dan bahan baku lainnya diproses secara tidak halal.37

c) Halal Cara Mendapatkannya

Jika kita sangat berhati-hati dalam memilih makanan, hal tersebut juga dapat berdampak pada tubuh kita. Oleh karena itu, kita harus mendapatkannya dengan cara yang baik. Jika cara mendapatkannya salah, maka bisa berdampak pada kehidupan

37

spiritual (hidup tidak tenang, tidak pernah bersyukur, tidak pernah puas, serta ibadah dan doanya tidak diterima oleh Allah Swt.

Berdasarkan uraian diatas makanan dan minuman yang diharamkan halal secara zatnya yaitu bagaimana mereka mndapatkan makanan tersebut dan terbuat dari apa makanan itu,apakah halal atau tidaknya makanan tersebut,halal secara prosesnya untuk membeli makanan terlebih dahulu kita harus harus mengetahui prosesnya. Saat prosesnya tidak benar, meskipun makanan tersebut halal, maka bisa haram. Halal cara mendapatkannya, sebelum kita membeli atau memakan makanan dan minuman tersebut kita harus mengetahui bagaimana cara mendapatkannya apakah dengan cara yang baik atau tidak. Jika cara mendapatkannya salah, maka bisa berdampak pada kehidupan spiritual (hidup tidak tenang, tidak pernah bersyukur, tidak pernah puas, serta ibadah dan doanya tidak diterima oleh Allah Swt.

Begitupula dengan produk HNI HPAI ini sudah terjamin bahwa produk ini Halal dan tidak mengandung babi, bahan-bahan, dan zat-zat kimia yang diharamkan oleh Allah karena sudah memiliki sertifikat MUI secara herbal, pada obat-obatan herbal alamiah yang halal, ilmiah dan terbukti mujarab.

c. Produk Kesehatan

Menurut Amanda L. A. Kalangit dalam artikelnya memberikan pengertian produk kesehatan adalah Produk-produk

yang bernutrisi, penambah stamina dan daya tahan tubuh serta mengandung vitamin, baik yang tertulis pada kemasan produk maupun berdasarkan efek yang dirasakan setelah menggunakan produk.38

d. Macam-macam Produk Kesehatan

Dikarenakan tidak ada teori yang akurat, penulis mencoba merangkum dari berbagai sumber mengenai produk kesehatan yang terbagi menjadi dua jenis yaitu :

1) Obat

Secara umum, pengertian obat adalah semua bahan atau campuran yang dipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam dan luar tubuh guna mencegah, meringankan, dan menyembuhkan penyakit. Sedangkan menurut undang-undang, pengertian obat adalah suatu bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam menemukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan termasuk untuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia.39

38

Amanda L.A. Kalangit, Produk Kesehatan dan Pembentukan Tubuh Perempuan Muda

di Kota Manado, Artikel, 2016, h.19.

39

Pengertianahli.id, 2014, Pengertian Obat dan Penggolongan Obat, http://pengertianahli.id/2014/01/pengertian-obat-dan-penggolongan-obat.html (Online 18 september 2018).

2) Alat Kesehatan

Berdasarkan Menteri Kesehatan RI no 220/Men.Kes/Per/IX/1976 tertanggal 6 September 1976, pengertian alat kesehatan adalah barang, intrumen aparat atau alat termasuk tiap komponen, bagian atau perlengkapan yang diproduksi, dijual atau dimaksud untuk digunakan dalam penelitian dan perawatan kesehatan, diagnosis penyembuhan, peringanan atau pencegahan penyakit, kelainan keadaan badan atau gejalanya pada manusia.40

Dokumen terkait