• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab V : Simpulan dan Saran

TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori

2.1.2 Teori Produksi

Dalam proses produksi, perusahaan mengubah faktor produksi atau input menjadi produk atau output. Faktor input dapat dibagi secara lebih terinci, misalnya tenaga kerja, bahan-bahan dan modal yang masing-masing dapat dibagi menjadi kategori yang lebih sempit. Faktor tenaga kerja dapat dibagi menjadi tenaga kerja terampil dan tenaga kerja yang tidak terampil, bahwa para wirausaha masuk di dalamnya. Modal meliputi berbagai bentuk seperti bangunan, alat-alat dan persediaan serta bahan-bahan yang digunakan.

Menurut Sukirno (2005:195) menyatakan bahwa suatu fungsi produksi menunjukkan hubungan antara jumlah output yang dihasilkan untuk setiap kombinasioutput tertentu. Fungsi produksi dapat dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut:

Q = f (K, L, R, T) (1)

Di mana K merupakan jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja dan ini meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keahliaan keusahawanan, R adalah kekayaan alam dan T adalah tingkat teknologi yang digunakan. Sedangkan Q adalah jumlah produksi yang dihasilakn dari berbagai jenis faktor-faktor produksi tersebut, yaitu secara bersama digunakan untuk memproduksi barang yang sedang dianalisis sifat produksinya.

disebut dengan fungsi produksi . Sedangkan secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

Q = f (P, Tk, Tn, Bb) .(2)

Fungsi ini secara teknis menjelaskan hubungan antara faktor produk yang digunakan (P, Tk, Tn, Bb) dengan produksi yang dihasilkan (Q). Dalam analisis di sederhanakan yaitu dengan menganggap Tk, Tn dan Bb tetap supaya mudah dipahami pola hubungan penggunaan faktor produksi dengan jumlah produksi.

Dengan demikian persamaan kedua fungsi tersebut merupakan suatu pernyataan matematik yang pada dasarnya berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung pada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam dan tingkat teknologi yang digunakan. Jumlah produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya akan memerlukan berbagai faktor produksi tersebut dalam jumlah yang berbeda-beda juga. Di samping itu untuk satu tingkat produksi tertentu dapat pula digunakan gabungan faktor produksi yang berbeda.

Persamaan di atas menghubungkan jumlah output dengan jumlah kedua jenis input yaitu modal dan tenaga kerja. Fungsi produksi memungkinkan faktor input saling dikombinasikan dengan berbagai perbandingan untuk menghasilkan jumlah output dengan berbagai cara. Misalnya roti dapat diproduksi secara padat karya dengan menggunakan banyak tenaga kerja, namun juga dapat dilakukan dengan cara padat modal dengan peralatan yang serba mesin. Persamaan fungsi di atas berlaku untuk penerapan teknologi tertentu karena dengan teknologi yang berkembang terus ke arah yang semakin canggih, maka fungsi produksi akan

berubah. Perusahaan akan mendapatkan lebih banyakoutput dengan jumlahinput tertentu.

Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam teori produksi, yang pertama yaitu mengenai pengertian satuan. Satuan di sini tidak boleh diartikan sama dengan satu, melainkan menggambarkan satu kuantitas tertentu yang banyak diartikan dengan istilah volume. Yang kedua, yaitu mengenai pembagian faktor produksi menjadi tenaga kerja dan modal saja. Faktor produksi memang banyak, tetapi dari yang banyak ini dapat disederhanakan menjadi dua dimana perilakunya berbeda. Dalam jangka pendek faktor tenaga kerja dianggap sebagai faktor produksi dianggap sebagai faktor produksi yang variabel yang penggunaannya berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi. Sedangkan faktor modal dianggap sebagai faktor produksi yang tetap dalam artian bahwa jumlahnya tidak berubah dan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume produksi.

Fungsi produksi untuk setiap komoditi adalah suatu persamaan, tabel atau grafik yang menunjukkan jumlah (maksimum) komoditi yang dapat diproduksi perunit waktu setiap kombinasi input alternatif bila menggunakan teknik yang terbaik yang tersedia (Salvatore, 1996:147).

Teori produksi menurut Sukirno (2005:195) dalam ilmu ekonomi membedakan analisisnya salah satunya adalah teori produksi dengan dua faktor berubah, dalam analisis yang akan dilakukan yaitu dimisalkan terdapat dua jenis faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya. Kita misalkan yang dapat dirubah yaitu tenaga kerja dan modal. Misalkan pula bahwa kedua faktor produksi yang

dapat menggantikan modal atau sebaliknya. Apabila dimisalkan pula harga tenaga kerja dan pembayaran per unit kepada faktor modal diketahui, analisis tentang bagaimana perusahaan akan meminimumkan biaya dalam usahanya untuk mencapai suatu tingkat produksi tertentu

Produksi adalah suatu proses yang menghasilkan barang atau jasa. Dalam proses produksi tersebut tentu saja diperlukan berbagai faktor produksi (input) dan barang atau jasa yang dihasilkan disebut produk (output). Kombinasi berbagai faktor produksi untuk menghasilkan output yang dinyatakan dalam suatu hubungan disebut dengan fungsi produksi.

Menurut Miller dan Meiners (1993:249) secara umum istilah produksi diartikan yaitu: Sebagai penggunaan atau pemanfaatan sumber daya manusia yang mengubah komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama sekali berbeda, baik dalam pengertian apa dan mana atau kapan komoditi-komoditi itu dialokasikan, maupun dalam pengertian apa yang dapat dikerjakan oleh konsumen terhadap komoditi itu .

Menurut Sudarman (2000:124), fungsi produksi adalah: Suatu skedul (atau tabel atau persamaan matematis) yang menggambarkan jumlah output maksimum yang dapat dihasilkan dari suatu set produksi tertentu, dan pada tingkat tenologi tertentu pula . Sedangkan menurut Miller dan Meiners (1993:288), fungsi produksi yaitu: Menunjukkan hubungan antarainput- inputdanoutput,hubungan ini secara teknis dianggap efisien, tapi secara ekonomis hubungan ini masih harus diuji . Singkatnya fungsi produksi adalah katalog dari kemungkinan hasil produksi. Dengan kata lain fungsi produksi adalah fungsi yang menjelaskan

hubungan antara tingkat kombinasi input (factor produksi) dengan tingkat output (produk) yang dimungkinkan untuk diproduksi pada tingkat kombinasi input tersebut. Fungsi produksi menggambarkan seberapa jauh faktor produksi dapat saling mengganti untuk menghasilkan sejumlah tertentu output. Untuk menyederhanakan analisa digunakan anggapan bahwa satu faktor produksi selalu berubah (variable) sedang faktor produksi yang lain tidak berubah (fixed).

Menurut Sukirno (2005:193) fungsi produksi adalah Hubungan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan . Faktor-faktor produksi pada dasarnya dibedakan menjadi empat golongan, yaitu tenaga kerja, tanah, modal dan keahlian keusahaan. Di dalam teori ekonomi di dalam menganalisis mengenai produksi, selalu dimisalkan bahwa tiga faktor produksi yang belakangan dinyatakan (tanah, modal dan keahlian keusahawanan) adalah tetap jumlahnya. Hanya tenaga kerja dipandang sebagai faktor produksi yang berubah-ubah jumlahnya. Dengan demikian dalam mengambarkan hubungan antar faktor produksi yang digunakan dan tingkat produksi yang dicapai yang digambarkan adalah hubungan di antara jumlah tenaga kerja yang digunakan dan jumlah produksi yang telah dicapai.

Menurut Sudarman (2002:240) dalam pasar faktor produksi, produsen bertindak sebagai pembeli sedangkan pemilik faktor produksi bertindak sebagai penjual. Perilaku produsen di dalam menggunakan faktor produksi akan menentukan bentuk kurva permintaan faktor produksi di pasar, mengingat bahwa permintaan produsen terhadap faktor produksi tergantung kepada

kemampuannya di dalam menjual output, maka permintaan produsen terhadap faktor produksi sering disebut dengan permintaan turunan(derived demand). 2.1.3 Produktivitas Tenaga Kerja

Menurut Simanjuntak (1983), produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan hasil yang dicapai dari peran tenaga kerja persatuan waktu. Secara sederhana produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran efektivitas tenaga kerja dalam menghasilkan produk dalam satuan waktu tertentu. Dilihat dari sisi teori ekonomi mikro, produktivitas mengacu pada kemampuan maksimal seorang pekerja untuk menghasilkan output. Kenyataannya, pekerja tersebut belum tentu atau mampu memanfaatkan seluruh kemampuannya, produktivitas semacam ini disebut produktivitas fisik.

Menurut L.Greenberg dalam Sinungan (2008:12) mendefinisikan produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut. Samuelson (1993:133) menyatakan bahwa produktivitas merupakan suatu konsep pengukuran rasio output total terhadap rata-rata input tertimbang. Sehingga berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa produktivitas adalah perbandingan antara jumlah output yang dihasilkan dengan jumlah sumber daya yang digunakan.

Menurut Ricky W.Giffin (2003:213-214) produktivitas tenaga kerja pada dasarnya merupakan produktivitas parsial, karena hanya membagi output dengan satu jenis input, yaitu hanya tenaga kerja. Jadi, produktivitas tenaga kerja merupakan perbandingan antara total keluaran dengan masukan tenaga kerja.

Produktivitas tenaga kerja dapat diukur dengan menggunakan masukan tenaga kerjanya per minggu, per tahun, atau per jam kerja. Sehingga produktivitas dapat diartikan sebagai perbandingan antara hasil keluaran yang diukur dalam kesatuan fisik dan nilai masukan tenaga kerja.

Menurut Kussriyanto (1986) produktivitas adalah sikap mental terhadap kemajuan dan kehidupan. Lalu juga dikatakan bahwa tenaga kerja dijadikan faktor pengukur suatu produktivitas. Hal ini disebabkan karena biaya untuk tenaga kerja merupakan biaya terbesar dalam pengadaan produk dan masukan dalam sumber daya manusia lebih mudah dihitung dari pada masukan pada faktor-faktor lainnya. Menurut Simanjuntak (1985) produktivitas mengandung pengertian filosofis dan kuantitatif. Secara filosofis produktivitas mengandung arti pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Keadaan hari ini harus lebih baik dari pada kemarin, dan mutu kehidupan besok harus lebih baik dari pada hari ini. Secara kuantitatif, produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang ingin dicapai (keluaran) dengan kesuluruhan sumber daya (masukan) yang digunakan per satuan waktu.

Dalam mengukur produktivitas, kita dapat mengartikan produktivitas total faktor produksi sebagai output per unit input total dari modal dan tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja sebagai jumlah output per unit tenaga kerja, dan produktivitas modal sebagai output per unit modal. Produktivitas juga dapat diartikan sebagai rasio antara output terhadap input sumber daya yang dipakai. Maka jika dalam rasio tersebut sumber daya dimasukan seluruhnya untuk

dihitung sebagai masukan hanya faktor sumber daya tertentu saja maka disebut sebagai produktivitas parsial

Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja, menurut J.Rivianto (1985:4) produktivitas tenaga kerja itu sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor-faktor lainnya, seperti: keterampilan, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan sosial, lingkungan dan iklim kerja, hubungan industri pancasila, teknologi, sarana produksi manajemen, dan kesempatan berprestasi.

Anoraga dalam jurnal Yuniarsih dan Suwatno (2009:159) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja adalah pekerjaan yang baik, upah yang baik, keamanan dan perlindungan dalam pekerjaan, penghayatan atas maksud dan makna pekerjaan, lingkungan atau suasana kerja yang baik, promosi dan perkembangan diri yang merasa sejalan dengan perkembangan perusahaan/ organisasi, merasa terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi, pengertian dan simpati atas persoalan-persoalan pribadi, kesetiaan pimpinan pada si pekerja, dan disiplin kerja yang keras. Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat bahwa salah satu faktor penting yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja yaitu upah yang diterima oleh para pekerja. Faktor lain yang dapat mempengaruhi produktivitas tenaga kerja adalah pengalaman kerja. Seperti disebutkan dalam penelitian Fagbenle (2012) yang didalamnya menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas karyawan adalah berasal dari diri karyawannya atau yang disebut sebagai Human Factor, salah satunya adalah pengalaman kerja. Pengalaman kerja yang

dikemukakan oleh Manulang (2005:15) adalah proses pembentukan pengetahuan dan keterampilan tentang metode suatu pekerjaan bagi para pegawai karena keterlibatan tersebut dalam pelaksanaan pekerjaannya. Pengalaman kerja merupakan faktor yang paling mempengaruhi dalam terciptanya pertumbuhan suatu usaha. Dengan tingginya pengalaman yang dimiliki oleh para pekerja akan menyebabkan tingginya pertumbuhan usaha tersebut. Penelitian yang memperlihatkan adanya hubungan positif antara pengalaman kerja dan produktivitas ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Brown (1989) dan Acemoglu (1998).

Selain itu efektivitas dan efisiensi merupakan faktor yang sangat menentukan produktivitas. Menurut Umar (2003), efektivitas merupakan ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dicapai atau menunjukkan apakah persoalan tertentu dapat diselesaikan dengan baik sedangkan efisiensi adalah suatu ukuran dalam membandingkan input yang direncanakan dengan input sebenarnya. Jadi, efektivitas berhubungan dengan hasil guna sedangkan efisiensi berhubungan dengan daya guna .

Efisiensi dan efektivitas yang tinggi menghasikan produktivitas yang tinggi. Akan tetapi efektivitas yang tinggi dan efisiensi yang rendah mengakibatkan terjadinya pemborosan. Sedangkan efisiensi yang tinggi dan efektivitas yang rendah yang artinya tidak mencapai target yang ditentukan. Apabila efisiensi dikaitkan dengan efektivitas, meskipun terjadi peningkatan efektivitas belum tentu terjadi peningkatan efisiensi, begitu pula

sebaliknya.Berdasarkan penjelasan di atas, produktivitas dapat pula dirumuskan sebagai berikut :

Produktivitas = OutputInput . . (3)

Cara pengukuran produktivitas tenaga kerja dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan ( Widodo, 1989).

Produktivitas Tenaga Kerja = HasilSatuanPrWaktuokuksi . (4) Atau = JumlahJumlahMasukanYang DihasilkanTenaga Kerja ...(5) Tujuan diadakannya pengukuran produktivitas antara lain untuk membandingkan hasil hasil :

1. Pertumbuhan produksi dari waktu ke waktu. 2. Pertumbuhan pendapatan dari waktu ke waktu 3. Pertumbuhan kesempatan kerja dari waktu ke waktu. 2.1.4. Penyerapan Tenaga Kerja

Pada dasarnya penyerapan tenaga kerja diharapkan dapat mengurangi jumlah pengangguran. Penyerapan tenaga kerja terdiri dari adanya tenaga kerja dan peluang kesempatan kerja. Penyerapan tenaga kerja adalah salah satu faktor penunjang berlangsungnya pembangunan ekonomi dan pembangunan industri, dan agar dapat dimaknai dengan benar oleh setiap orang yang menggunakan penelitian ini, maka peneliti berupaya menjabarkannya dengan melakukan makna dari setiap variabel yang dimaksud.

Penyerapan tenaga kerja pada dasarnya tergantung dari besar kecilnya permintaan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja secara umum menunjukkan besarnya kemampuan suatu perusahaan menyerap sejumlah tenaga kerja untuk menghasilkan suatu produk. Kemampuan untuk menyerap tenaga kerja besarnya tidak sama antara sektor satu dengan sektor yang lain ( Sony Sumarsono,2003).

Penyerapan tenaga kerja bisa di kaitkan dengan keseimbangan interaksi antara permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja, yang di mana permintaan tenaga kerja pasar dan penawaran tenaga kerja pasar secara bersama menentukan sutau tingkat upah keseimbangan dan suatu penggunaan tenaga kerja keseimbangan. Di dalam dunia kerja atau dalam hal penyerapan tenaga kerja setiap sektornya berbeda-beda untuk penyerapan tenaga kerjanya, misalnya saja tenaga kerja di sektor formal. Penyelesaian tenaga kerjanya di butuhkan suatu keahlian khusus, pendidikan, keahlian dan pengalaman untuk bisa bekerja pada sektor formal Don Bellante and Mark Janson (2006).

Penduduk yang terserap, tersebar di berbagai sektor perekonomian. Sektor yang mempekerjakan banyak orang umumnya menghasilkan barang dan jasa yang relatif besar. Setiap sektor mengalami laju pertumbuhan yang berbeda. Demikian pula dengan kemampuan setiap sektor dalam menyerap tenaga kerja. Perbedaan laju pertumbuhan tersebut mengakibatkan dua hal. Pertama, terdapat perbedaan laju peningkatan produktivitas kerja di masing-masing sektor. Kedua, secara berangsur-angsur terjadi perubahan sektoral, baik dalam penyerapan tenaga kerja maupun dalam kontribusinya dalam pendapatan nasional Simanjuntak (1985).

Jadi yang dimaksud dengan penyerapan tenaga kerja dalam penelitian ini adalah jumlah atau banyaknya orang yang bekerja di berbagai sektor perekonomian.

Tenaga kerja ini terbagi menjadi dua, yaitu: pertama, angkatan kerja adalah tenaga kerja/penduduk yang telah masuk dalam usia kerja (15-64 tahun) meliputi orang yang bekerja, punya pekerjaan tapi sementara tidak bekerja, menganggur dan mencari pekerjaan. Kedua, bukan angkatan kerja yaitu penduduk yang tidak termasuk dalam angkatan kerja yang terdiri dari anak sekolah, dan mengurus rumah tangga (Indayati, dkk, 2010; dan Putra, 2012).

Penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terserap atau bekerja di suatu unit usaha tertentu. Menurut Indayati, dkk (2010) penyerapan tenaga kerja sebenarnya tergantung dari besar kecilnya permintaan tenaga kerja. Dalam suatu usaha kemampuan penyerapan tenaga kerja akan berbeda antara suatu sektor/usaha dengan sektor/usaha lainnya Sumarsono (2003) dalam Indayati, dkk (2010), misalnya pekerjaan pada sektor formal dan informal yang memiliki perbedaan dalam penyerapan tenaga kerjanya.

Ada perbedaan antara permintaan tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang diminta atau dalam hal ini tenaga kerja yang diserap oleh perusahaan atau suatu sektor. Permintaan tenaga kerja adalah keseluruhan hubugan antara berbagai tingkat upah dan jumlah orang yang diminta untuk dipekerjakan. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang diminta lebih ditunjukkan kepada kuantitas atau banyaknya permintaan tenaga pada tingkat upah tertentu (Sukirno, 2004).

2.1.5 Modal

Pengertian modal secara umum adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan proses produksi, dan modal merupakan masalah yang mendasar bagi industri kecil. Sesuai dengan kenyataan yang ada bahwa untuk menciptakan tambahan kesempatan kerja baru di di dalam sub-sektor industri kecil ini adalah dengan meningkatkan omzet/ kemampuan produksi dari industri kecil dengan jalan meningkatkan penanaman modal yang nantinya akan menuntut adanya peningkatan kegiatan proses produksi dan hasil produksi yang ada dimana pada taraf akhirnya nanti tentunya juga akan menghendaki bertambahnya tenaga kerja yang diminta (Winardi, 1991).

Usaha industri membutuhkan modal dalam menjalankan aktifitasnya. Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam industri. Setiap industri memiliki kebutuhan modal yang berbeda-beda tergantung jenis usaha yang dijalankan. Modal menghasilkan barang-barang baru atau merupakan alat untuk memupuk pendapatan yang nantinya akan menciptakan dorongan dan minat untuk menyisihkan kekayaannya maupun hasil produksinya, dengan maksud yang produktif dan tidak untuk maksud keperluan yang konsumtif. Jadi modal diciptakan untuk menahan diri dalam bentuk konsumsi, dengan tujuan pendapatannya akan dapat lebih besar lagi di masa yang akan datang. Setiap jenis usaha selalu membutuhkan modal untuk membelanjai operasinya sehari-hari, modal ini disebut modal kerja. Modal kerja juga bisa dijelaskan sebagai Dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional

sehari-pembayaran lainnya (Syarif, 2011). Mesin mesin, peralatan, dan perlengkapan pembantu yang digunakan dalam memproduksi barang barang lain dan jasa- jasa disebut barang modal ataucapital goods.

Modal adalah salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi setiap usaha, baik skala kecil, menengah maupun besar. Struktur modal usaha IK dan IRT secara bersama pada tahun 1998 menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok ini usaha ini di biayai oleh modal sendiri, sedangkan jumlah unit usaha yang memakai modal sendiri dan pinjaman hanya sedikit. Banyaknya usaha IK yang sepenuhnya menggunakan modal sendiri hampir 78 persen, lebih kecil daripada jumlah usaha IRT yang mencapai hampir 85,5 persen. Sebagian besar dari kebutuhan finansial dibiayai dengan pinjaman, dalam kelompok IRT persentasenya lebih kecil (12,16%) di bandingkan kelompok IK (23,43%) (Tambunan, 2002). Rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga lembaga kredit formal sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau dari sumber-sumber lain seperti dari keluarga,kerabat, pedagang perantara bahkan rentenir. Terdapat faktor-faktor yang menjadikan lembaga keuangan enggan memberikan pinjaman terhadap pengusaha industri kecil yaitu di sebabkan oleh adanya (1) pemberian pinjaman kepada industri kecil dianggap kurang menguntungkan karena selain biaya pemberian pinjaman yang relatif tinggi juga dibayangi oleh resiko yang lebh besar (2) sulitnya lembaga keuangan untuk memperoleh informasi yang cukup memadai mengenai industri kecil sebagai pihak peminjam modalnya. Hal ini di sebabkan oleh tidak adanya laporan keuangan dalam pengajuan kreditnya dan meskipun laporan itu ada,

laporan tersebut tidak disesuaikan dengan aturan-aturan pembukuan yang selayaknya.(Kuncoro, 1997)

Dokumen terkait