• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Teori – teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai penjelasan mengenai faktor –

faktor apa yang menentukan kenaikan output perkapita dalam jangka panjang.dan

bagaimana faktor – faktor tersebut berinteraksi satu sama lain, sehingga terjadi proses

pertumbuhan. Adapun teori – teori pertumbuhan di kelompokkan menjadi

a) Teori Klasik

1. Adam Smith (1729 – 1790)

Pengakuan terhadap ekonomi sebagai cabang ilmu tersendiri baru di berikan

pada tahun 1776, terbitnya buku berjudul An Inquiry into the Nature and Causes of

The Wealth of Nations. Dalam buku ini dibahas tentang mekanisme pasar bebas, teori nilai (value theory) , teori pembagian kerja (devision of labour ) , teori akululasi capital, dan teori keunggulan absolut.

Dalam mekanisme pasar bebas, Smith menghendaki agar pemerintah tidak

terlalu banyak campur tangan mengatur perekonomian. Biarkan perekonomian

berjalan dengan wajar tanpa campur tangan pemerintah, nanti akan ada invisible hand

yang akan membawa perekonomian tersebut ke arah keseimbangan. Jika pemerintah

banyak campur tangan, pasar akan mengalami distorsi yang akan membawa

pasar sangat sederhana walaupun tiap orang mengerjakan sesuatu berdasarkan

kepentingan pribadi masing – masing tapi hasilnya bisa selaras dengan tujuan

masyarakat.

Mengenai teori nilai, Smith menyatakan bahwa barang mempunyai dua nilai,

yaitu nilai guna dan nilai tukar. Nilai tukar atau harga suatu barang di tentukan oleh

jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan barang tersebut, dan nilai

tukar sebagai kemampuan suatu barang untuk memperoleh barang lain yang berarti

nilai tukar suatu barang sama dengan harga dari barang itu sendiri. Dalam teori

pembagian kerja, Smith mengambil kesimpulan bahwa produktifitas tenaga kerja

dapat ditingkatkan melalui pembagian kerja yang akan mendorong spesialisasi

dimana orang akan memilih mengerjakan yang terbaik sesuai dengan bakat dan

kemampuannya masing – masing. Pembagian tugas tadi telah menyebabkan tiap

orang ahli di bidangnya atau tersusialisir, dengan demikian produktifitasnya juga

akan meningkat.

Karena Smith menganggap pentingnya arti akumulasi kapital bagi

pembangunan ekonomi maka sistem ekonomi yang dianut sesuai dengan pemikiran

Smith disebut sisten liberal karena memberi keleluasaan yang besar bagi individu

untuk bertindak dalam perekonomian. Dalam teori keunggulan absolut, menurut

Smith perdagangan antara dua negara di dasrkan pada keunggulan absolute. Jika

sebuah negara lebih efisien terhadap negara lain dalam memproduksi sebuah

yang memiliki keunggulan absolut. Melalui proses ini sumber daya di kedua negara

digunakan dalam cara yang paling efisien.

2. Thomas Robert Malthus ( 1766 – 1834 )

Dalam bukunya Essay of Population Maltus berpendapat bahwa kemajuan

manusia tidaklah mungkin karena kemiskinan dan penderitaan merupakan hal yang

tidak terelakkan dalam mayoritas dari setiap masyarakat. Ia berpendapat bahwa

semua usaha untuk mengurangi kemiskinan baik dengan tujuan yang baik atau yang

dipikirkan dengan baik hanya akan memperburuk keadan. Hal ini di sebabkan hasrat

kesenangan seksual yang tak pernah puas sehingga meningkatkan populasi penduduk

yang tumbuh menurut deret geometris, sedangkan produksi makanan meningkat

menurut deret hitung.

Pada level kebijakan, Malthus memberi penjelasan mengapa ekonomi

dikuasai oleh depresi periodik atau kelebihan persediaan atau barang yang diproduksi

tidak mampu untuk dibeli / tidak dijual. Masa dimana pengusaha tidak bisa menjual

barang atau tingkat pengangguran tetap tinggi. Jawaban yang diberi Malthus adalah

situasi tersebut berkaitan dengan permintaan yang sangat sedikit. Sebaliknya

penjelasan Malthus mengapa harga – harga naik adalah karena terlalu banyak

pengeluaran yang terjadi didalam ekonomi. Karena alasan inilah Keynes

menyebutkan Malthus sebagai pendahulu penting dari teorinya tentang lingkaran

Pada level teoritis, Malthus memberika justifikasi untuk laba. Adam Smith

tidak punya teori keuntungan dan tidak dapat menjelaskan apa yang menentukan

tingkat keuntungan. Menurut Malthus, keuntungan adala pengembalian kepada

kapitalis karena usahanya memproduksi barang. Buruh yang memiliki alat –alat dan

mesin akan lebih produktif dibanding buruh yang kekurangan peralatan modal ini.

Dengan mengizinkan modal tersebut digunakan dalam proses produksi. Kapitalis

telah menyumbang untuk produksi dank arena itu layak dibayar berdasarkan atas

sumbangannya itu.

3. Jhon Stuart Mill ( 1806 – 1873)

Ia adalah figur tradisional dalam ilmu ekonomi. Buku karangannya adalah

Principal of Political Economy (1848) yang merupakan textbook yang meringkaskan kebijakan ekonomi yang berlaku di Inggris pada abad ke 19. Sebagian besar ahli

ekonomi klasik khawatir akan berakhirnya pertumbuhan ekonomi. Mill sebaliknya

berpendapat bahwa keadaan yang tidak berubah akan mempunyai banyak

keuntungan. Keuntungan yang paling penting adalah berakhirnya pertumbuhan

ekonomi yang mengakhiri kesibukan kehidupan industri yang terus menerus.

Sumbangan Mill yang abadi kepada ilmu ekonomi adalah dialah ekonom

pertama yang membicrakan permintaan ( demand ) dan penawaran sebagai schedules.

Dalam karya Smith, Ricardo, dan ahli ekonomi klasik lainnya, penawran dan

permintaan di perlakukan sebagai jumlah barang yang dibawa kepasar dan jumlah

perubahan dalam harga. Ketika harga naik, pengusaha akan memasukkan lebih

banyak barang ke pasar. Sebaliknya ketika harga turun, konsumen akan membeli

lebih banyak harga yang ditawarkan oleh pengusaha.

b) Teori Neoklasik

1. Schumpeter

Teori Schumpeter menyatakan bahwa sumber kemabjuan ekonomi adalah

daya kreasi manusia pelaku – pelakunya, dan bukan sekedar akumulasi kapital atau

pertumbuhan penduduk. Orang mungkin masih bisa memperdebatkan apakah daya

kreasi manusia tersebut tumbuh paling subur dalam sistem kapitalisme atau sistem

lain. Tetapi bahwa kretivitas manusia merupakan faktor sentral dalam proses

kemajuan ekonomi sulit di bantah.

Teori Schumpeter juga menyoroti satu faktor fundamental yang merupakan

penghambat pembangunan ekonomi dinegara – negara sedang berkembang, yaitu

sangat langkanya calon – calon inovator dan belum adanya lingkungan yang

menunjang inovasi. Teorinya menggarisbawahi pentingnya pembaharuan

kelembagaan sosial politik dalam mengembangkan lingkungan yang subur bagi

kegiatan inovasi.

Schumpeter percaya bahwa pertumbuhan ekonomi melalui jalur kapitalisme

akhirnya akan membawa kemakmuran bagi rakyat tanpa perlunya campur tangan

yang bersifat fundamental dari pmerintah Pemerintah cukup menyediakan lingkungan

kemakmuran yang cukup merata. Bahkan Schumpeter berpendapat bahwa tanpa

campur tangan pemerintah pun sistem kapitalis itu akhirnya akan secara gradual dan

otomatis mengubah dirinya menjadi sistem yang sosialistis. Pendapat semacam inilah

yang bertolak belakang dengan pendapat sebagian ahli – ahli ekonomi pembangunan

saat ini, bahwa memang diperlukan kebijaksanaan yang secara sadar dilakukan secara

sadar dilaksanakan untuk mengkoreksi ketidakmerataan yang timbul dari proses

pertumbuhan ekonomi. Tentunya ini bukan berarti bahwa sembarang campur tangan

pemerintah akan lebih baik daripada tanpa campur tangan pemerintah.

2. Alfred Marshal ( 1842 – 1924 )

Marshal mempelajari pasar individu dalam isolasi atau tidak menyatukan

pasar – pasar lain ), mengabaikan dampak dari suatu pasar teradap pasar lain dan pada

gilirannya dampak dari pasar lain ini terhadap semua pasar. Hal ini membuatnya

menjadikan penemu analisis keseimbangan parsial. Analisis keseimbangan parsial

memiliki keuntungan karena lebih focus pada masalah praktis yang dihadapi oleh

perusahaan dan industri tertentu. Untuk mempelajari pasar individu Marshall

mengembangkan alat analisis permintaan dan penawaran. Marshall berpendapat

bahwa persaingan akanmendorong harga actual menuju harga keseimbangan. Marhall

mendefenisikan perubahan dalam permintaan sebagai pembelian barang yang lebih

3. Solow – Swan

Robert Solow dari MIT dan Trevor Swan dari Australian National

University secara sendiri – sendiri mengembangkan model pertumbuhan ekonomi

neoklasik. Model ini memusatkan perhatiannya pada bagaimana pertumbuhan

penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi

dalam proses pertumbuhan ekonomi. Walaupun kerangka model ini mirip dengan

model Harrod – Domar, tetapi model Sollow Swan lebih “luwes” karena menghindari

masalah ketidakstabilan yang merupakan ciri warranted tare of growth dlam model

Hrrod Domar, dan bisa lebih luwes untuk menjelaskan masalah – masalah distribusi

pendapatan.

Keluwesan ini terutama disebabkan oleh karena Solow dan Swan

menggunakan bentuk fungsi produksi yang lebih mudah di manipulasi secara aljabar.

Dalam model Harrod – Domar, output dan kapitak dan output dan tenaga kerja

masing – masing di hubungkan oleh suatu “ fungsi poduksi “ dengan koefisien yang

tidak bisa berubah, yaitu Q p = h K dan Q n = n N. Dalam model Neo klasik dari

Solow Swan dipergunakan suatu fungsi produksi yang lebih umum, yang bisa

menampung berbagai kemungkinan substitusi antara Kapital (K) dan tenaga kerja (L).

Bentuk fungsi produksi ini adalah : Q = F ( K, L ), yang memungkinkan berbagai

kombinasi penggunaan K dan L untuk mendpatkan suatu tingkat output. Fungsi

produksi semacam ini di sebut fungsi produksi neoklasik. Dengan menggunakan

“ketidakstabilan” dan mengambil kesimpulan – kesimpulan baru mengenai distribusi

pendapatan dalam proses pertumbuhan.

Dengan digunakannya fungsi produksi neo klasik tersebut, ada suatu

konsekuensi lain yang penting. Konsekuensi ini adalah bahwa seluruh faktor yang

tersedia baik berupa K maupun L akan selalu terpakai atau di gunakan secara penuh

dalam proses produksi. Ini di sebabkan Karena dengan fungsi produksi neoklasik

tersebut berapapun K dan L yang tersedia akan bisa di kombinasikan untuk proses

produksi, sehingga tidak ada lagi kemungkinan kelebihan atau kekurangan faktor

produksi seperti dalam model misalnya, Harrod – Domar atau Lewis. Posisi full

employment bagi semua faktor produksi akan selalu tercapai pada setiap saat, apabila

fungsi produksi neo klasik di pergunakan. Aspek full employment ini membedakan

model neo klasik dengan model Keynesian maupun model Klasik. Jadi jelas bahwa

penggunaan fungsi produksi neo klasik sehingga selalu terdapat full employment

merupakan ciri utama yang membedakan model ini dengan model – model

pertumbuhan lain.

c) Teori Modern

1. Harrod – Domar

Teori ini merupakan kesimpulan dua ahli ekonomi yang mendasarkan

teorinya terhadap pengalaman negara maju dalam mencapai speed grow (

keseimbangan yang mantap). Menurut teori ini pembangunan dan pertumbuhan

anggap sebagai elemen fundamental dalam mencapai keberhasilan pembangunan

ekonomi tersebut.

Sebaliknya keterbelakangan atau kemunduran negara – negara membangun

terjadi semata – mata hanya karena di sebabkan oleh kurangnya faktor modal.

Dengan kata lain Harrod Domar meyakini bahwa sekiranya faktor modal cukup pada

suatu negara, maka berbagai masalah pembangunan ekonomi dengan sendirinya akan

teratasi dan keberhasilan dari pembangunan dan pertumbuhan ekonomi akan tercapai.

Harrod - Domar menyatakan bahwa peran kunci keberhasilan ekonomi

adalah investasi karena dianggap memiliki watak ganda sebab mnciptakan

pendapatanyang selanjutnya menciptakan dampak permintaan, dan memperbesar

kapasitas produksi ekonomi yang berdampak pada penawaran. Hal ini berpihak

kepada prdusen / pengusaha.

Harrod – Domar menyatakan bahwa pendapatan riil dan output harus

meningkat dalam laju pertumbuhan yang sama sehingga tingkat equilibrium ekonomi

akan di capai dan pekerjaan penuh tercipta sehingga tidak ada kapasitas yang

menganggur. Teori Harrod – Domar ini mendapat tanggapan dari para ahli antara lain

:

• Jika suatu negara di beri modal ang cukup, tetapi faktor tenaga kerjanya tidak

maksimal, maka belum tentu keberhasilan pembangunan ekonomi tersebut

tercapai. Harrod – Domar kurang memperhatikan faktor sumber daya

• Harrod – Domar menentukan bahwa dalam menjalankan ekonomi tersebut ( tabungan dan investasi ) tidak ada campur tangan pemerintah.

• Perekonomian berjalan secara tertutup, yang menyangkut antara masyarakat,

perusahaan, dan pemerintah.

• Tidak ada kesulitan dalam penyesuaian antara investasi dengan penciptaan

kapasitas produksi. Pada kenyataannya bila kenaikan modal sebanyak 100%

hasil yang di capai tidak ada jaminan naik 100% juga.

2) Teori Rostow

Rostow menjelaskan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi melalui

pendekatan sejarah dan menurut Rostow untuk mencapai keberhasilan pembanguna

dan pertumbuhan ekonomi yang mantap maka negara – negara membangun

hendaklah mengikuti dan mengaplikasikan tahap – tahap pertumbuhan ekonomi ini.

Rostow membagi tahap – tahap tersebut dalam 5 tahap:

• Tahap masyarakat tradisional

a) maksudnya suatu kondisi masyarakat yang strukturnya berkembang di

sepanjang fungsi produksi dan berdasarkan suatu keadaan masyarakat yang

masih terbelakang.

b) Penggunaan teknologi produksi yang sangat sederhana

c) Hubungan darah dan kekeluargaan sangat dominan dalam kehidupan

d) Kekuasaan terpusat di daerah dan di tangan bangsawan pemilik tanah.

e) 75% masyarakat bertani, dan hasil pertanian merupakan sumber utama

pendapatan negara.

• Tahap prasyarat tinggal landas

a. Masa pencerahan ( renaissance)

b. Kekuatan penalaran dan ketidakpercayaan menggantikan kepercayaan dan

kewenangan.

c. Feodalisme berakhir di gantikan dengan negara kebangsaan

d. Pengembaraan yang menghasilkan penemuan baru dan mulai mewujudnya

kaum – kaum elit di perkotaan.

e. Perubahan sikap, harapan, struktur, dan nilai sosial.

• Tahap tinggal landas

Menurut Rostow pada tahap ini terjadi revolusi industri yang dalam waktu

singkat menimbulkan beberapa konsekwensi yang menentukan. Rostow menyebutkan

pada tahap ini akan terjadi cirri – cirri seperti terjadinya kenaikan laju investasi yang

bersifat produktif 5 s.d 10% dari pendapatan nasional negara yang bersangkutan. Ciri

lai yaitu terjadinya perkembangan satu atau lebih sector manufaktur yang vital

dengan laju pertumbuhan yang sangat tinggi, hal ini terjai karena permintaan efektif

dan terlebih dahulu ada keuntungan investasi dan modal yang memadai. Ciri

selanjutnya adalah timbul kerangka politik, sosial, dan organisasi yang menampung

hasrat ekspansi sehingga hal ini memberi daya dorong bagi pertumbuhan.

• Tahap dorongan menuju kedewasaan

Pada tahap ini masyarakat dikataan efektif menerapkan teknologi modern

terhadap seluruh sumber daya yang ada. Pada tahap ini cirri – cirri yang berlaku

adalah:

a) Terjadi tahap pertumbuhan swadaya jangka panjang, artinya pengusaha

kedudukannya tinggi dalam hal modal.

b) Teknik produk baru yang menggantikan produk yang lama meliputi banyak

sektor.

c) Tingkat investasi lebih besar dari 10% dari pendapatan nasional.

d) Pemerintah mampu menahan goncangan krisis ekonomi.

• Tahap era konsumsi massa besar – besaran

Pada tahap ini menurut Rostow terjadi perubahan perhatian masyarakat

secara umum dari hal – hal yang bersifat penawaran ( berorientasi penawaran )

berubah menjadi hal – hal yang bersifat permintaan ( berorientasi permintaan ) .

dan kesejahteraan. Jika sebelumnya dilihat bagaimana cara memproduksi, sekarang

lebih dilihat bagaimana cara menggunakannya, dll.

Pada tahap ini setidaknya ada 3 ciri yang terjadi dan ketiga cirri tersebut

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, antara lain :

o Penerapan kebijakan nasional untuk meningkatkan kekuasaan dan pengaruh

melewati batas nasional negara yang bersangkutan. Hal ini menyebabkan

negara tersebut harus campur tangan dengan negara lain, kalau tidak

kesejahteraan masyarakat tidak terwujud.

o Pemerataan pendapatan nasional melaui pajak progresif

o Jaminan sosial dan fasilitas hiburan bagi pekerja

o Membangun pusat – pusat perdagangan.

Teori Rostow ini mempunyai beberapa kelemahan seperti tidak semua

negara maju yang ada sekarang ini melewati tahap masyarakat tradisional, terjadi

tumpangtindih tahapan misalnya perkembangan seperti perkembangan sektor

pertanian terus saja terjadi walaupun negara sudah berada pada tahapan tinggal landas

sehingga batas tahapan tidak jelas. Lalu kemungkinan kegagalan untuk tidak di

perhitungkan, penyamaan dunia dengan dunia penerbangan mengabaikan timbulnya

tabrakan dan kegagalan pendapatan. Kemudian keberhasilan investasi 0% dari

pendapatan nasional tidak ada data histories yang membuktikannya, dan tidak ada

dasar yang kuat untuk menentukan suatu sektor sebagai sektor utama dan mengapa

Faktor – faktor non ekonomi bersama – sama faktor ekonomi saling

mempengaruhi kamajuan perekonomian. Faktor non ekonomi juga memiliki arti

penting dalam pertumbuhan ekonomi.

Menurut Nurkse ( dalam Jhingan ; 1995 ) pembangunan ekonomi berkaitan

dengan peranan manusia, pandangan masyarakat, kondisi politik, dan latar belakang

histories. Didalam pertumbuhan ekonomi, faktor sosial, budaya, dan politik dan

psikologis adalah sama penting nya dengan faktor ekonomi.

Dokumen terkait