• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

B. Motivasi

2. Teori-Teori tentang Motivasi

Motivasi merupakan bidang kajian yang sering dipelajari oleh para ahli psikologi di dunia. Ini dapat dimengerti mengingat banyaknya variabel yang mendasari terjadinya perilaku manusia. Pengetahuan akan motivasi ini akan banyak membantu dalam meramalkan dan mengendalikan

dampak-dampak dari suatu keadaan tertentu terhadap kehidupan manusia. Motivasi dapat berasal dari dalam diri manusia baik yang bersifat biologis maupun psikologis serta dari lingkungan maka teori-teori banyak didasarkan pada aspek yang menjadi pusat perhatian para ahli. Handoko (1992) menyebutkan teori-teori motivasi sebagai berikut:

a. Teori Kognitif

Dasar pandangan ini adalah bahwa manusia adalah makhluk rasional yang digerakkan oleh kemampuan berpikirnya. Semakin individu inteligen dan berpendidikan otomatis individu tersebut akan semakin baik perbuatan-perbuatannya, dan secara sadar melakukan perbuatan-perbuatan untuk memenuhi keinginan atau kebutuhannya. Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku tidak digerakkan oleh motivasi melainkan oleh rasio. Oleh karena itu dalam pandangan ini tidak dikenal perbuatan-perbuatan di luar kontrol rasio.

Teori ini juga melihat pentingnya fungsi kehendak yang disejajarkan dengan fungsi perasaan dan berpikir. Namun kelemahan teori ini adalah tidak dapat menjelaskan perbuatan-perbuatan manusia di luar kontrol manusia. Sehingga teori ini tidak mampu menjelaskan adanya perbuatan-perbuatan yang tidak disadari. Pertanyaan yang muncul pada teori ini adalah jika kemampuan berpikir seorang individu semakin rendah maka apakah mungkin jika perilakunya akan semakin tidak baik?.

Teori ini berpendapat bahwa segala perbuatan manusia itu bertujuan hanya satu, yaitu mencari hal-hal yang menyenangkan dan menghindari hal-hal yang menyakitkan. Entah disadari atau tidak disadari dan entah timbul dari kekuatan luar maupun kekuatan dalam manusia adalah makhluk hedonis. Teori ini menuai kritikan dari banyak ahli karena dianggap hanya hanya memandang pengalama seseorang saja sehingga subjektivitasnya tinggi. Sebagai contoh adalah jika perbuatan menyuntik tangan dengan narkoba dianggap mencari kesenangan maka orang lain belum tentu berpendapat demikian. Orang lain akan menganggap bahwa itu adalah sesuatu yang menyakitkan.

Jika teori ini dikaitkan dengan motivasi maka dapat dikatakan bahwa tindakan seseorang sangat bergantung pada antisipasi/ ekspektansi seseorang terhadap objek/ rangsang yang dihadapinya. Antisipasi positif terhadap rangsang akan menimbulkan reaksi mendekat, sedangkan antisipasi negatif terhadap rangsang akan menimbulkan reaksi menjauh terhadap rangsang. Teori hedonistis ini

menggunakan “affectivearousal model” yang intinya mengatakan

bahwa setiap rangsang pada hakikatnya telah membawa keadaan yang menimbulkan rasa enak atau tidak enak.

c. Teori Insting

Teori ini memiliki dasar pemikiran bahwa kekuatan-kekuatan biologis yang membuat seseorang bertindak menurut cara tertentu.

Irwanto, dkk (1994:198) menambahkan bahwa insting merupakan suatu disposisi (kecenderungan) yang ditentukan secara genetis untuk berperilaku dengan cara tertentu bila dihadapkan pada rangsang-rangsang tertentu. Teori ini menyebutkan bahwa perilaku manusia dan binatang tidak ada perbedaan yang berarti karena perilaku keduanya didasarkan pada kekuatan biologis yang dibawa sejak lahir.

Kritik pada teori ini adalah sulitnya membuat daftar mengenai insting manusia. Karena manusia selalu berkembang maka setiap kali akan menambahkan daftar insting, maka akan timbul insting baru yang belum pernah dialami. Teori insting sangat mempengaruhi perilaku manusia namun demikian tidak mampu menjelaskan perilaku manusia secara keseluruhan.

d. Teori Psikoanalitis

Teori psikoanalitis merupakan pengembangan dari teori insting. Sigmund Freud, tokoh dari teori ini mengatakan bahwa tingkah laku manusia ditentukan oleh dua kekuatan dasar yaitu insting kehidupan (eros) dan insting kematian (thanatos). Insting kehidupan mendorong manusia untuk tetap hidupa dan berkembang, sedangkan insting kematian mendorong ke arah penghancuran diri. Berdasarkan dua kekuatan inilah Freud membagi motif manusia menjadi 2 yaitu motif seksual dan motif menyerang.

Teori ini juga menjelaskan adanya perilaku yang timbul akibat motif yang tidak disadari. Motif yang tidak disadari timbul akibat

adanya batasan atau larangan yang menekan seksual dan motif menyerang. Berbeda dengan teori lain, teori psikoanalitis telah menjelaskan adanya perilaku yang timbul akibat motif tidak sadar manusia walaupun belum secara kompleks. Kritik terhadap teori ini bahwa mimipi, salah ucap, dan lain-lain adalah akibat dari motif tidak disadari.

e. Teori Keseimbangan

Teori keseimbangan (homeostasis) berpendapat bahwa tingkah laku manusia terjadi karena adanya ketidakseimbangan di dalam diri manusia. Manusia selalu ingin mempertahankan keseimbangan dalam dirinya. Jika manusia mengalami ketidakseimbangan maka manusia akan segera bertindak untuk mencari keseimbangan. Manusia bisa dikatakan selalu mencari keseimbangan yang didasarkan pada kebutuhan agar terpenuhi. Berbeda dengan binatang jika mereka merasa lapar maka binatang akan mencari makan setelah itu selesai. Manusia jika merasa lapar akan mencari makan namun belum tentu selesai misalnya setelah makan manusia merasa mengantuk maka ia membutuhkan tidur. Manusia tidak pernah diam karena selalu mencari keseimbangan.

f. Teori Dorongan

Teori ini tidak berbeda dengan teori keseimbangan, perbedaannya hanya teori dorongan lebih menekankan pada hal yang mendorong terjadinya perilaku. Ada suatu tenaga dari dalam diri manusia yang

menyebabkan manusia berbuat sesuatu. Teori dorongan ini mendukung adanya teori keseimbangan. Dorongan adalah suatu usaha (otomatis) untuk dapat mengembalikan keadaan seimbang dalam diri manusia.

Jika melihat beberapa teori yang telah dipaparkan di atas, maka teori yang paling relevan dengan adanya perilaku siswa yang kurang termotivasi dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal adalah teori hedonistis. Seperti yang telah dipaparkan bahwa teori hedonistis berpendapat bahwa perilaku manusia pada dasarnya adalah untuk mencari kesenangan dan menghindari sesuatu yang menyakitkan. Kaitannya dengan penelitian ini adalah siswa cenderung melihat bahwa penyampaian materi guru bimbingan dan konseling ada indikasi membosankan bagi siswa dan itu dianggap menyakitkan bagi siswa. Oleh sebab itu, siswa kemudian mengalihkan perhatiannya dan dirinya ke hal-hal yang menyenangkan dan membuat dirinya senang seperti mengobrol dengan teman lain, gaduh, jalan-jalan di kelas dan lain sebagainya.

Dokumen terkait