• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Proses Pengujian

2.5.1 Teori Uji Impak (Impact Test)

Uji impak adalah pengujian dengan menggunakan pembebanan yang cepat

(rapid loading). Pengujian impak merupakan suatu pengujian yang mengukur

ketahanan bahan terhadap beban kejut.Pada pengujian ini beban di ayun dari

ketinggian tertentu untuk memukul benda uji,yang kemudian diukur energy yang di

serap oleh pepatahannya.Impact test merupakan suatu pengujian yang dilakukan

untuk menguji ketangguhan suatu spesimen bila di berikan beban secara tiba-tiba

melalui tumbukan.

Untuk menentukan sifat perpatahan suatu logam, keuletan maupun

kegetasannya, dapat dilakukan suatu pengujian yang dinamakan dengan uji impak.

Umumnya pengujian impak menggunakan batang bertakik. Berbagai jenis pengujian

impak batang bertakik telah digunakan untuk menentukan kecenderungan bahan

untuk bersifat getas. Dengan jenis uji ini dapat diketahui perbedaan sifat bahan yang

tidak teramati dalam uji tarik. Metode pengujian impak ada dua yaitu :

1. Metoda Charpy

Batang impak biasa, banyak di gunakan di Amerika Serikat. Benda uji Charpy

mempunyai luas penampang lintang bujur sangkar (10 x 10 mm) dan

mengandung takik V-45˚, dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan kedalaman 2 mm. Benda uji diletakan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian

lix

yang tak bertakik diberi beban impak dengan ayunan bandul. Benda uji akan

melengkung dan patah pada laju regangan yang tinggi, kira-kira 103 detik.

2. Metoda Izod

Benda uji Izod mempunyai penampang lintang bujur sangkar atau lingkaran

dan bertakik V di dekat ujung yang dijepit. Angka kuat pukul impak adalah

Joule yaitu hasil bagi dari kerja pukul dalam (kg) terhadap penampang dalam

(cm) dari benda uji yang diukur dari luas penampang yang diberi takikan

dalam cm.

Gambar 2.25 Benda Uji Impak a) Metode Izod b) Metode Charpy

Pada penelitian ini alat uji impak yang digunakan adalah metode charpy

(gambar 2.25) dimana spesimen disokong pada kedua ujungnya, dan takikan dibuat

lx

Gambar 2.26. Alat Uji Impact (charpy impact test)

Hasil pengujian impak akan diperoleh banyaknya energi yang diserap (E) oleh

spesimen uji. Banyaknya energi yang diserap ini akan menyatakan ketangguhan

(toughness) dari material yang diuji. Besarnya energi yang diserap dinyatakan dengan

(

CosA

)

D P

E = . cos β

Dimana :A = sudut permulaan (147o)

� = sudut akhir P = 251,3 N

D = 0,6495 m

Energi yang diperlukan untuk mematahkan benda uji charpy sering kali

dinyatakan sebagai energi yang diserap tiap satuan luas penampang lintang benda uji.

Pengukuran lain yang biasa dilakukan dalam pengujian impak Charpy adalah

penelaahan permukaan perpatahan untuk menentukan jenis perpatahan (fracografi)

lxi

maka perpatahan impak digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:

Perpatahan berserat (fibrous fracture), yang melibatkan mekanisme pergeseran

bidang-bidang kristal di dalam bahan (logam) yang ulet (ductile). Ditandai dengan

permukaan patahan berserat yang berbentuk dimpel yang menyerap cahaya dan

berpenampilan buram. Perpatahan granular/kristalin, yang dihasilkan oleh mekanisme

pembelahan (cleavage) pada butir-butir dari bahan (logam) yang rapuh (brittle).

Ditandai dengan permukaan patahan yang datar yang mampu memberikan daya

pantul cahaya yang tinggi (mengkilat). Perpatahan campuran (berserat dan granular).

Merupakan kombinasi dua jenis perpatahan di atas.

Selain dengan harga impak yang ditunjukkan oleh alat uji pengukuran

ketangguhan suatu bahan dapat dilakukan dengan memperkirakan berapa persen

patahan berserat dan patahan kristalin yang dihasilkan oleh benda uji yang diuji pada

temperatur tertentu. Semakin banyak persentase patahan berserat maka dapat dinilai

semakin tangguh bahan tersebut. Cara ini dapat dilakukan dengan mengamati

permukaan patahan benda uji di bawah miskroskop stereoscan.

Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan laju regangan atau penurunan suhu.

Usaha dari perpatahan pembelahan jauh lebih sedikit dari usaha perpatahan

penggabungan rongga mikro, karena melibatkan lebih sedikit deformasi plastis.

Perubahan pada mekanisme perpatahan kemudian akan menyebabkan transisi ulet ke

lxii

Gambar 2.27. Struktur Mikro Mekanisme Perpatahan Microvoid Coalescence

(Sumbe

Gambar 2.28. Struktur Mikro Mekanisme Perpatahan Cleavage

(Sumbe

Pada gambar diatas, bentuk struktur mikro mekanisme patahan yang diambil

dengan menggunakan alat miskroskop stereoscan. Bentuk patahan ini dapat

ditentukan dengan mudah, walaupun pengamatan permukaan patahan tidak

menggunakan perbesaran atau alat uji. Facet permukaan patahan belah yang datar

memperlihatkan daya pemantul cahaya yang tinggi serta penampilan yang berkilat.

lxiii

Notch

Notch pada material akan menyebabkan terjadinya konsentrasi tegangan

pada daerah yang lancip sehingga material lebih mudah patah. Selain itu

notch juga akan menimbulkan triaxial stress. Triaxial stress ini sangat

berbahaya karena tidak akan terjadi deformasi plastis dan menyebabkan

material menjadi getas.

Temperatur

Pada temperatur tinggi material akan getas karena pengaruh vibrasi

elektronnya yang semakin rendah, begitupun sebaliknya.

Strainrate

Jika pembebanan diberikan pada strainrate yang biasa-biasa saja, maka

material akan sempat mengalami deformasi plastis, karena pergerakan

atomnya (dislokasi). Dislokasi akan bergerak menuju ke batas butir lalu

kemudian patah. Namun pada uji impak, strain rate yang diberikan sangat

tinggi sehingga dislokasi tidak sempat bergerak, apalagi terjadi deformasi

plastis, sehingga material akan mengalami patah transgranular, patahnya

ditengah-tengah atom, bukan di batas butir.

Dari hasil percobaan akan didapatkan energi dan temperatur. Dari data

tersebut, kita akan buat diagram harga impak terhadap temperatur. Energi akan

berbanding lurus dengan harga impak. Kemudian kita akan mendapakan temperatur

transisi. Temperatur transisi adalah range temperature dimana sifat material dapat

lxiv

Temperatur transisi ini bergantung pada berbagai hal, salah satunya aspek

metalurgi material, yaitu kadar karbon. Material dengan kadar karbon yang tinggi

akan semakin getas, dan harga impaknya kecil, sehingga temperatur transisinya lebih

besar. Temperatur transisi akan mempengaruhi ketahanan material terhadap

perubahan suhu. Jika temperatur transisinya kecil maka material tersebut tidak tahan

terhadap perubahan suhu.

Pada baja dan aluminium terdapat perbedaan harga impak. Harga impak baja

lebih tinggi dari pada aluminium menunjukkan bahwa ketangguhan baja lebih tinggi

jika dibandingkan dengan aluminium. Ketangguhan adalah kemampuan material

untuk menyerap energi dan berdeformasi plastis hingga patah. Pada proses penilitian

ini, bentuk dan dimensi dari uji impak Charpy dengan ukuran yang telah ditentukan

berdasarkan ASTM E23-56T. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.29. Bentuk Dan Dimensi Uji Impak Berdasarkan ASTM E23-56T

Balok sederhana berlekuk V tpe charpy

Balok sederhana lubang kunci berlekuk tipe charpy

lxv 2.5.2 Uji Tarik (Tensile Test)

Proses pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui kekuatan tarik benda uji.

Pengujian tarik untuk kekuatan tarik daerah las dimaksudkan untuk mengetahui

apakah kekuatan las mempunyai nilai yang sama, lebih rendah atau lebih tinggi dari

kelompok raw materials. Pengujian tarik untuk kualitas kekuatan tarik dimaksudkan

untuk mengetahui berapa nilai kekuatannya dan dimanakah letak putusnya suatu

sambungan las. Pembebanan tarik adalah pembebanan yang diberikan pada benda

dengan memberikan gaya tarik berlawanan arah pada salah satu ujung

benda.Penarikan gaya terhadap beban akan mengakibatkan terjadinya perubahan

bentuk (deformasi) bahan tersebut. Proses terjadinya deformasi pada bahan uji adalah

proses pergeseran butiran kristal logam yang mengakibatkan melemahnya gaya

elektromagnetik setiap atom logam hingga terlepas ikatan tersebut oleh penarikan

gaya maksimum.Pada pengujian tarik beban diberikan secara kontinu dan pelan–

pelan bertambah besar, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan mengenai

perpanjangan yang dialami benda uji dan dihasilkan kurva tegangan regangan.

lxvi

Pada pengujian tarik beban diberikan secara kontinu dan pelan–pelan

bertambah besar,bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan mengenai

perpanjangan yang dialami benda uji dan dihasilkan kurva

teganganregangan.Tegangan dapat diperoleh dengan membagi beban dengan luas

penampang mula benda uji.

Dimana:

σu= Tegangan nominal (kg/mm2) Fu = Beban maksimal (kg)

Ao = Luas penampang mula dari penampang batang (mm2)

Regangan (persentase pertambahan panjang) yang diperoleh dengan membagi

perpanjangan panjang ukur (ΔL) dengan panjang ukur mula-mula benda uji.

Dimana:

ε = Regangan (%) Δ L = Panjang akhir (mm)

Lo = Panjang awal (mm)

Pembebanan tarik dilakukan terus-menerus dengan menambahkan beban

sehingga akan mengakibatkan perubahan bentuk pada benda berups pertambahan σu = ��

��

�=ΔL

lxvii

panjang dan pengecilan luas permukaan dan akan mengakibatkan kepatahan pada

beban.

Dokumen terkait