• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.7 Terapi Psikososial pada anak dengan ADHD

Grafik 4. 2 Distribusi terapi psikososial yang digunakan pada pada anak dengan ADHD.

Hasil penelitian terapi psikososial yang diberikan di Instalasi Jiwa anak dan remaja RSJ Dr. Soeharto Heerdjan bersesuaian dengan teori yang ada. Terapi tersebut meliputi terapi remedial 31 orang (49,2%), terapi sensori integrasi 24 orang (38,10%), terapi wicara 18 orang (28,6%), dan terapi keluarga 8 orang (12,69), dan terapi perilaku 8 orang (12,69%). Hasil penelitian kami didukung oleh penelitian Georgia S. tahun 2009, yang menyatakan pemberian terapi sensori integrasi diberikan kepada 37 orang (88%), dan terapi perilaku diberikan kepada 22 orang (52%).32

Terapi remedial merupakan terapi yang tersering diberikan karena banyak orang tua yang mengeluhkan kesulitan belajar pada anaknya. Hasil ini sesuai dengan

30

tujuan terapi remedial yaitu meningkatkan kualitas anak dalam menangkap dan memahami pelajaran yang diberikan di sekolah.6

31 PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :

1. Pasien yang didiagnosis ADHD berjumlah 63 orang, dengan laki-laki 47 orang (74,6%) dan perempuan 16 orang (26,4%).

2. Usia saat diagnosis ADHD tertinggi ditemukan pada kelompok usia 7-12 tahun sebanyak 35 orang (55,6%) sedangkan kelompok usia terendah > 12 tahun sebanyak 2 orang (3,2%).

3. Tipe ADHD terbanyak adalah tipe campuran sebesar 43 orang (68,3%), tipe hiperaktif-impulsif sebesar 11 orang (17,5%), dan tipe inatensi sebesar 9 orang (14,3%).

4. Keluhan penyerta pada pasien anak dengan ADHD yaitu emosi tinggi sebesar 11 orang (17,5%), mudah lupa sebesar 9 orang (14,3%), dan malas belajar sebesar 4 orang (6,3%).

5. Faktor predisposisi pada pasien anak dengan ADHD adalah kejang 15 orang (23,8%), BBLR 8 orang (12,7%), dan trauma kepala 8 orang (12,7%)

6. Terapi farmakologis yang terbanyak diberikan adalah methylphenidate HCl

sebanyak 33 orang (52,4%) dan suplemen asam folat dan vitamin B6 masing-masing sebanyak 33 orang (52,4%). Setelah itu pemberian fluoxetine sebanyak 13 orang (20,63%), atomoxetine sebanyak 11 orang (17,46%), aripiprazole sebanyak 11 orang (17,46%), piracetam sebanyak 9 orang (14,3%), risperidone sebanyak 9 orang (14,3%), asam valproat sebanyak 3 orang (4,8%), dan natrium divalproat sebanyak 2 orang (3,2%).

32

7. Terapi psikososial yang terbanyak diberikan meliputi terapi remedial 31 orang (49,2%), terapi sensori integrasi 24 orang (38,10%), terapi wicara 18 orang (28,6%), dan terapi keluarga 8 orang (12,69), dan terapi perilaku 8 orang (12,69%).

5.2 Saran

1. Pada penelitian ini sampel terbatas hanya pada satu rumah sakit rujukan saja dan belum mencerminkan keadaan ADHD sebenarnya di komunitas. Untuk itu dianjurkan untuk membuat penelitian lain dengan jangkauan sampel yang lebih luas.

2. Diharapkan peneliti selanjutnya mencari secara spesifik hubungan bermakna antara kejadian ADHD dengan jenis kelamin serta faktor predisposisi ADHD. Serta mencari nilai keefektifan pengobatan yang diberikan kepada pasien, baik terapi farmakologis maupun psikososial.

3. Perlunya edukasi lebih luas kepada masyarakat khususnya orang tua yang memiliki anak usia dini dan guru mengenai gejala spesifik pada anak dan remaja dengan ADHD. Supaya anak dengan ADHD bisa ditangani secara cepat dan tepat juga meminimalisir kejadian ADHD pada dewasa.

33

1) Levine MD. Disfungsi Perkembangan Saraf pada anak usia sekolah. Dalam Wahab AS., editor. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol.1. Edisi 15. Jakarta: EGC, 1999;h.126.

2) Kay J & Tasman A. Childhood Disorders: Attention deficit and Disruptive Behavior Disorders. Dalam Essentials of Psychiatry. West Sussex: John Wiley & Sons, Ltd, 2006;p.321-30.

3) Hidayat LL. Jika Anak-Anak Mengalami Gangguan Belajar. Dalam J. I. C. M. Drost SJ, Wnci GK, Ekowani E, dkk. Perilaku Anak Usia Dini: Kasus & Pemecahaanya. Yogyakarta: Kanisius, 2003;h.54

4) Wiguna T. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas. Dalam Elvira S & Haadisukanto G, editor. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2010;h.441-54.

5) Blum MJ & Mercugliano M. Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder. Dalam: L. Mark. Children with Disability. VIth ed. Maryland: Brookes Publishing, 1995;p.449-70.

6) Arnold LE & Jensen PS. Attention Deficit Disorder. Dalam Kaplan HI. & Sadock BJ, editor. Comprehensive text book of psychiatry. VI th ed. Maryland: William & Willkins, 1995;p.2295-310.

7) Regional Office for the Eastern Mediterranean. Maternal, child and adolescent mental health: challenges and strategic directions for the Eastern Mediterranean Region / World Health Organization. Cairo: WHO Regional Office for the Eastern Mediterranean, 2011;p.13.

8) Kaplan HI & Sadock BJ, Attention Deficit Disorder. Dalam Kaplan HI & Sadock BJ, editor. Synopsis of psychiatry. 8 th ed. Maryland: William & Willkins, 1998;p.1063-8.

9) SN Visser, RH Bitsko, ML Danielson, & R Perou. Increasing Prevalence of Parent-Reported Attention Deficit/Hyperactivity Disorder Among Children --- United States. Didapatkan dari:

34

http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/mm5944a3.htm Diunduh 7 Februari 2012.

10) Varaone SV, J.Sergent, C.Gillberg, & J.Biederman. The worldwide prevalence of ADHD: is it an American condition?. World Psychiatry; 2003;2(2):104-13.

11) Wihartono W, Sri S, & Indarwati S. Faktor Risiko Attention Deficit/Hyperactivity Disorder pada murid sekolah SD di Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul D.I. Yogyakarta: Artikel Penelitian. Berkala Kesehatan Klinik. 2007;VIII(2):73-81.

12) Irwanto, dkk. Penyimpangan Tumbuh Kembang. Naskah lengkap Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak XXXVI Kapita Selekta Ilmu Kesehatan Anak VI. Surabaya, 29-30 Juli 2006.

13) Tanjung IS. Prevalensi Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas pada murid SD kelas I-III di wilayah Jakarta Pusat. Bagian Psikiatri. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001.

14) Baehr M & Frotscher M. Diagnosis Topik Neurologi DUUS. Edisi 4. Jakarta: EGC, 2010;h.219,293.

15) Louisa M & Dewoto HR. Perangsang Susunan Saraf Pusat. Dalam Gunawan S.G, editor. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: FKUI, 2009;h.250. 16) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.

269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2008.

17) Haslam RHA. Kejang-Kejang pada Masa Anak. Dalam Behrman, Kliergman & Arvin, editor. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol.3. Ed.15. Jakarta: EGC, 2000;h.2053.

18) Barkley RA. The executive function and self regulation: An evolutionary neuropsychological perspective. Neuropsychology Review, 2001;1-29.

19) Zametkin AJ & Ernst M. Problem in management of Attention Deficit/Hyperactivity Disorder. N Engl J Med. 1999;340:40-6.

20) Martel M. Conscientiousness as a mediator of the association between masculinized finger-length ratios and attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD). Journal of Child Psychology and Psychiatry. 2009;50(7):790–8. 21) Cosgrove KP, Mazure CM., & Staley JK. Evolving Knowledge of Sex

Differences in Brain Structure, Function, and Chemistry. Biological Psychiatry. 2007;62(8):847–55.

22) Limoa E, Nur Aeni MA, & A.Jayalangkara T. Profil Pasien Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktifitas Di Rumah Sakit Dadi Dan Rumah Sakit DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar 2003-2004. Jurnal Media Nusantara. 2005;26(3):56-9.

23) Chu S & Reynolds F. Occupational Therapy for Children with Attention Deficit Hyperactivity Disorder, Part 2: a Multicentre Evaluation of an Assesment and Treatment Package. British Journal of Occupational Therapy. 2007 Oct;70(10):439-48.

24) Anonymous. Fact Sheet: Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) Topics. Adapted from R. A. Barkley & K. R. Murphy. Attention deficit hyperactivity disorder: A clinical workbook. New York: Guilford Publications, 2006.

25) Kliegman MR. Prematuritas dan Retardasi Pertumbuhan Intrauteri. Dalam Wahab AS, editor. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol.1. Edisi 15. Jakarta: EGC, 1999;h.562.

26) Akdag Sare. Epilepsy and ADHD. Fall 2011 BC Epilepsy Society Newsletter. Didapatkan dari www.bcepilepsy.com. Diunduh 17 September 2012.

27) Castle L, Ronald E,Robert R, Mona K, & Robert S. Trends in Medication Treatment for ADHD. J Atten Disord. 2007;10(4):335-42.

28) Marsha D & Rappley M.D. Attention Deficit- Hyperactivity Disorder. Clinical Practice.N Engl J Med. 2005;352:165-73.

29) Findling R.L, Elizabeth JS, Thomas L, Lisa DT, Christine AD, Nora KM, dkk. Aripiprazole in children with attention-deficit/hyperactivity disorder. J

36

30) Biederman J, Paul H, Robert D, Gagan J, Megan A, & Eric M. Risperidone treatment for ADHD in childrean and adolescent with bipolar disorder. Original Research Neuropsychiatric Disease and Treatment. 2008;4(1):203-7. 31) Petkov V. Can nootropic drugs be effective againts the impact of ethanol

teratogenicity on cognitive performance?. Europian Neuropsychopharmacology. 2001;11(1):33-40.

32) Spiliotopoulou G. Management of Children with Attention Deficit/Hyperactivity Disorder and Learning Disabilities: A Survey of Paediactric Occupational Therapist In the United Kingdom. Mental Health and Learning Disabilities Research and Practice. 2009;6:5 -19.

37 Data Asli Rekam Medis 1

38

Data Output SPSS 16.0 for Window - Jenis Kelamin

- Usia Terdiagnosis

(1 = <3 tahun, 2 = 4-6 tahun, 3 = 7-12 tahun, 3 = >12 tahun)

- Tipe ADHD

40

- Faktor Predisposisi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Dokumen terkait