• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari hasil observasi dan hasil wawancara, diperoleh hasil bahwa latar belakang dibentuknya program empowerment adalah untuk melakukan pemberdayaan yang sifatnya untuk long life, karena perusahaan ada tidak hanya satu sampai dua tahun saja, butuh bertahun-tahun. Selain itu, perusahaan juga ingin memberikan manfaat kepada masyarakat. Tidak hanya

profit yang dijunjung, namun ada juga yang lain yang salah satunya adalah people atau masyarakat. Perusahaan juga memiliki kepedulian yang sangat tinggi terhadap masyarakat. Program empowerment ini juga dapat membantu perusahaan menciptakan hubungan yang harmonis dengan masyarakat dan melancarkan proses operasionalnya.

Program empowerment ini mulai dilakukan oleh JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi pada September 2013. Namun, pelaksanaan secara intens dilakukan pada tahun 2014. Hal ini dapat dilihat dari anggaran dan perencanaan 2015 dimana empowerment menempati posisi tertinggi. Tujuan diadakannya program empowerment ini adalah untuk mengajak masyarakat berkembang bersama, sehingga tidak ada gap antara masyarakat dengan perusahaan. Selain itu, perusahaan ingin menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat, meng-compare apa yang bisa diberikan oleh perusahaan dan apa yang bisa diberikan oleh masyarakat. Program ini juga sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap masyarakat, sehingga masyarakat dapat mendapatkan dampak positif dari perusahaan serta dapat mandiri dan sejahtera.

Tahapan perencanaan dari program empowerment sendiri dimulai dari social mapping. Pada saat social mapping, dianalisa dan dilihat potensi apa yang dimiliki oleh masyarakat. Potensi itu dilihat baik dari segi potensi sumber daya manusianya, sumber daya alamnya, maupun potensi-potensi lain yang mendukung. Kemudian, dilakukan analisa SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Setelah social mapping, yang selanjutnya dilakukan adalah merencanakan program. Dalam perencanaan program ini harus jelas apa yang akan dilakukan. Kemudian, perencanaan program ini diaplikasikan dalam pekerjaan dan di monitoring sehingga tercipta program yang berkesinambungan. Pengaplikasian pekerjaan ini diimplementasikan melalui pelatihan dan praktek di lapangan dan setelah itu baru di monitoring dan evaluasi.

Kegiatan-kegiatan dari program empowerment ini banyak sekali, seperti misalnya pertanian organik, budidaya lele organik, pemanfaatan air kelapa yang biasanya dibuang menjadi produk nata de coco dan VCO, dan program-program lain yang tujuannya untuk memperkaya kaidah dan wawasan di lingkungan masyarakat. Di samping itu, program empowerment dilakukan di

dua kabupaten, yaitu kabupaten Banggai dan Morowali Utara, karena wilayah tersebut merupakan wilayah ring area kerja perusahaan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Bondan Brillianto terkait latar belakang program empowerment, yaitu :

“Comdev yang sifatnya pemberdayaan, pemberdayaan ini sifatnya untuk long life, karena apa? Perusahaan ini ada disini tidak hanya setahun dua tahun, butuh bertahun-tahun. Jangan sampai juga setelah perusahaan tidak ada disini masyarakat masih seperti dulu saat kita masuk, tidak ada manfaatnya. Adanya perusahaan tidak menambah manfaat. Tidak hanya profit yang dijunjung perusahaan, namun ada juga yang lain, profit, planet dan people. Selain profit ya kita jaga lingkungan planet, dan jaga people.” (Wawancara pada : Minggu, 18 Mei 2014)

Lalu, pernyataan dari Bapak Atma Hermawan terkait latar belakang program empowerment yaitu :

“Karena pertama itu kan juga udah sebagai kewajiban. Tapi yang paling penting juga mungkin kita ini kan kepedulian terhadap masyarakat di wilayah operasi kita. Jadi paling tidak disitu selain masyarakat bisa merasakan hasilnya ya sebaliknya kan perusahaan juga untuk bisa lancar operasionalnya karena adanya keharmonisan antara masyarakat dengan perusahaan ini. Sehingga diharapkan juga bisa menekan kecemburuan sosial itu.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014)

Dan pada pernyataan Bapak Yuyu Wahyudin yaitu :

“Ya pertama adalah kita tujuan utama adalah pemberdayaan masyarakat. Yang kedua adalah pemberdayaan masyarakat itu tujuan utamanya adalah kepedulian tingkat perusahaan terhadap masyarakatnya itu sendiri. Kemudian disitu kita punya tanggung jawab moral, tidak hanya membikin saja tapi perlunya ada berkelanjutan atau susitainablenya, sehingga program tersebut bisa dirasakan baik oleh masyarakat yang kita bina maupun oleh perusahaan yang pembinanya.” (Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014)

Mengenai tujuan diadakannya program empowerment, Bapak Bondan Brillianto mengatakan :

“Ya ini, masyarakat adalah organisasi yang ada di sekitar perusahaan, kalau mereka didiamkan, tidak diajak berkembang bersama, tentunya semakin lama akan semakin terlihat suatu kejomplangan atau suatu gap. Mereka lihat mobil. Mereka lihat orang-orang, yang berpakaian rapih, modis gitu diperusahaan dan selama ini mereka menjadi orang yang terpinggirkan,

semakin terpinggirkan. Nah, kita pengen mereka menjalin hubungan yang baik, tidak musti jadinya kita harus pakai baju yang compang camping juga engga, tapi apa yang bisa diberikan oleh perusahaan dan apa juga yang bisa diberikan oleh masyarakat. Kita harus compare. Oh, dengan tadi SRI, padinya bisa dipakai untuk dijual ke kita, kita mengajarkan pertanian, sehingga mereka tumbuh sendiri, tidak lagi melihat kesenjangan tadi.” (Wawancara pada : Minggu, 18 Mei 2014) Selanjutnya, pernyataan dari Bapak Atma Hermawan :

Jawab :

“Tujuan program ini sebagai kepedulian perusahaan untuk bagaimana masyarakat juga bisa merasakan dampak langsung dari perusahaan tadi. Jangan sampai mungkin ada dampaknya yang negatif saja jika memang ada. Tapi justru ini positif bagi masyarakat, selain memang perusahaan mempunyai kewajiban untuk itu, dari program csrnya untuk dikembalikan lagi ke masyarakat, sehingga masyarakat bisa merasakan.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014)

Mengenai tahapan perencanaan dari program empowerment, Bapak Bondan Brillianto mengatakan :

“Diawali dengan social mapping, kebutuhannya apa. Social mapping adalah untuk mengetahui kondisi real desa tersebut. Banyak elemen yang di dapat dan tergantung di dalam social mapping, diantaranya ya pertama data statistik penduduk, kemudian disitu ada lagi data geografis penduduk, geografi lingkungan, abis itu bisa kita lihat potensi-potensi. Jadi social mapping itu lebih melihat kepada potensi apa yang dimiliki masyarakat. Kemudian bisa pakai sistem swot analisis, strength nya dimana, kelemahannya dimana, opportunitynya apa, tantangannya apa. Itu dalam social mapping harus ada. Dari situ kita bisa melihat atau bisa mempotret desa, bukan melihat apa si yang dibutuhkan mereka, tapi kita lihat potensi. Disitu kita baru bisa merencanakan apa si rencana program kerjanya. Empowerment ini seperti suatu pemberdayaan untuk konsep kesinambungan mereka. Jadi, sebenernya mereka udah punya potensi, nah saat perusahaan masuk, itu anggapan sebagian melihat ‘wah ini ada uang, ada kesempatan program-program csr yang di ada-ada sebagai tanggung jawab yang harus wajib’. Padahal tidak seperti itu. Empowerment kita bisa lebih meningkatkan dari kapasitas mereka. Cara kebijakan perusahaan pun mengedepankan akan pentingnya kesinambungan, jadi empowerment tadi bagaimana kita melihat potensi tadi, masyarakat ini punya potensi sehingga kita memoles, sehingga mereka bisa menjadi pendamping lokal, bisa meneruskan program dengan baik. Perencanaan empowerment harus matang dari social mapping, kemudian diaplikasikan dalam pekerjaan,

kemudian di monitor sehingga perencanaan tadi bisa berkesinambungan.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014) Bapak Atma Hermawan menambahkan :

“Kalau saya tahapannya si biasanya kita ada assessment lah. Assesment itu melihat dulu, mengevaluasi, potensi-potensi. Potensi itu baik potensi SDMnya, potensi SDAnya, dan potensi-potensi lain yang mendukung itu. Setelah potensi-potensi ada, kita evaluasi, kita diskusikan dengan rekan-rekan kita dari comdev. Setelah itu baru kita bikin programnya, kira-kira apa programnya. Setelah itu baru kita buat anggarannya, kita ajukan ke atasan. Nah setelah di acc, anggarannya ada, kita jalan. Jalan mulai dari pelatihan atau pembelajarannya, pembentukan kelompok, sampai akhirnya penerapan dan pendampingan. Yang perlu ditekankan disini adalah pendampingan. Jadi selain pelatihan, pendampingan ini sangat perlu untuk keberlanjutan penerapannya. Mungkin ini yang harus digarisbawahi adalah pendampingan. Jadi kalau kita hanya melatih, terus ditinggal begitu saja itu keberhasilannya sangat kecil. Tapi pendampingan ini bisa mencapai 60% keberhasilannya.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014) Selanjutnya, Bapak Yuyu Wahyudin mengatakan :

“Dari mulai kita merencanakan secara administratif, kemudian kita mengadakan social mapping, kemudian dari situ juga muncul potensi-potensi apa yang kita bisa diimplementasikan programnya, dibikin satu program. Kemudian kita melakukan suatu assessment, kita menerapkan suatu data-data, setelah data-data kita peroleh kita rembukkan, kira-kira mana yang prioritas utama, mana yang prioritas berikutnya. Setelah itu baru di implementasikan. Kita implementasi ke masyarakat melalui pelatihan, kemudian melalui praktek, penyampaian, transformasi teknologi ke mereka, baru kita langsung pelaksanaan di lapangan. Pelaksanaan di lapangan itu perlu adanya monitoring. Monitoring apakah program itu berjalan, apakah ada hambatan, itu perlu ada pendampingan. Pendampingan itu yang memegang peranan penting. Nah setelah itu baru ada evaluasi. Setelah evaluasi ya kembali lagi, mana kelemahannya mana kelebihannya. Analisa swot. Jadi ada kekuatannya ada kelemahannya ada opportunitynya ada hambatannya. (Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014)

Bapak Nana Sutisna juga mengatakan :

“Kalau bicara programnya ya tadi, ada kajian sosial, ada pemetaan assessment, abis itu ada merumuskan program, apa yang tepat yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Tahap keduanya implementasi. Apa-apa aja yang harus dilakukan. Yang harus dilakukan itu ada dua, administrasi sama non

administrasi. Administrasi itu menyiapkan berbagai dokumen yang terkait dengan anggaran. Setelah ini selesai, beres, baru nanti di lapangan. Di lapangan itu mekanisme yang di lapangan berlaku, bagaimana prosedurnya, misalnya menghubungi tokoh-tokoh kepala desa dan sebagainya, monitoring, pendampingan dan pengembangan. Nah abis itu baru evaluasi.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014)

Mengenai kegiatan-kegiatan yang ada pada program empowerment, Bapak Bondan Brillianto menjelaskan :

“Semua aktivitas sebenernya bisa dikategorikan ke empowerment. Tadi dari infrastruktur, kemudian kaya pertanian organik, itu empowerment, jadi kita mengajak petani lebih memiliki kemampuan untuk bertani dengan lebih baik, tidak menggunakan pupuk atau pestisida kimia tapi lebih kepada memanfaatkan potensi yang mereka miliki, kompos, terus pestisida alami. Dari lele juga, dari pemanfaatan air kelapa yang biasanya dibuang jadi limbah sekarang jadi produk, nata de coco. Juga kelapa yang dipakai dalam bentuk koprah, setelah kita didik, kita latih, mereka bisa buat menjadi VCO, lebih menguntungkan nilainya. Banyak,banyak sekali yang bisa mereka lakukan untuk empowerment tadi kalau kita melihatnya tujuannya untuk memperkaya kaidah, memperkaya wawasan, di lingkungan mereka. Dari yang tidak tahu menjadi tahu, artinya berkembang. Itu empowerment.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014) Disamping itu, Bapak Atma Hermawan mengatakan :

“Kegiatan seperti kalau di Sinorang kan ada, karena potensi kelapanya banyak itu ada nata de coco, ada VCO (Virgin coconut oil), ada program lele organik, ada program SRI Organik karena potensi sawahnya memungkinkan. Di morut juga sama, ada juga tadi tambah lagi seperti wedang jahe. Karena juga jahe merahnya murah dan banyak disni. Terus juga herbal, herbal juga banyak potensinya. Jadi setelah saya melihat disekitaran wilayah operasi kita ini, kurang lebih ada sekitar 70, atau udah lebih lah dari 70 jenis herbal yang ada disini. Jadi kita tidak perlu mendatangkan dari luar, tapi bisa memanfaatkan herbal yang ada disini. Tinggal bagaimana sumber dayanya mampu untuk mengolah herbal. Terus juga di kolo bawah ada program keramba jaring tancap, ada abon ikan, karena memang potensi ikannya banyak. Di kolo atas ada sale pisang, karena pisangnya banyak. Terus juga ada bagea, karena sagunya banyak. Ada kerupuk udang, kepiting cangkang lunak. Nah itulah program-programnya selain tadi intinya program kita itu mengacu pada yang ramah lingkungan.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014)

“Pertama adalah kalau kita kan membidangi pertanian, peternakan sama perikanan kelautan. Yang telah dibina kita adalah dibidang pertanian, ya itu SRI Organik, yang memang itu adalah potensi banget dimasyarakat. Karena disini adalah kebanyakan petani. Yang keduanya di pertanian itu adalah kita mencoba menerapkan teknologi kompos dan mol untuk di semua komoditi pertanian. Yang sudah diterapkan adalah di sayuran maupun di tanaman keras, seperti coklat, dan lain-lain. Kemudian sayuran organik. Sayuran organik adalah pemanfaatan dalam hal lahan pekarangan. Nah itu dalam hal pemberdayaan ibu-ibu. Terus disamping itu adalah tanaman toga, yang nanti bermanfaat untuk keluarga. Tanaman toga, masuknya ke herbal. Itu disisi pertaniannya. Kemudian peternakan dan perikanan ada budidaya lele. Kemudian kita juga di pesisirnya budidaya kepiting cangkang lunak. Terus disisi lain adalah kita mencoba untuk home industri yang bisa dibikin sesuai dengan potensi yang ada disini. Seperti halnya wedang jahe, itu semua bahannya dari sini, kemudian nata de coco itu juga sama. Kemudian jamur juga, kita sedang kembangkan jamur, karena ada masyarakat yang mulai, dan kita support. Kemudian dari herbal juga ternyata disini banyak buah pace atau buah-buah mengkudu yang tersiakan, sehingga kita fermentasi, diolah menjadi noni, dan itu sangat berkhasiat. Itu pun menjadi home industri yang bisa dikembangkan. Dan yang paling penting yang bisa diinikan dari kelapa adalah VCO.” (Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014)

Dan mengenai wilayah diadakannya program empowerment Bapak Bondan Brillianto menyatakan :

“Kebetulan kita di JOB Tomori ini ada di dua kabupaten, Banggai dan Morowali Utara. Lokasi di dua kabupaten itu karena sesuai dengan wilayah ring area kerja perusahaan.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014)

Bapak Atma Hermawan menambahkan :

“Pertama yang disini di Sinorang dan di Paisibololi. Sinorang bajo, sinorang pantai, sinorang jawa, termasuk di paisibololi, kalau di Banggai. Yang keduanya di morowali utara. Morowali utara itu mencakup sekitar 15-18 desa. Kalau sementara yang di Sinorang ini setau saya baru sampai 4 desa. Selanjutnya mungkin ada yang jalur pipa itu mungkin ada nambah juga. Karena kenapa disitu? Pertama disitu itu termasuk ring atau wilayah operasi perusahaan. Ada ring 1 sampai ring 3. Nah ring-ring ini biasanya ditetapkan oleh pemerintah yang disepakati oleh kedua belah pihak sebagai ring atau wilayah operasi yang kena dampak langsung dari perusahaan.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014)

“Kalau kita disini berdasarkan zona, zona dari perusahaan itu ada. Zona satu, atau ring satu, disini lingkupnya adalah empat desa, desa paisibololi, desa gori-gori, desa bonebalantak, desa sinorang. Adapun sekarang sudah melebar ke desa masing, desa di toili, itu adalah sebagai rembetan daripada pengembangan program tersebut. Itu kalau di Banggai. Disana kalau di Tiaka kabupaten morowali, itu ada beberapa desa yang sudah kita bina, contohnya adalah desa baturube, kemudian desa mamosalato, kemudian desa girimulya, desa tanasumpu, desa pandauke, desa rata. Jadi ada beberapa desa yang perlu kita bina.” (Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014)

4.3 Pembahasan

Dokumen terkait