• Tidak ada hasil yang ditemukan

hooks ditem bar 8C). N gan 3 pasan m tidak men stomium te gelombang ditemukan p pat pada set

lamella. B a dan ketig n sebuah fila itemukan pad dial pada bag membulat s dan 1-2 s an depan ter memendek sa B F erairan Nanggro 29, D.Neuropo 2, mulai setiger mukan mula Notopodial d ng gigi kecil nyatu denga erlihat jelas t memiliki m pigmen berw tiger 1 samp Branchia per a lebih pen amen pada b da segmen k gian depan sampai setig sabre seta ( rlihat panjan ampai setiger oe Aceh Darus odial hooks set

r 9 sampai se ai bagian t dan neuropo l. alur bersil an segmen y tanpa menut membran pa warna coklat pai 3. Semu rtama beruk ndek. Bentuk bagaian dasa kedua. berbentuk l ger 9, diiku (gambar 8F ng meruncin r 13. ssalam. A. ant tiger 15, E. In etiger 15 (ga tengah samp odial hooks lia pada bag

yang tidak tupi bagian ada bagian . ua branchia kuran lebih k branchia ar branchia ancip pada uti dengan F). Bentuk ng sampai D C terior end, B. nterparapodia ambar 8D), pai bagian s memiliki gian dorsal

yang diikuti dengan selaput membran semi transparant (gambar 7F). Kantung interamal kadang-kadang ditemukan pada beberapa spesimen (gambar 8E), ventrum pada setiger 8. Pigydium dengan satu anal cirri yang panjang pada bagian mediannya (gambar 8B).

Catatan : Tiga bentuk ujung bagian depan prostomium membulat, melebar dan meruncing dimiliki spesimen dari Perairan Indonesia. Spesies Paraprionospio ini didasarkan pada bentuk peristomium yang tidak bergabung dengan segmen tak berseta dan branchia pinulles bifoliate. Ventral flap dan satu anal cirri ditemukan pada spesimen yang dikerjakan. Berbeda dengan P. oceanensis Yokoyama, 2007 yang memiliki dua bentuk ujung bagian depan prostomium. Spesies ini didasarkan pada bentuk branchia pinulles berupa flabellate dan tanpa ventral flap dengan tiga anal cirri. Bentuk Notopodial lamella bagian depan dan belakang keduanya tidak jauh berbeda antara bentuk seperti daun dan meruncing pada P. oceanensis Yokoyama, 2007 dengan bentuk membulat dan memanjang pada spesimen yang dikerjakan.

PEMBAHASAN

Pada tahun 1914 pertama kali Caullery mendeskripsikan Paraprionospio

sebagai sebuah subgenus untuk Paraprionospio pinnata. Keberadaan tiga pasang branchia pada setiger 1–3 dan perkembangan struktur morfologi dari setiap spesiesnya membuat Paraprionospio menjadi sebuah genus (Yokoyama 2007). Yokoyama dan Tamai (1981) mengemukakan beberapa karakter penting yang dimiliki Paraprionospio pinnata, diantaranya: bintik pigmen pada prostomium, papila sisi posterior peristomium, lamela branchia; lamela tambahan branchia, filamen bagian dasar branchia ke 3, kutikula dorsal transparan dan karakter lainnya. Delgado-Blas (2004) menemukan dua spesies baru Paraprionospio yaitu

Paraprionospio yokoyama dan Paraprionospio tamai. Yokoyama (2007) merevisi

Paraprionospio berdasarkan 28 karakter morfologi dan mendapatkan sembilan spesies dari berbagai lokasi di dunia.

Penelitian kali ini mendapatkan tujuh morf Paraprionospio dari lima lokasi perairan Indonesia. Ketujuh morf Paraprionospio dibedakan berdasarkan sembilan variasi morfologi. Variasi morfologi tersebut adalah sebagai berikut.

Bentuk ujung bagian depan prostomium. Ada tiga macam bentuk ujung depan yang ditemukan, yaitu bentuk membulat, melebar dan meruncing. Bentuk meruncing mempunyai karakter yang menyerupai bentuk bluntly pointed dan bentuk melebar menyerupai bentuk rektangular.

Warna mata. Dari semua spesimen Paraprionospio yang diamati ditemukan dua macam warna mata, yaitu warna mata hitam dan warna mata coklat.

Lima morf memiliki mata berwarna hitam dan dua morf bermata coklat.

Penyatuan peristomium dengan segmen yang tidak berseta (asetigerous). Karakter morfologi ini mempengaruhi bentuk dan posisi karakter morfologi yang lain. Lima morf Paraprionospio memperlihatkan bentuk peristomium yang bersatu dengan segmen tidak berseta. Dua morf Paraprionospio memiliki bentuk peristomium yang tidak bersatu dengan asetigerous.

Peristomium yang bersatu dengan asetigerous tidak memiliki seta dan postsetal lamella. Posisi caruncle reaches-nya ditemukan memanjang sampai setiger kedua. Pada bentuk ini branchia dimulai pada segmen kedua. Peristomium

yang tidak bersatu dengan asetigerous memiliki bentuk seta rami pada kedua lamella parapodia setiger satu. Caruncle reaches-nya ditemukan memanjang hanya sampai setiger satu dan postsetal lamella yang terlihat jelas. Awal branchia pada peristomium yang tidak bersatu dengan asetiegrous dimulai pada setiger satu. Dua morf memiliki peristomial peaks sementara lima morf tidak memilikinya. Pada beberapa morf Paraprionospio ditemukan pigmen berwarna coklat pada bagian peristomium. Karakter ini ditemukan pada dua morf. Keduanya berasal dari perairan Mimika dan Nanggroe Aceh Darusallam.

Branchia pinulles. Dua bentuk branchia pinulles ditemukan pada 230 spesimen yang diamati. Kedua bentuk branchia pinulles tersebut adalah bentuk flabelat dan bifoliat. Branchia pinulles flabelat memiliki bentuk lamella branchia seperti kupu-kupu. Karakter branchia seperti ini mempunyai ukuran yang panjang untuk sepasang branchia pertama dan ukuran lebih pendek pada branchia kedua dan ketiga. Karakter branchia seperti ini lamellanya tidak menutupi semua batang branchia. Bentuk branchia bifoliate memiliki bentuk lamella yang tersusun seperti daun pohon kelapa. Karakter branchia ini memiliki lamella yang menutupi semua batang branchia. Umumnya ketiga pasang branchia berbentuk bifoliate mempunyai ukuran sama dan pendek. Empat morf memiliki bentuk branchia pinulles flabelat sedang tiga morf bifoliate.

Dorsal crest. Karakter ini merupakan sebuah alur silia yang melintang pada bagian punggung. Alur silia ini menghubungkan parapodia kiri dengan parapodia kanan. Umumnya dorsal crest ditemukan mulai setiger 20 sampai setiger 30. Setiap morf Paraprionospio memiliki dorsal crest dengan letak pada setiger yang berbeda. Umumnya setelah dorsal crets diikuti dengan semitransparent dorsal cuticles.

Semitransparent dorsal cuticles. Karakter ini merupakan sebuah selaput tipis berbintik-bintik bulat yang menutupi bagian punggung dari beberapa segmen. Karakter morfologi ini ditemukan setelah alur silia. Semitransparent dorsal cuticles diperkirakan merupakan morfologi yang dapat melindungi

Paraprionospio dari kondisi habitat yang terganggu, misalnya habitat yang mempunyai kandungan oksigen yang sangat rendah (Dauer 1965).

Kantung interamal (interparapodia pounch). Karakter ini berupa sebuah kantung membran yang menghubungkan parapodia. Letak karakter ini pada beberapa morf Paraprionospio biasanya ditemukan pada setiger bagian tengah tubuh sampai beberapa setiger belakang. Tidak semua morf Paraprionospio

memiliki kantung interamal. Sebagian morf Paraprionospio memiliki kantung interamal (morf B dan E). Paraprionospio yang berasal dari perairan Mimika dan Nanggroe Aceh Darussalam banyak yang memiliki kantung interamal. Semua

Paraprionospio yang berasal dari perairan Teluk Jakarta tidak memiliki kantung interamal.

Ventral flap. Struktur ini berupa lekukan pada bagian ventral mulai setiger delapan. Paraprionospio yang memiliki kantung interamal biasanya memiliki ventral flap. Pada lima morf Paraprionospio tidak ditemukan kantung interamal dan ventral flap (A,C,D,Fdan G). Anal cirri merupakan satu atau beberapa penonjolan memanjang dari pygidium. Karakter morfologi ini ditemukan pada bagian median dan lateral pygidium. Jumlah anal cirri pada setiap morf

Paraprionospio berbeda mulai satu sampai banyak anal cirri. Paraprionospio dari beberapa perairan Indonesia memiliki jumlah anal cirri satu dan tiga.

Paraprionospio yang memiliki satu anal cirri terletak pada bagian median pygidium. Tiga anal cirri pada Paraprionospio ditemukan terletak satu di bagian median dan dua buah di lateral pygidium. Anal cirri pada bagian median berukuran lebih panjang dan pada bagian lateral keduanya memiliki bentuk yang lebih pendek. Anal cirri lateral sering terputus sehingga pada kebanyakan spesimen hanya terlihat median anal cirri. Namun dengan mewarnai memakai metyl green akan tampak pangkal anal cirri yang terputus.

Sealain variasi morfologi yang membedakan, setiap morf Paraprionospio

juga memiliki kesamaan morfologi. Kesamaan bentuk morfologi menyatukan semua morf Paraprionospio dalam satu genus. Semua Paraprionospio yang dideskripsi mempunyai sepasang palpus yang sering ditemukan terlepas. Pada bagian dasar palpus terdapat selaput membran (basal sheat). Palpus pada

Paraprionospio berperan sebagai alat yang digunakan untuk mengambil partikel- partikel makanan dan memasukannya ke dalam mulut. Pada bagian peristomium terdapat sepasang sayap yang tidak menutupi bagian prostomium (peristomial

wings), terlihat dengan jelas pada semua Paraprionospio. Tiga pasang branchia pada setiger satu sampai tiga ditemukan pada semua Paraprionospio. Ketiga branchia tersebut tidak menyatu dengan notopodial lamella. Pada segmen kedua ditemukan alur yang menghubungkan sepasang branchia pertama. Sebuah filamen kecil ditemukan pada branchia ketiga. Branchia merupakan organ yang berperan sebagai alat respirasi.

Bentuk neuropodia segmen kedua meruncing pada bagian ujung dan mengarah keluar. Notopodial lamella bagian tengah tubuh berbentuk triangular. Neuropodial hooks selalu ditemukan pada setiger 9 sampai 15 yang diikuti dengan sabre seta. Neuropodial capillaries dari setiger 9–15 berbentuk nonlimbat. Semua seta pada Paraprionospio berbentuk bilimbat. Notopodial hooks ditemukan mulai dari bagian tengah sampai bagian belakang tubuh. Notopodial dan neuropodial hooks memiliki secondary hood dengan tiga pasang gigi kecil. Parapodia segmen terakhir pada semua morf Paraprionospio yang ditemukan semuanya tereduksi sehingga tidak terlihat.

KESIMPULAN

Karakter polimorfik yang ditemukan dalam populasi Paraprionospio dari beberapa perairan Indonesia adalah: branchia pinulles, warna mata, pigmen pada bagian peristomium, penggabungan bagian peristomium dengan segmen yang tidak berseta, alur barsilia pada bagian punggung, selaput yang menutupi beberapa segmen bagian punggung, membran semitransparent yang menutupi beberapa segmen bagian punggung; kantung interamal dan ventral flap. Berdasarkan variasi morfologi tersebut 230 Paraprionospio dari beberapa perairan Indonesia terkelompokkan menjadi tujuh morf. Perairan Teluk Jakarta dan Mimika memiliki tujuh morf, sedang perairan Nanggroe Aceh Darusallam dan Palabuhanratu hanya memiliki 5 morf dan perairan Indramayu tiga morf.

Dokumen terkait