• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terminal Penumpang

BAB II. DESKRIPSI PROYEK

2.2 Tinjauan Umu

2.2.2 Terminal Penumpang

2.2.2.1 Persyaratan Lokasi Terminal Penumpang

Penentuan lokasi terminal penumpang dilakukan dengan memperhatikan rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan bagian dari rencana umum jaringan transportasi jalan.

Lokasi terminal penumpang tipe A, tipe B dan tipe C, ditetapkan dengan memperhatikan:

1. Rencana umum tata ruang;

2. Kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di sekitar terminal; 3. Keterpaduan moda transportasi baik intra maupun antar moda; 4. Kondisi topografi lokasi terminal;

5. Kelestarian lingkungan.

Penetapan lokasi terminal penumpang tipe A harus memenuhi persyaratan: 1. Terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lalu

lintas batas negara;

2. Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas IIIA;

3. Jarak antara dua terminal penumpang tipe A, sekurang-kurangnya 20 km di Pulau Jawa, 30 km di Pulau Sumatera dan 50 km di pulau lainnya;

4. Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 3 ha di pulau lainnya;

5. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 100 m di Pulau Jawa dan 50 m di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal.

Penetapan lokasi terminal penumpang tipe B harus memenuhi persyaratan: 1. Terletak dalam jaringan trayek antar kota dalam propinsi;

2. Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas IIIB;

3. Jarak antara dua terminal penumpang tipe B atau dengan terminal penumpang tipe A, sekurang-kurangnya 15 km di Pulau Jawa dan 30 km di Pulau lainnya; 4. Tersedia lahan sekurang-kurangnya 3 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan

Sumatera, dan 2 ha untuk terminal di pulau lainnya;

5. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 50 m di Pulau Jawa dan 30 m di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal.

Penetapan lokasi terminal penumpang tipe C harus memenuhi persyaratan: 1. Terletak di dalam wilayah Kabupaten daerah Tingkat II dan dalam jaringan trayek

pedesaan;

2. Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi kelas IIIA; 3. Tersedia lahan sesuai dengan permintaan angkutan;

4. Mempunyai akses jalan masuk atau keluar ke dan dari terminal, sesuai kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di sekitar terminal.

2.2.2.2 Kriteria Pembangunan Terminal Penumpang

Pembangunan terminal penumpang harus dilengkapi dengan: 1. rancang bangun terminal;

2. analisis dampak lalu lintas;

3. analisis mengenai dampak lingkungan.

Pembuatan rancang bangun harus memperhatikan: 1. Fasilitas penumpang yang disyaratkan.

2. Pembatasan yang jelas antara lingkungan kerja terminal dengan lokasi peruntukkan lainnya, misalnya pertokoan, perkantoran, sekolah dan sebagainya. 3. Pemisahan antara lalu lintas kendaraan dan pergerakan orang di dalam terminal. 4. Pemisahan yang jelas antara jalur angkutan antar kota antar propinsi, angkutan

antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. Manajemen lalu lintas di dalam terminal dan di daerah pengawasan terminal.

2.2.2.3 Kriteria Perencanaan Terminal

Kriteria perencanaa terminal terdiri dari : 1. Sirkulasi lalu lintas

Jalan masuk dan keluar kendaraan harus lancar, dan dapat bergerak dengan mudah. Jalan masuk dan keluar calon penumpang kendaraan umum harus terpisah dengan keluar masuk kendaraan.

Kendaraan di dalam terminal harus dapat bergerak tanpa halangan yang tidak perlu. Sistem sirkulasi kendaraan di dalam terminal ditentukan berdasarkan: a. Jumlah arah perjalanan

b. Frekuensi perjalanan

c. Waktu yang diperlukan untuk turun/naik penumpang

Sistem sirkulasi ini juga harus ditata dengan memisahkan jalur bus/kendaraan dalam kota dengan jalur bus angkutan antar kota.

2. Fasilitas utama

Fasilitas utama terminal terdiri dari:

a. jalur pemberangkatan kendaraan umum b. jalur kedatangan kendaraan umum c. tempat tunggu kendaraan umum

d. tempat istirahat sementara kendaraan umum e. bangunan kantor terminal

f. tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar, menara pengawas, loket penjualan karcis, rambu-rambu dan papan informasi, yang memuat petunjuk jurusan, tarif, dan jadwal perjalanan, pelataran parkir kendaraan pengantar dan taksi.

g. kamar kecil/toilet h. musholla

i. kios/kantin

j. ruang pengobatan

k. ruang infromasi dan pengaduan telepon umum l. tempat penitipan barang

m. Taman.

n. Kegiatan sirkulasi penumpang, pengantar, penjemput, sirkulasi barang dan pengelola terminal.

o. Macam tujuan dan jumlah trayek, motivasi perjalanan, kebiasaan penumpang dan fasilitas penunjang

3. Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang sebagai fasilitas pelengkap dalam pengoperasian terminal antara lain:

a. Turun naik penumpang dan parkir bus harus tidak mengganggu kelancaran sirkulasi bus dan dengan memperhatikan keamanan penumpang.

b. Luas bangunan ditentukan menurut kebutuhan pada jam puncak berdasarkan kegiatan adalah:

c. Tata ruang dalam dan luar bangunan terminal harus memberikan kesan yang nyaman dan akrab.

4. Luas pelataran parkir

Luas pelataran parkir terminal tersebut di atas ditentukan berdasarkan kebutuhan pada jam puncak berdasarkan:

a. Frekuensi keluar masuk kendaraan b. Kecepatan waktu naik/turun penumpang c. Kecepatan waktu bongkar/muat barang

d. Banyaknya jurusan yang perlu di tampung dalam sistem jalur

Sistem parkir kendaraan di dalam terminal harus ditata sedemikian rupa sehingga rasa aman, mudah dicapai, lancar dan tertib. Ada beberapa jenis sistem tipe dasar pengaturan platform, teluk dan parkir adalah:

a. Membujur, dengan platform yang membujur bus memasuki teluk pada ujung yang satu dan berangkat pada ujung yang lain. Ada tiga jenis yang dapat digunakan dalam pengaturan membujur yaitu satu jalur, dua jalur, dan shallow saw tooth.

b. Tegak lurus, teluk tegak lurus bus-bus diparkir dengan muka menghadap ke platform, maju memasuki teluk dan berbalik keluar. Ada beberapa jenis teluk tegak lurus ini yaitu tegak lurus terhadap platform dan membentuk sudut dengan platform.

2.2.2.4 Alternatif Standar Terminal

Terminal penumpang berdasarkan tingkat pelayanan yang dinyatakan

dengan jumlah arus minimum kendaraan per satu satuan waktu mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut:

1.

Terminal tipe A 50 -100 kendaraan/jam

2.

Terminal tipe B 25 – 50 kendaraan /jam

3.

Terminal tipe C 25 kendaraan/jam

2.2.2.5 Persyaratan Teknis, Luas, Akses Dan Pejabat Penentu Lokasi

Pembangunan Terminal

1. Luas Terminal Penumpang

Untuk masing-masing tipe terminal memiliki luas berbeda, tergantung wilayah dan tipenya, dengan ketentuan ukuran minimal:

a. Untuk terminal tipe A di pulau Jawa dan Sumatra seluas 5 Ha, dan di pulau lainnya seluas 3 Ha.

b. Untuk terminal penumpang tipe B di pulau Jawa dan Sumatra seluas 3 Ha, dan dipulau lainnya seluas 2 Ha.

c. Untuk terminal tipe C tergantung kebutuhan. 2. Akses Terminal Penumpang

Akses jalan masuk dari jalan umum ke terminal, berjarak minimal: a. Untuk terminal tipe A di pulau Jawa 100 m dan di pulau lainnya 50 m, b. Untuk terminal penumpang tipe B di pulau Jawa 50 m dan di pulau

lainnya 30 m,

c. Untuk terminal penumpang tipe C sesuai dengan kebutuhan. 3. Penentuan Lokasi Terminal Penumpang

Penentuan lokasi dan letak terminal penumpang dilaksanakan oleh: a. Direktur Jenderal setelah mendengar pendapat Gubernur Kepala

Daerah Tingkat I, untuk Terminal penumpang Tipe A,

b. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I setelah mendapat persetujuan Direktur Jenderal, untuk terminal penumpang tipe B,

c. Bupati Kepala Daerah/Walikotamadya daerah Tingkat II setelah mendapat persetujuan dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I terminal penumpang tipe C.

2.2.2.6 Daerah Kewenangan/Pengelolaan Terminal

Daerah kewenangan/pengelolaan terminal terdiri dari:

1. Daerah lingkungan kerja terminal, merupakan daerah yang diperuntukkan untuk fasilitas utama dan fasilitas penunjang terminal,

2. Daerah pengawasan terminal, adalah daerah di luar daerah lingkungan kerja terminal yang diawasi oleh petugas terminal untuk menjamin kelancaran arus lalu lintas di sekitar terminal.

2.2.2.7 Penyelenggaraan Terminal Penumpang

Penyelenggaraan terminal penumpang meliputi kegiatan pengelolaan, pemeliharaan, dan penertiban terminal. Kewenangan pengelolaan terminal berada pada Pemerintah Daerah Tingkat II dengan Dinas LLAJ sebagai penyelenggaraannya, sedang Direktorat Jenderal Perhubungan Darat sebagai pembinanya.

2.2.2.8 Pengelolaan Terminal

Pengelolaan terminal penumpang yang harus dilakukan adalah meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan dan pengawasan pengoperasian terminal.

1. Perencanaan

Kegiatan perencanaan terminal meliputi:

a. Penataan pelataran terminal menurut rute atau jurusan, b. Penataan fasilitas penumpang,

c. Penataan fasilitas penunjang terminal,

d. Penataan arus lalu lintas di daerah pengawasan terminal, e. Penyajian daftar rute perjalanan dan tarif angkutan,

f. Penyusunan jadwal perjalanan berdasarkn kartu pengawasan, g. Pengaturan jadwal petugas di terminal,

h. Evaluasi sistem pengoperasian terminal. 2. Pelaksanaan Pengoperasian Terminal

Kegiatan pelaksanaan pengoperasian terminal penumpang meliputi: a. pengaturan tempat tunggu dan arus kendaraan umum di dalam terminal, b. pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan menurut jadwal

yang telah ditetapkan,

c. pemungutan jasa pelayanan terminal penumpang,

d. pemberitahuan tentang pemberangkatan dan kedatangan kendaraan umum kepada penumpang,

e. pengaturan arus lalu lintas did aerah pengawasan terminal. 3. Pengawasan Pengoperasian Terminal

Kegiatan pengawasan pengoperasian, terminal penumpang meliputi: a. pemantauan pelaksanaan tarif,

b. pemeriksaan kartu pengawasan dan jadwal perjalanan,

c. pemeriksaan kendaraan yang secara jelas tidak memenuhi kelaikan jalan, d. pemeriksaan batas kapasitas muatan yang diijinkan,

f. pencatatan dan pelaporan pelanggaran yang terjadi,

g. pemeriksaan kewajiban pengusaha angkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

h. pemantauan pemanfaatan terminal serta fasilitas penunjang sesuai dengan peruntukkannya,

i. pencatatan jumlah kendaraan dan penumpang yang datang dan berangkat.

4. Pemeliharaan Terminal

Terminal penumpang harus senantiasa dipelihara sebaik-baiknya untuk menjamin agar terminal tetap bersih, teratur, tertib, rapi serta berfungsi sebagaimana mestinya. Pemeliharaan terminal meliputi:

a. menjaga kebersihan bangunan beserta perbaikannya,

b. menjaga kebersihan pelataran terminal, perawatan tanda-tanda dan perkerasan pelataran,

c. merawat saluran-saluran air yang ada,

d. merawat instalasi listrik dan lampu-lampu penerangan, e. menjaga dan merawat alat komunikasi,

f. menyediakan dan merawat sistem hidrant atau alat pemadam kebakaran lainnya yang siap pakai.

Untuk keperluan pemeliharaan terminal sebagaimana dimaksud diatas, harus dialokasikan anggaran pemeliharaan terminal.

2.2.2.9 Tipologi Terminal

Secara tabelaris tipologi terminal dapat disarikan menjadi Tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Tipologi Terminal

Ketentuan TIPE A TIPE B TIPE C

Fungsi

Terminal (KM 31 TH 1995) pasal 2

Melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar propinsi dan atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.

Melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan

Melayani angkutan pedesaan

Ketentuan TIPE A TIPE B TIPE C Terminal (KM 31 TH 1995) pasal 3 dan kedatangan, -.Tempat parkir, -.Kantor terminal, -.Tempat tunggu, -.Menara pengawas, -.Loket penjualan karcis, -.Rambu-rambu dan papan informasi,

-.Pelataran parkir pengantar atau taksi.

dan kedatangan -.Tempat parkir -.Kantor terminal -.Tempat tunggu -.Menara pengawas -.Loket penjualan karcis -.Rambu-rambu dan papan informasi

-.Pelataran parkir pengantar atau taksi

pemberangkatan dan kedatangan -.Kantor terminal -.Tempat tunggu -.Rambu-rambu dan papan informasi Lokasi Terminal (KM 31 TH 1995) pasal 11, 12, dan 13

-.Terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan / atau angkutan lintas batas negara,

-.Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas IIIA,

-.Jarak antar dua terminal penumpang tipe sekurang-kurangnya 20 KM di Pulau Jawa,

-. Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 ha,

-. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 100 m.

-.Terletak dalam jaringan trayek antar kota dalam propinsi. -.Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas IIIB.

-.Jarak antar dua terminal penumpang tipe A.

-.Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 3 ha

-.Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang- kurangnya 50 m.

-.Terletak di dalam wilayah kabupaten Dati II dan dalam trayek pedesaan. -.Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III C. -.Luas lahan yang tersedia sesuai dengan permintaan angkutan.

-.Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal sesuai dengan kebutuhan Instansi Penetap Lokasi Terminal (KM 31 TH 1995) Dirjend HubDar mendengar pendapat Gubernur dan Kepala Kanwil DepHub setempat

Gubernur setelah mendengar pendapat dan Kepala Kanwil DepHub dan mendapat

Bupati setelah mendengar pendapat dan Kepala Kanwil

Ketentuan TIPE A TIPE B TIPE C pasal 14 persetujuan dari Dirjend mendapat

persetujuan dari Gubernur Penyelenggara Terminal (KM 31 TH 1995) Pasal 17

Direktorat Jenderal Gubernur Bupati

Dokumen terkait