• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN SISTEM

A. Daerah Urban

4.6 Terms and Condition

Simulasi yang penulis buat berdasarkan hasil perhitungan teori, Oleh karena itu, Keakuratan simulasi ini bergantung kepada hasil perhitungan secara teoritis. Berikut akan penulis jelaskan mengenai Terms and Condition Sejauh mana dan persyaratan apa saja yang harus dipenuhi dalam menggunakan software ini :

1. Simulasi ini terdiri dari 2 komponen utama yaitu komponen Visual Basic 6.5 dan

komponen MapInfo Professional 7.5.

2. Fungsi Visual Basic sebagai GUI, Kalkulasi Link Budget, Memanggil prosedur /

command MapInfo dan menampilkan peta.

3. Fungsi MapInfo sebagai software pembuatan peta dan database pathloss.

4. Simulasi ini bersifat Manual. Dikatakan manual karena database pathloss

dimasukan satu persatu ke dalam MapInfo (layer bangunan : kolom pathloss). 5. Software ini belum bisa berjalan secara otomatis. Yang dimaksud dengan otomatis

ialah database (layer bangunan dan nilai pathlossnya) bisa di-update otomatis sesuai hasil perhitungan di Visual Basic. Pada kenyataannya penulis belum bisa membuat script (yang berfungsi meng-update nilai pathloss pada mapinfo sesuai hasil perhitungan link budget) pada Visual Basic.

6. Perlu dibedakan antara menggunakan software simulasi dan software MapInfo.

7. Untuk menggunakan simulasi sini, pengguna akan dihadapkan kepada operasi di

MapInfo lalu setelahnya Operasi di Software simulasi yang telah dibuat.

8. Hal Pertama yang harus dimulai jika ingin menggunakan software ini ialah

pengguna membuat perhitungan awal secara teoritis (menentukan type area, jumlah BTS WiMAX, jari-jari Sel), menentukan sendiri lokasi BTS WiMAX pada MapInfo-nya, memasukan nilai pathloss dan jari-jari sel hasil perhitungan awal tadi ke dalam table data pada MapInfo (pada layer bangunan : kolom pathloss dan kolom tinggi) secara manual dan menyimpan hasil pekerjaan di MapInfo tentunya. 9. Setelah menyelesaikan pekerjaan di MapInfo, maka simulasi ini siap dijalankan.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan simulasi dan analisa pada coverage area WiMAX dengan GIS (Geographic Information System) maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Coverage Area WiMAX sebesar 3,44 km2, 5,507 km2, dan 7,686 km2, untuk Urban, Suburban dan Rural pada arah Uplink.

2. Coverage Area WiMAX sebesar 5,837 km2, 9,777 km2, 14,225 km2, untuk Urban, Suburban dan Rural pada arah Downlink.

3. Pathloss yang didapat sebesar 149,8 dB untuk Urban, 144,8 dB untuk Sub-urban

dan 138,8 dB untuk Rural.

4. Pada Jarak 400 – 600 meter, terjadi perubahan nilai pathloss yang cukup besar.

5. Pada Jarak kurang dari 400 meter, nilai perubahan pathloss sebesar 14-15 dB

(Dihitung per-200 meter dari titik pusat coverage BTS WiMAX).

6. Pada Jarak lebih dari 600 meter, nilai perubahan pathloss sebesar 4-7 dB (Dihitung

per-200 meter dari titik pusat coverage BTS WiMAX).

5.2 Saran

Sebagai penutup dalam tulisan Tugas Akhir ini, Penulis menyarankan kepada mahasiswa lain yang ingin mengembangkan Tugas Akhir ini, bahwa Tabel Atribut pada Layer MapInfo bisa di-update otomatis nilainya. Nilai yang dimaksud ialah Nilai pathloss yang sudah dihitung sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk fleksibilitas pada software simulasi karena pada Tugas Akhir ini, Nilai pathloss pada Tabel Layer MapInfo dimasukkan nilainya secara manual. Hal semacam ini mengakibatkan waktu untuk menyelesaikan simulai menjadi panjang.

Harapan ke depan, penulis maupun mahaiswa lain bisa membuat script pada Software Visual Basic maupun Map Basic yang memberikan fungsi otomatis pada script- nya untuk mengkalkulasi ulang nilai pathloss yang didapat dan memasukan nilai-nya ke Tabel Layer di MapInfo (Automatically Updateable).

REFERENSI

[1]. Airspan. AS MAX Technical Data Sheet. March 2006 [2]. Alvarion. Breezemax Brochure Final. 2006

[3]. Ardiansyah, Nachwan Mufti, 2004. Catatan Kuliah Sistem Komunikasi Bergerak. Bandung: STTTelkom.

[4]. Ardiansyah, Nachwan Mufti, 2004. Diktat Kuliah Sistem Komunikasi Bergerak. Bandung: STTTelkom.

[5]. Astuti, Rina Puji, 2006. Hand Out Rekayasa Radio. Bandung: STTTelkom [6]. Crane, Robert K. Propagation Handbook for Wireless Communication System

Design. CRC Press. Washington, USA. 2003

[7]. Dr. Erhans, Microsoft Visual Basic 6.0. Ercontara Rajawali. Jakarta 2003 [8]. Freeman, Roger L, 1997. Radio System Design for Telecomunication . Canada:

John wiley & Sons Inc.

[9]. Grenier, Emmanuel. A Quick-guide to 802.16e radio-planning with ICS Telecom. ATDI Ltd. UK. March 2006

[10]. Grenier, Emmanuel. Signal Propagation Modeling in Urban Environment. ATDI Ltd. UK. June 2005

[11]. IEEE, 2002. 802.16aTM IEEE Standard for Local and metropolitan area Systems—Amendment 2: Medium Access Control Modifications and networks Part 16: Air Interface for Fixed Broadband Wireless Access Additional Physical Layer Specifications for 2–11 GHz. New York: IEEE. [12]. Ilmawan, Bahru Rodi. Performansi Layanan voice pada media wireless LAN

berbasis 802.11b studi kasus di gedung E STT TELKOM. Bandung 2006. [13]. Joo, Panyuh. 2,3 GHz Portable Internet (WiBro) Overview. IEEE. South Korea. August 2004

[14]. MapInfo Corporation. MapBasic V7.8 Reference Guide. 2004.

[15]. Ozaki, Ritsuko and Matjaz Ursic. Paper. What makes ‘urban’ urban and

‘suburban’ suburban? Urbanity and patterns of consumption in everyday life. Poland. September 2005.

[16]. Pandia, Henry. Pemrograman dengan Visual Basic. Erlangga. Jakarta 2006 [17]. Pareek, Deepak. WiMAX Taking Wireless to the MAX. Taylor and Francis Group. 2006

[18]. Prahasta, Eddy. Belajar dan Memahami MapInfo. Informatika. Bandung 2006 [19]. Prahasta, Eddy. Aplikasi Pemrograman Mapinfo. Infromatika. Bandung 2005 [20]. Rappaport, Theodore S. Wireless Communications. Prentice Hall. 2002. [21]. Smura, Timo, 2004. Economic Feasibility of Fixed Wireless Access Networks

Helinsky: Departemen Electrical and Communication, University of Helinsky. [22]. Supardi, Ir. Yuniar. Microsoft Visual Basic 6.0 Untuk Segala Tingkat. Elex Media

Komputindo. Jakarta 2006

[23]. Sweeney, Daniel. WiMAX Operators Manual. New York. 2006

[24]. Usman, Uke Kurniawan. Diktat Kuliah Sistem Komunikasi Bergerak. STT Telkom. Bandung 2005

[25]. Wibisono, Gunawan dan Dwi Hantoro. WiMAX Teknologi Broadband

Wireless Access (BWA) Kini dan Masa Depan, Bandung, September 2006. [26]. Wibisono Gunawan dkk. Peluang dan Tantangan bisnis WiMAX di Indoensia.

Informatika. Bandung 2007

[27]. W. Purbo, Onno,2003. Infrastruktur Wireless Internet. Yogyakarta, ANDI. [28]. Wimax Forum, 2006.The Business Case for 802.16e WiMAX Networks for Stationary, Portable and Mobile Subscribers. New York :www.wimax

Forum.org

[29]. Wimax Forum, 2004. The Business Case for Fixed Broadband Wireless Access based on WiMAX Technology and the IEEE 802.16 Standard. New York :www.wimaz forum.org.

[30]. Wimax Forum, 2005. Understanding Wi-Fi and WiMAX as Metro-Access Solutions Network. New York :www.wimaz forum.org

[31]. WiMAX Forum. WiMAX Technology for LOS and NLOS Environments. 2004 [32]. www.ero.dk/ 06F5C507-565A-49CA-9302-5401903554E8?frames=no& [33]. www.postel.go.id/content/ID/regulasi/standardisasi/kepdir/lampiran%20perangkat %20%20subscriber%20%20bwa%202,3%20ghz.doc [34]. www.postel.go.id/content/ID/regulasi/standardisasi/kepdir/lampiran%20perangkat %20antena%20bwa%202,3%20ghz.doc [35]. www.postel.go.id/content/ID/regulasi/standardisasi/kepdir/lampiran%20perangkat %20bts%20bwa%202,3%20ghz.doc [36]. coverage-range-cont/sendto_form

Dokumen terkait