• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERORISME DALAM ALQUR’AN

Dalam dokumen Ghuroba (Halaman 109-112)

Akhir-akhir ini masyarakat Indonesia kembali marak membahas masalah terorisme. Banyak cara yang dilakukan oleh musuh-musuh Allah untuk menghentikan aksi teror terhadapnya, dan mereka berpendapat hanya fatwa dari para ulama saja lah yang bisa meredamnya. Yakni manakala para ulama berfatwa untuk menghentikan aksi terorisme tersebut. Setahu isi otak mereka, fatwa seorang ulama berarti benar!

Sejak saat itu, TV swasta perpanjangan kaum kuffar begitu gencarnya dalam usaha mendatangkan ulama baik dari dalam maupun luar negeri yang memberikan fatwa mengenai terorisme. Sampai pada puncaknya muncul Fatwa Ulama bahwa “Terorisme” = “Kufur”. Hal ini bahkan menyebabkan banyak dari kaum muslimin yang kemudian menyeletuk dan mengatakan bahwa tidak pernah Al Qur’an membahas masalah terorisme ini.

Namun seorang muwwahid, selalu mengkaji dan cross check terhadap ucapan-ucapan seseorang, meskipun ia seorang ulama.. segala sesuatu yang bertentangan dengan alquran dan assunnah akan ditolak olehnya.. sehingga, fatwa-fatwa ulama suu’, jahil, bahkan ulama bayaran dapat ditangkisnya dengan ilmu pengetahuannya!

Terorisme sendiri merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa Inggris. Berasal dari kata dasar teror (terror), kata kerjanya meneror atau menggentarkan (terrorize) dan pelakunya dikenal sebagai teroris (terrorist).

Dalam kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Terorisme dapat diartikan sebagai penggunaan kekerasan atau ancaman untuk menurunkan semangat, menakut-nakuti, dan menakutkan, terutama untuk tujuan politik. Sedangkan Hafid Abbas, Dirjen Perlindungan HAM Depkeh dan HAM RI. Terorisme adalah pemakaian kekuatan atau kekerasan tidak sah melawan orang atau property untuk mengintimidasi atau menekan pemerintah, masyarakat sipil, atau bagian-bagiannya, untuk memaksa tujuan sosial, dan politik.

Menurut Webster’s New World College Dictionary (1996), terorisme adalah “the use of force or threats to demoralize, intimidate, and subjugate.” Terorisme dibagi kedalam dua macam definisi, yaitu definisi tindakan teroris (terrorism act) dan pelaku terorisme (terrorism actor). Disepakati oleh kebanyakan ahli bahwa tindakan yang tergolong kedalam tindakan Terorisme adalah tindakan-tindakan yang memiliki elemen: kekerasan, tujuan politik, teror/intended audience.

Muh. Kurniawan BW,S.Ag.,SH.,MH. menuliskan dalam sebuah artikel bahwa terorisme adalah puncak aksi kekerasan, terrorism is the apex of violence. Bisa saja kekerasan terjadi tanpa teror, tetapi tidak ada teror tanpa kekerasan. Terorisme tidak sama dengan intimidasi atau sabotase. Sasaran intimidasi dan sabotase umumnya langsung, sedangkan terorisme tidak.

Mengenai fatwa mengenai terorisme itu sendiri, kebanyakan pembuat fatwa bukanlah para ulama yang tengah berada di medan jihad dan bukanlah ulama yang pernah berjihad ketika negaranya diserang oleh kaum kafir. Para salaf (shabat, tabiin, tabiit tabiin) seringkali menolak memberi fatwa karena

besarnya masalah ini dan beratnya tanggung-jawab serta rasa takut berbicara atas nama Allah tanpa ilmu. Karena seorang pemberi fatwa (mufti) menyampaikan kabar dari Allah dan menjelaskan syariat-syariatNya. Jika berbicara atas nama Allah tanpa ilmu, maka telah terjerumus ke dalam sesuatu yang mengarah kepada syirik.

Simaklah firman Allah SWT: “Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui”. (QS. al-A’raf: 33)

110 | A l - G h u r o b a

Lalu bagaimana bisa para ulama tersebut membuat fatwa bahwa para pelaku terorisme dipukul rata telah menyandang gelar KUFUR, suatu gelar yang meliputi para mujahidin yang tengah memperjuangkan hak kaum Muslimin di negara mereka saat hak umat Islam diserang? Sementara ulama-ulama pembuat fatwa itu sendiri belum pernah mencicipi manisnya iman dengan berjihad dan berada di tengah medan jihad.

Dan bagaimana bisa fatwa-fatwa yang semacam itu bisa meredam aksi para teroris dari perbuatannya meneror; menggentarkan musuh Allah dan musuh Rasulullah sementara hak umat Islam berupa kekhilafahan ‘ala manhaj Nubuwwah masih belum dikembalikan?

Benarkah Tidak Ada Satu Ayat pun Dalam Al Qur’an Membahasnya?

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam QS Al Anfal ayat 60

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).”

Yusuf Ali menerjemahkan ayat ini dalam bahasa Inggris sebagai berikut:

“Against them make ready your strength to the utmost of your power, including steeds of war, to strike

terror into (the hearts of) theenemies, of Allah and your enemies, and others besides, whom ye may not

know,but whom Allah doth know. Whatever ye shall spend in the cause of Allah, shallbe repaid unto you, and ye shall not be treated unjustly.”

Ayat tersebut dengan jelas merupakan perintah Allah; seruan Allah pada seluruh kaum Muslimin yang masih memiliki iman di hatinya. Dan seruan khusus ini mengalahkan seluruh definisi yang telah dibuat oleh para ahli dalam berbagai kamus tersebut di atas. Kata kerja yang disebut dalam QS Al Anfal 60 ini “turhibuun” (menggentarkan; to strike terror), maka apabila ada kaum Muslimin yang mengamalkan ayat ini mereka akan menyandang gelar “irhabiyyun” (peneror –terhadap objek spesifik yakni para musuh Allah dan mereka yang disebut dalam ayat ini; terrorists).

Perintah ini jelas-jelas berasal dari Allah, lalu apa kemudian seluruh pelaku tindakan meneror objek spesifik yakni musuh Allah dan mereka yang tersebut dalam ayat itu, pada saat yang tepat, dengan cara yang tepat dan sesuai dengan syari’at, kemudian begitu saja dijuluki sebagai para teroris dan bergelar “KUFUR” juga? Sungguh benar firman Allah dalam QS Az Zumar: 9

Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS 39:9)

Maka kukatakan kepada para ulama-ulama, khususnya MUI, kenapa fatwa kalian yg melarang mujahidin membunuh musuhnya, baru kalian keluarkan tatkala perang jihad sudah berlangsung lebih dari 20 tahun ketika mujahidin sudah mulai menimpakan bencana dan kepanikan kepada musuh-musuh mereka?

Engkau mengatakan kepada mujahidin yang tengah sibuk membidik musuh-musuh mereka bahwa membunuh adalah haram, kekerasan itu haram, sementara engkau tidak (mau) melihat di kiri dan kanan mujahidin tersebut mayat-mayat saudara-saudara mereka yang telah dibunuh musuh?

Maka bagaimanakah kami harus membunuh musuh-musuh yang membidik dan menembaki kami, wahai yang memiliki pandangan? Apakah engkau ingin kami berdoa saja agar musuh tiba-tiba terbunuh dengan sendirinya atau bertobat dengan sendirinya? Atau engkau lebih suka bendera putih di tangan kami dan

111 | A l - G h u r o b a

kemudian kami menerima dengan damai diri-diri kami, keluarga-keluarga kami, anak-cucu kami dikafirkan oleh musuh-musuh kami?

La hawla wala quwata ila billah!! Semoga antum-antum semua tidak terpengaruh dengan ucapan para ulama-ulama suu’ tersebut, mungkin saja ia tidak mengerti atas apa yang ia ucapkan! Tetaplah jalankan perintah Allah yang jelas-jelas tertera di dalam Al-qur’an, meski diri ini dikatakan teroris, fundamentalis, ekstrimis, dan perkataan-perkataan tercela lainnya...

Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. Al-Maidah : 54

112 | A l - G h u r o b a

Dalam dokumen Ghuroba (Halaman 109-112)