• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tes Diagnostik

Dalam dokumen BAB II KAJIAN TEORITIK (Halaman 27-35)

a. Definisi Diagnostik

Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan untuk melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda seorang siswa. Upaya

yang demikian ini disebut “diagnosis” yang bertujuan untuk menetapkan “jenis penyakit” yakni jenis kesulitan belajar siswa.

Menurut Djamarah (2008) diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Tentu saja keputusan dapat diambil setelah dilakukan analisis terhadap data yang telah diolah. Diagnosis dapat berupa: 1) Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak didik, dan

tingkat kesulitan yang dirasakan anak didik

2) Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak didik

3) Keputusan mengenai faktor utama yang menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak didik

Diagnosis merupakan upaya untuk menentukan jenis kesulitan siswa serta menemukan faktor-faktor penyebab timbulnya masalah kesulitan pada siswa. Dalam konteks proses belajar mengajar faktor-faktor yang menjadi penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi output hasil belajar. Faktor-faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa bisa berupa faktor intern (yang berasal dari dalam siswa) dan faktor ekstern (yang berasal dari luar siswa).

Diagnostik berarti langkah-langkah prosedural dalam rangka diagnosis (Syah, 2005). Keputusan diambil berdasarkan hasil diagnosis (Djamarah, 2008). Setelah itu, dilakukan suatu kegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang harus diberikan kepada anak untuk membantunya keluar dari kesulitan belajar. Kegiatan ini disebut (Prognosis). Jadi, prognosis bertujuan untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya.

b. Definisi Tes Diagnostik

Kata “Tes” berasal dari bahasa Perancis kuno: testum dengan arti: piring untuk menyisihkan logam-logam mulia” (maksudnya dengan menggunakan alat berupa piring itu akan diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi) dalam bahasa inggris ditulis dengan test yang berarti “ujian” atau “percobaan”. Sedangkan dalam bahasa arab : Imtihan (Sudijono). Menurut Arikunto (1999) tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara atau aturan-aturan yang sudah ditentukan.

Menurut Djamarah (2008) Diagnosis adalah penentuan jenis penyakit dengan meneliti (memeriksa)

gejala-gejalanya atau proses pemeriksaan terhadap hal yang dipandang tidak beres, maka agar akurasi keputusan yang diambil tidak keliru tentu saja diperlukan kecermatan dan ketelitian yang tinggi.

Arikunto (1999) menyebutkan bahwa tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan-kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. Tes jenis ini bertujuan untuk mendiagnosa kesulitan belajar siswa untuk mengupayakan perbaikannya. Sasaran utama tes diagnostik belajar adalah untuk menemukan kekeliruan-kekeliruan atau kesalahan- kesalahan, baik kesalahan konsep atau kesalahan proses yang terjadi dalam diri siswa tatkala mempelajari suatu topik belajar tertentu (Suke, 1991).

Sedangkan menurut Sudijono Tes Diagnostik (diagnostic test) adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. Dengan diketahuinya jenis-jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik itu maka lebih lanjut akan dapat dicarikan upaya pengobatan yang tepat.

Tes diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa. Tes diagnostik

memerlukan sejumlah soal untuk satu bidang yang diperkirakan merupakan kesulitan bagi siswa. Soal-soal tesebut bervariasi dan difokuskan pada kesulitan ( Djamarah, 2010).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa diagnosis kesulitan belajar adalah kegiatan untuk menemukan kelemahan siswa melalui pemeriksaan terhadap hasil kerja siswa dalam tes berupa langkah-langkah penyelesaian. Pengkajian diagnostik dalam belajar matematika adalah pengkajian kesulitan belajar siswa melalui gejala yang nampak berupa kesalahan-kesalahan siswa dibidang matematika.

Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tes diagnostik adalah seperangkat tes yang digunakan untuk mengetahui atau mendeteksi kesulitan belajar siswa berdasarkan atas analisis jawaban siswa dalam mengerjakan soal-soal yang telah dirancang untuk mendiagnosa kesulitan belajar siswa pada bagian khusus materi yang diduga memuat kesulitan belajar. Tes diagnostik tidak langsung menunjukkan faktor penyebab kesulitan belajar. Adapun penyebab kesulitan belajar akan diketahui setelah dilakukan analisis. Kemudian hasil analisis tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk perencanaan atau

pemberian tindak lanjut berupa perlakuan yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki.

c. Ciri – ciri Tes Diagnostik

Menurut Krismanto dalam Rachmadi (2008) ada lima pendekatan yang bisa digunakan, yaitu

1) Pendekatan profil materi

2) Pendekatan prasarat pengetahuan dan kemampuan 3) Pendekatan pencapaian kompetensi dasar dan indikator 4) Pendekatan kesalahan konsep

5) Pendekatan pengetahuan terstruktur.

Dari kelima pendekatan yang dikemukakan Krismanto, penulis menggunakan pendekatan pencapaian indikator. Pendekatan ini digunakan untuk mendiagnosis kegagalan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran atau indikator tertentu. Karena penulis akan meneliti letak, jenis, dan faktor penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa. Adapun untuk letak kesulitan belajar adalah pada indikator mana siswa mengalami kesulitan belajar.

Menurut Suke (1991), tes diagnostik dibedakan dari jenis tes yang lainnya oleh ciri-ciri khusus sebagai berikut:

1) Hasil tes diagnostik tidak merupakan ukuran kemampuan siswa tetapi dirancang untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa.

2) Oleh karena fungsinya untuk mendiagnosa kesulitan belajar siswa, maka perhatian utama dalam pemeriksaan hasil tes diagnostik adalah pada jawaban-jawaban yang salah, untuk kemudian dianalisis dan ditafsirkan oleh guru.

3) Menggunakan soal-soal bentuk uraian sehingga mampu menangkap informasi secara lengkap tentang kelemahan siswa dalam mengerjakan soal.

4) Disertai rancangan tindak lanjut (pengobatan) sesuai dengan kesulitan (penyakit) yang teridentifikasi.

5) Membantu guru dalam meningkatkan efisiensi mengajarnya di kelas.

d. Adapun fungsi diadakannya tes diagnostik adalah :

1) Menentukan apakah bahan prasyarat telah dikuasai atau belum

2) Menentukan tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang dipelajari

3) Untuk memisahkan (mengelompokkan) siswa berdasarkan kemampuan dalam menerima pelajaran yang akan dipelajari

4) Menentukan kesulitan-kesulitan belajar yang dialami siswa untuk kemudian menentukan cara yang khusus untuk mengatasi atau memberikan bimbingan

Dengan demikian tes diagnostik sangat penting dalam rangka membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dan dapat diatasi dengan segera apabila guru atau pembimbing peka terhadap siswa. Guru atau pembimbing harus meluangkan waktu untuk memperhatikan keadaan siswa bila terlihat gejala-gejala kesulitan belajar. Agar memudahkan pelaksanaan tes diagnostik, maka guru perlu mengumpulkan data tentang anak secara lengkap, sehingga penanganan kasus akan menjadi lebih mudah dan terarah.

e. Pelaksanaan Tes Diagnostik

Waktu pelaksanaan tes diagnostik adalah dilakukan sewaktu-waktu bergantung pada program yang dirancang khusus untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan dilakukan setelah subjek penelitian atau siswa telah melewati materi yang akan dianalisis.

f. Cara Menyusun Tes Diagnostik

Untuk mendapatkan suatu tes diagnostik yang baik perlu diikuti beberapa langkah utama dalam penyusunannya (Suke,1991). Langkah- langkah yang dimaksud adalah :

1) Menyusun kisi-kisi soal tes diagnostik.

2) Menyusun soal yang sudah ditulis menjadi perangkat tes berdasarkan rincian spesifikasi yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi.

3) Dilakukan uji coba tes diagnostik untuk meneliti apakah soal tes diagnostik yang telah kita buat sudah dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan. 4) Menganalisis hasil uji coba tes diagnostik.

5) Setelah dianalisis kemudian diadakan perbaikan terhadap hasil uji coba tes diagnostik.

6) Melakukan tes diagnostik

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan tes diagnostik meliputi: petunjuk pengerjaan, cara menjawab, alokasi waktu yang disediakan, pengawasan dan lain sebagainya. Setelah tes dikerjakan, dilakukan penskoran, yaitu pemberian angka dilakukan dalam rangka mendapatkan informasi kuantitatif dari setiap siswa. Penskoran harus seobjektif mungkin. Setelah tes dilaksanakan dan dilakukan penskoran, hasilnya dapat dianalisis. Hasil tes diagnostik tersebut menggambarkan letak dan jenis kesulitan dalam mempelajari materi lingkaran, kemudian digunakan untuk menganalisis faktor penyebab kesulitan belajar siswa.

Dalam dokumen BAB II KAJIAN TEORITIK (Halaman 27-35)

Dokumen terkait