• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar adalah salah satu jenis tes yang digunakan untuk mengukur perkembangan dan kemajuan belajar dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan yang harus di jawab dalam waktu tertentu.

2. Tes Tipe Pilihan Ganda

Tes tipe pilihan ganda adalah salah satu bentuk tes objektif yang terdiri dari pertanyaan sebagai pokok soal dan beberapa alternatif jawaban yang harus dipilih.

3. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar adalah tujuan pembelajaran yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang direfleksikan pada kebiasaan berpikir dan bertindak setelah siswa menyelesaikan suatu aspek atau subaspek mata pelajaran tertentu yang harus dimiliki siswa.

4. Matematika

Matematika adalah salah satu ilmu pasti yang mengungkapkan ide-ide abstrak yang diajarkan secara bertahap menggunakan bahasa simbolis yang terdapat aktivitas berhitung dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir induktif dan deduktif dalam memecahkan masalah di kehidupan sehari-hari.

5. Validitas

Validitas adalah ketepatan atau kecermatan alat ukur yang digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

6. Reliabilitas

Reliabilitas adalah taraf kemampuan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten dan dapat dipercaya.

7. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan setiap butir untuk dapat membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai.

8. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah kemampuan siswa dalam menjawab soal yang terdiri dari kategori rendah, sedang, dan tinggi yang dapat diketahui dari banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar.

9. Pengecoh

Pengecoh adalah alternatif yang bukan merupakan kunci jawaban yang berfungsi untuk mengecoh peserta tes yang kurang memahami materi. G. Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk tes hasil belajar matematika dalam penelitian dan pengembangan ini adalah:

1. Produk tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V yang terdiri dari (a) identitas soal berupa standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan, (b) indikator, (c) soal tes hasil belajar matematika, (d) kunci jawaban, (e) ranah kognitif yang diukur , (f) tingkat kesukaran.

2. Produk tes hasil belajar matematika memenuhi kriteria valid berdasarkan taraf signifikan 5%.

3. Produk tes hasil belajar matematika reliabel.

4. Produk tes hasil belajar matematika memiliki daya pembeda dapat diterima yaitu pada rentang 0,30-1,00.

5. Produk tes hasil belajar matematika memiliki tingkat kesukaran sedang dan sukar. Soal dengan kriteria sedang pada rentang 0,31-0,70 dan soal pada kriteria sukar pada rentang 0-0,30.

6. Produk tes hasil belajar matematika memiliki pengecoh yang berfungsi dengan baik.

7. Tes Hasil belajar matematika tipe pilihan ganda disusun menggunakan Bahasa Indonesia yang baku sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dengan memperhatikan penggunaan huruf kapital, tanda baca, kata depan, dan imbuhan.

11 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II, peneliti membahas empat hal yaitu kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian.

A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka pada penelitian ini berisi teori-teori yang mendukung penelitian yaitu, tes hasil belajar, konstruksi tes hasil belajar, pengembangan tes hasil belajar, taksonomi bloom, matematika, dan kompetensi dasar.

1. Tes Hasil Belajar a. Definisi Tes

Tes merupakan salah satu alat pengukuran yang terdiri dari sejumlah pertanyaan-pertanyaan. Sudijono (2011: 66) memaparkan bahwa tes adalah alat bantu atau prosedur yang digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Menurut Muhtar Bukhori (dalam Sulistyorini 2009: 86) mengungkapkan tes adalah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seseorang murid atau kelompok murid. Sedangkan Widoyoko (2015: 57) memaparkan bahwa tes merupakan bagian tersempit dari penilaian. Menurut Djemari (dalam Widoyoko, 2016: 57) tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan.

Mardapi (2008: 67) mengemukakan bahwa tes adalah beberapa pertanyaan yang membutuhkan jawaban atau beberapa pernyataan yang membutuhkan tanggapan untuk mengukur tingkat kemampuan suatu individu yang diberikan tes tersebut melalui jawaban terhadap beberapa pertanyaan atau tanggapan dari beberapa pernyataan. Hal ini senada dengan yang disampaikan Nurkancana dan Sumartana (dalam Suwandi 2010: 39) memaparkan bahwa tes adalah suatu cara penilaian dalam bentuk tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa untuk mendapatkan data tetang nilai dan prestasi siswa yang dapat dibandingkan dengan standar yang ditetapkan.

Menurut Widoyoko (2016: 50) tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Karakteristik objek dapat berupa keterampilan, pengetahuan, bakat, maupun minat yang dimiliki oleh individu maupun kelompok. Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah alat pengukur dan penilaian berupa pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban untuk mendapatkan data tentang nilai dan prestasi siswa sehingga dapat mengukur tingkat kemampuan siswa.

b. Jenis tes

Menurut Nurgiyantoro (dalam Suwandi, 2010: 40-50) jenis tes dapat dibedakan menjadi beberapa macam bergantung pada dasar yang digunakan. Macam-macam tes tersebut yaitu berdasarkan individu yang dites, jawaban yang dikehendaki, penyusun tes, dan bentuk tes.

1. Jenis tes berdasarkan individu yang dites

Berdasarkan individu yang dites dapat dibedakan menjadi dua yaitu tes individual dan tes kelompok. Tes individual terjadi saat pelaksanaan kegiatan tes guru hanya menghadapi seorang siswa. Sebaliknya, dalam tes kelompok yang dihadapi guru adalah sejumlah siswa misalnya siswa dalam satu kelas. 2. Jenis tes berdasarkan jawaban yang dikehendaki

Jenis tes berdasarkan jawaban yang dikehendaki dapat dibedakan menjadi dua yaitu tes perbuatan dan tes verbal. Tes perbuatan adalah tes yang menuntut respon siswa yang berupa tingkah laku yang melibatkan gerakan otot. Tes perbuatan berfungsi untuk mengukur tujuan-tujuan yang berkaitan dengan aspek psikomotor. Tes verbal adalah tes yang mengkehendaki jawaban siswa berupa tingkah laku verbal yang berbentuk bahasa yang berisi kata-kata dan kalimat. Tes verbal jika dilihat dari segi menjawabnya dapat dikategorikan menjadi dua bagian

yaitu tes lisan dan tes tertulis. Tes lisan mengkehendaki jawaban siswa diberikan secara lisan sedangkan tes tertulis menuntut jawaban siswa diberikan secara tertulis.

3. Jenis tes menurut penyusun tes

Jenis tes menurut penyusun tes dibedakan menjadi dua yaitu tes buatan guru dan tes standar. Tes buatan guru adalah tes yang dibuat oleh guru kelas itu sendiri. Tes buatan guru dimaksudkan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang dikelola oleh guru kelas yang bersangkutan. Tes standar adalah tes yang telah distandarkan. Tes standar dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu tes bakat (aptitude test) dan tes prestasi (achievement test). Tes buatan guru dengan tes standar memiliki perbedaan selain dari penjelasan di atas. Perbedaan tersebut terletak pada kelayakan tes (appropriateness test), kesahihan tes (validity test), keajegan tes (reliability test), dan ketertafsiran tes (interpretability test).

4. Jenis tes menurut bentuk tes

Jenis tes menurut bentuk tes dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu tes subjektif dan tes objektif. Bentuk tes subjektif sering juga disebut sebagai sebagai tes bentuk esai (Inggris: essay). Tes subjektif adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban siswa dalam bentuk uraian dengan

mempergunakan bahasa sendiri. Tes subjektif memungkinkan siswa menunjukkan kemampuannya dalam menerapkan pengetahuan, menganalisis, menghubungkan, dan mengevaluasi dan tes subjektif ada dalam tes esai. Tes objektif adalah tes yang menuntut siswa hanya dengan memberikan jawaban singkat, bahkan hanya dengan memilih kode-kode tertentu yang mewakili alternatif-alternatif jawaban yang telah disediakan. Tes objektif juga disebut dengan tes jawab singkat (short answer test). Jenis tes objektif yang banyak digunakan antara lain jawaban benar salah (true-false), pilihan ganda (multiple choice), isian (completion), dan penjodohan (matching).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat macam-macam jenis tes yaitu individu yang dites, jawaban yang dikehendaki, penyusun tes, dan bentuk tes. c. Definisi Belajar

Dalam pengertian yang umum atau populer, belajar adalah mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan. Pengertian belajar yang lebih komprehensif diberikan oleh Bell-Gredler (dalam Winataputra 2008: 1.5) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes). Menurut Susanto (2013: 4) belajar adalah suatu aktivitas

yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru yang memungkinkan perubahan perilaku yang relatif tetap dalam berpikir, merasa, dan bertindak. Menurut Arnie Fajar (2004: 40) belajar merupakan suatu proses kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman, maka siswa perlu diberi waktu yang memadai untuk melakukan proses itu. Artinya memberikan waktu yang cukup untuk berfikir ketika siswa menghadapi masalah sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk membangun sendiri gagasannya.

Menurut Slameto (2013: 2) belajar adalah suatu proses kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan menurut Winkel (dalam Sulistyorini 2009: 5), belajar merupakan kegiatan mental/fisik yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Belajar itu kegiatan mental yang tidak bisa disaksikan dari luar. Jadi apa yang sedang terjadi didalam diri seseorang yang sedang belajar itu tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati/melihat orang tersebut. Bahkan, hasil belajar orang itu juga tidak akan berlangsung kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu yang

menghasilkan/menampakkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar. Senada dengan hal tersebut, Sulistyorini (2009: 6) berpendapat bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berproses menuju pada suatu perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan untuk menambah ilmu, perubahan perilaku baik dari pengalaman ataupun latihan untuk memenuhi kebutuhan, kepandaian yang belum dimilikinya melalui pengetahuan atau sikap yang mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

d. Ciri-ciri Belajar

Belajar memusatkan pengertiannya pada tiga hal yaitu terjadinya perubahan perilaku, perubahan buah pengalaman, dan perubahan yang relatif menetap (Udin 2008: 19).

1. Terjadinya perubahan perilaku

Belajar harus memungkinkan perubahan perilaku pada individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotorik).

2. Perubahan buah dari pengalaman

Perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku yang terjadi pada diri individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungannya.

3. Perubahan relatif menetap

Perubahan perilaku akibat adanya belajar akan bersifat cukup permanen atau menetap.

Sedangkan menurut Aqid (2010: 48), belajar mempunyai karakteristik tertentu antara lain yaitu :

1. Belajar harus memungkinkan perubahan tingkah laku diri individu yang meliputi tiga aspek, yaitu aspek pengetahuan (kognitif), aspek sikap atau nilai (afektif), serta keterampilan (psikomotorik).

2. Belajar merupakan hasil dari pengalaman yang terjadi karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan.

3. Hasil belajar/perubahan sikap relatif tetap diperoleh melalui pengalaman atau latihan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar mempunyai ciri-ciri yaitu terjadinya perubahan perilaku, perubahan hasil dari pengalaman, dan perubahan relatif menetap.

e. Definisi Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan terbentuknya konsep pengetahuan. Menurut Winkel (2004: 61) hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah laku. Senada dengan Winkel, Hamalik (2006: 155) menyatakan bahwa hasil belajar sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri sisa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Sudjana (1989: 22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Horwart Kingsley (dalam Sudjana 1989: 22) membagi hasil belajar menjadi 3 macam, yakni (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengarahan, dan (3) sikap dan cita-cita.

Dimyati dan Mudjiono (2002: 36) menambahkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru. Sedangkan Abdurrahman (2009: 38) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Jadi hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh setelah melalui kegiatan belajar. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang telah

dicapai dari suatu interaksi tindak belajar berupa makna dari bahan yang dipelajari yang mengakibatkan perubahan dalam diri dan mendapatkan pengalaman yang bermakna bagi dirinya.

f. Jenis-jenis Hasil Belajar Siswa

Bloom (Sudjana 2006: 22) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. 1. Ranah Kognitif

Dalam ranah kognitif terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif berhubungan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif nampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman, serta hubungan sosial.

3. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik nampak pada keterampilan dan kemampuan bertindak.

g. Definisi Tes Hasil Belajar

Sudijono (2011: 99) mengungkapkan bahwa tes hasil belajar adalah salah satu jenis tes yang digunakan untuk mengukur perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik. Sedangkan

Masidjo (1995: 40) memaparkan bahwa tes hasil belajar adalah suatu tes yang mengukur prestasi seseorang dalam suatu bidang sebagai hasil proses belajar yang khas yang dilakukan secara sengaja dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai. Purwanto (2009: 33) menyatakan bahwa tes hasil belajar adalah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan dalam waktu tertentu. Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar adalah salah satu jenis tes yang digunakan untuk mengukur perkembangan dan kemajuan belajar dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan yang harus di jawab dalam waktu tertentu.

h. Bentuk Tes Hasil Belajar

Widoyoko (2016: 57) mengemukakan bahwa bentuk tes dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes subjektif. 1. Tes objektif

Tes objektif dalam hal ini memiliki pengertian yaitu bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau respon yang harus dipilih oleh peserta tes. Jadi kemungkinan jawaban atau respon telah disediakan oleh penyusun butir soal. Peserta hanya memilih alternatif jawaban yang telah disediakan oleh penyusun butir soal. Dengan demikian pemeriksaan atau penskoran jawaban/respon peserta tes sepenuhnya dapat dilakukan secara

objektif oleh korektor. Karena sifatnya yang objektif ini maka tidak perlu harus dilakukan oleh manusia. Pekerjaan tersebut dapat dilakukan oleh mesin, misalnya mesin scanner. Tes objektif dibagi menjadi 7 bagian, yaitu:

a. Tipe Benar-Salah (true-false test)

Tes tipe benar salah (true false test) adalah tes yang butir soalnya terdiri dari pernyataan yang disertai dengan alternatif jawaban atau pernyataan yang benar dan yang salah.

b. Tipe Menjodohkan (matching test)

Butir soal tipe menjodohkan ditulis dalam dua kolom atau kelompok. Kelompok pertama di sebelah kiri adalah pertanyaan/pernyataan atau stem atau biasa juga disebut dengan premis. Kelompok kedua di sebelah kanan adalah kelompok jawaban. Tugas peserta tes adalah mencari dan menjodohkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaan/pernyataan.

c. Tes Pilihan Ganda (multiple choice test)

Tes pilihan ganda adalah tes dimana setiap butir soalnya memiliki jumlah alternatif jawaban lebih dari satu. Setiap tes tipe pilihan ganda terdiri dari dua bagian, yaitu (1)

pernyataan atau disebut juga stem, dan (2) alternatif jawaban atau juga disebut option.

d. Pilihan Ganda Analisis Hubungan Antar Hal

Pilihan ganda hubungan antar hal terdiri dari dua pernyataan. Kedua pernyataan tersebut dihubungkan oleh kata “SEBAB”. Jadi ada dua kemungkinan hubungan antara kedua pernyataan tersebut, yaitu ada hubungan sebab akibat atau tidak ada hubungan sebab akibat.

e. Pilihan Ganda Analisis Kasus

Pada tes bentuk pilihan ganda analisis kasus peserta tes dihadapkan pada suatu kasus. Kasus ini disajikan dalam bentuk cerita, peristiwa dan sejenisnya. Kepada peserta tes diajukan beberapa pertanyaan. Setiap pertanyaan dibuat dalam bentuk melengkapi pilihan.

f. Pilihan Ganda Asosiasi

Bentuk pilihan ganda asosiasi ini terstruktur soalnya sama dengan melengkapi pilihan. Perbedaanya adalah, jika pada melengkapi pilihan hanya ada satu jawaban yang benar atau paling benar, tetapi pada melengkapi berganda justru jawaban yang benar dapat lebih dari satu, mungkin 2, 3, atau 4.

g. Pilihan Ganda Dengan Diagram, Grafik, Tabel dan sebagainya

Bentuk soal tes ini mirip analisis kasus, baik struktur maupun pola pertanyaannya. Bedanya dalam tes bentuk ini tidak disajikan kasus dalam bentuk cerita atau peristiwa tetapi kasus tersebut berupa diagram, gambar, grafik maupun tabel.

2. Tes Subjektif

Tes subjektif pada umumnya berbentuk uraian (esai). Menurut Asmawi Zaenul dan Noehi Nasution 2005: 37 tes bentuk uraian adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes. Berdasarkan tingkat kebebasan peserta tes untuk menjawab soal tes uraian, secara umum tes uraian dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu: tes uraian bebas atau uraian tebuka (extended response) dan tes uraian terbatas (restricted response). Tes uraian bebas merupakan bentuk tes uraian yang memberi kebebasan kepada pesera tes untuk mengorganisasikan dan mengekspresikan pikiran dan gagasannya dalam menjawab soal tes. Jawaban peserta tes bersifat terbuka, fleksibel, dan tidak teratur. Sedangkan tes

uraian terbatas merupakan bentuk tes uraian yang memberi batasan-batasan atau rambu-rambu tertentu kepada peserta tes dalam menjawab soal tes.

Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk tes dikategorikan menjadi dua yaitu, objektif dan subjektif. Tes objektif dibagi menjadi 7 bagian yaitu tipe benar-salah (true-false test), tipe menjodohkan (matching test), tes pilihan ganda (multiple choice test), pilihan ganda analisis hubungan antar hal, pilihan ganda analisis kasus, pilihan ganda asosiasi, pilihan ganda dengan diagram, grafik, tabel dan sebagainya. Sedangkan tes subjektif dibagi menjadi dua bentuk, yaitu: tes uraian bebas atau uraian terbuka (extended response) dan tes uraian terbatas (restricted response).

Dokumen terkait