• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

C. Instrumen Penelitian

C.1. Tes Kemampuan Penalaran Matematik a. Penyusunan Tes

Tes kemampuan penalaran matematik yang digunakan berbentuk uraian, dengan maksud untuk melihat proses pengerjaan yang dilakukan siswa agar dapat diketahui sejauhmana siswa mampu melakukan penalaran matematik.

Penyusunan tes, diawali dengan penyusunan kisi-kisi yang mencakup kompetensi dasar, indikator, aspek yang diukur beserta skor penilaiannya dan nomor

butir soal. Setelah membuat kisi-kisi soal, dilanjutkan dengan menyusun soal beserta kunci jawabannya dan aturan pemberian skor untuk masing-masing butir soal.

Bahan tes disesuaikan dengan indikator-indikator kemampuan penalaran matematik yang digunakan pada penelitian ini, yaitu menarik kesimpulan logik, memberikan penjelasan dengan model, fakta, sifat-sifat dan hubungan, memperkirakan jawaban dan proses solusi, dan menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematik pada pokok bahasan Segitiga.

Adapun pemberian skor untuk soal-soal penalaran mengikuti pedoman dari Cai, Lane, dan Jakabcsin, Ansari (dalam Ratnaningsih, 2003). Adalah seperti berikut:

Tabel 3.1

Pemberian Skor Soal Penalaran Matematik

Respon Siswa terhadap Soal Skor

Tidak ada jawaban/Menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan/Tidak ada yang benar

0

Hanya sebagian aspek dari pertanyaan dijawab dengan benar 1 Hampir semua aspek dari pertanyaan dijawab dengan benar 2 Semua aspek pertanyaan dijawab dengan lengkap/jelas dan benar 3

Adanya sebuah pedoman pemberian skor dimaksudkan agar terjadinya sebuah hasil yang obyektif karena pada setiap langkah jawaban yang dinilai pada jawaban siswa selalu berpedoman pada patokan yang jelas sehingga mengurangi kesalahan pada penilaian.

b. Analisis Tes

Untuk memperoleh perangkat tes yang memenuhi kriteria tes yang baik, maka sebelum digunakan, tes yang telah disusun dikonsultasikan validitas isi (content validity) dan validitas mukanya (face validity) kepada sesama peneliti untuk mendapatkan masukan, baru kemudian kepada pembimbing. Validitas isi suatu tes artinya ketepatan tes tersebut ditinjau dari segi materi yang diajukan, yaitu materi (bahan) yang dipakai sebagai tes tersebut merupakan sampel representatif dari pengetahuan yang harus dikuasai (Suherman, 2001). Validitas muka disebut juga validitas bentuk soal atau validitas tampilan, yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya atau tidak menimbulkan tafsiran lain. Validitas lain yang harus diperiksa adalah validitas empiris yaitu validitas yang diperoleh dengan melalui observasi atau pengalaman empirik, menggunakan kriteria untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien validitas yang dibuat melalui perhitungan korelasi.

Validitas ini diketahui setelah perangkat tes diujicobakan. Setelah mendapat masukan tentang validitas tes pada beberapa soal dilakukan revisi seperlunya. Selanjutnya tes diuji cobakan dan dianalisis validitas empiriknya, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya. Perangkat tes diujicobakan pada siswa kelas 2 (VIII) SMP Negeri 3 Cugenang Cianjur. Setelah dilakukan pemeriksaan dan pemberian skor terhadap jawaban siswa, maka kegiatan selanjutnya adalah menganalisa tes berdasarkan skor jawaban yang diperoleh. Berikut adalah hasil

analisis validitas empiriknya, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran dari tes.

1) Analisis Validitas Tes

Klasifikasi koefisien validitas menurut Guilford (Suherman dalam Putri, 2006) adalah:

Tabel 3.2.

Klasifikasi Koefisien Validitas Nilai rxy Interpretasi 0,90 < rxy ≤ 1,00 0,70 < rxy ≤ 0,90 0,40 < rxy≤ 0,70 0,20 < rxy≤ 0,40 0,00 < rxy≤ 0,20 rxy ≤ 0,00 Sangat tinggi Tinggi (baik) Sedang (cukup) Rendah Sangat rendah Tidak valid

Gambaran hasil perhitungan signifikasi dan derajat validitas butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3.

Perhitungan Validitas Tes Penalaran Matematik No. Soal Korelasi Interpretasi Validitas Signifikansi

1.a 0.640 Sedang Signifikan

1.b 0.856 Tinggi Sangat Signifikan

1.c 0.648 Sedang Signifikan

1.d 0.794 Tinggi Sangat Signifikan

2.a 0.685 Sedang Signifikan

2.b 0.762 Tinggi Sangat Signifikan

3 0.599 Sedang Signifikan

4 0.674 Sedang Signifikan

5 0.664 Sedang Signifikan

Dari 10 soal yang digunakan untuk menguji kemampuan penalaran matematik tersebut berdasarkan kriteria validitas tes dari Guilford diperoleh 7 soal yang mempunyai validitas sedang, dan 3 soal sisanya yang mempunyai validitas tinggi atau baik. Artinya tidak semua soal mempunyai validitas yang baik. Begitu juga kriteria signifikansi dari korelasi pada tabel di atas terlihat 7 soal yang signifikan dan 3 soal lainnya sangat signifikan.

2) Analisis Reliabilitas Tes

Klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (Suherman dalam Putri, 2006) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4.

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Nilai

r

11 Interpretasi r11< 0,20 0,20 ≤ r11< 0,40 0,40 ≤ r11 < 0,70 0,70 ≤ r11 < 0,90 0,90 ≤ r11≤ 1,00 Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas bentuk uraian dapat menggunakan rumus Alpha, tetapi disini penulis langsung menggunakan program Anates V4 seperti pada perhitungan validitas soal dan hasilnya dapat dilihat pada lampiran. Dari hasil perhitungan didapat nilai korelasi

r

11 = 0,89 untuk soal penalaran matematik. Dari nilai tersebut jika diinterpretasikan berdasarkan kriteria

reliabilitas tes dari Guilford maka dapat dikatakan bahwa soal tes penalaran matematik secara keseluruhan memiliki reliabilitas yang tinggi.

3) Analisis Daya Pembeda

Menentukan Daya Pembeda (DP) dari tiap soal. Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi atau pandai (termasuk dalam kelompok unggul) dengan siswa yang berkemampuan rendah atau kurang (termasuk kelompok asor). Sebuah soal dikatakan memiliki daya pembeda yang baik jika siswa yang pandai dapat mengerjakan dengan baik dan siswa yang berkemampuan kurang tidak dapat mengerjakannya dengan baik. Proses penentuan kelompok unggul dan kelompok asor ini adalah dengan cara terlebih dahulu mengurutkan skor total setiap siswa mulai dari skor tertinggi sampai dengan yang terendah (menggunakan perhitungan dengan AnatesV4) yang dapat dilihat dalam lampiran. Dari hasil perhitungan tersebut dapat langsung dilihat daya pembeda dari tiap butir soal.

Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang digunakan menurut To (dalam Putri, 2006) adalah sebagai berikut:

Negatif – 10% = sangat buruk, harus dibuang 10% – 19% = buruk, sebaiknya dibuang

20% – 29% = agak baik, kemungkinan perlu direvisi 30% – 49% = baik

Dari hasil perhitungan, diperoleh daya pembeda tiap butir soal yang kemudian diinterpretasikan dengan klasifikasi daya pembeda dari To, yang secara terinci disajikan pada Tabel 3.5. dibawah ini:

Tabel 3.5.

Daya Pembeda Tiap Butir Soal Penalaran Matematik No. Soal Daya Pembeda Interpretasi

1.a 45,83 Baik 1.b 54,17 Sangat Baik 1.c 37,50 Baik 1.d 50,00 Sangat Baik 2.a 45,83 Baik 2.b 58,33 Sangat Baik 3 41,67 Baik 4 45,83 Baik 5 50,00 Sangat Baik 6 37,50 Baik

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk soal tes penalaran matematik yang terdiri dari 10 soal tes, terdapat empat soal yang memiliki daya pembeda yang sangat baik yaitu soal nomor 1b, 1d, 2b, dan 5, dan terdapat enam soal yang daya pembedanya baik yakni soal nomor 1a, 1c, 2a, 3, 4, dan 6.

4) Analisis Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran soal adalah peluang menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu, yang biasanya dinyatakan dengan indeks atau

persentase. Semakin besar persentase tingkat kesukaran maka semakin mudah soal tersebut.

Klasifikasi interpretasi untuk tingkat kesukaran soal yang digunakan menurut To (dalam Putri, 2006) adalah:

0% – 15% = sangat sukar 16% – 30% = sukar 31% – 70% = sedang 71% – 85% = mudah 86% –100%= sangat mudah

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan AnatesV4, diperoleh tingkat kesukaran tiap butir soal yang rangkumannya secara terinci disajikan pada Tabel 3.6 berikut ini:

Tabel 3.6.

Tingkat Kesukaran Tiap Butir Soal Penalaran Matematik No. Soal Tingkat Kesukaran (%) Interpretasi

1.a 56,25 Sedang 1.b 68,75 Sedang 1.c 64,58 Sedang 1.d 25,00 Sukar 2.a 52,08 Sedang 2.b 58,33 Sedang 3 29,17 Sukar 4 47,92 Sedang 5 50.00 Sedang 6 39,58 Sedang

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk soal yang mengukur kemampuan penalaran matematik siswa yang terdiri dari 10 soal tes, terdapat dua soal yang

memiliki tingkat kesukaran sukar yaitu soal nomor 1d dan nomor 3; dan delapan soal lainnya memiliki tingkat kesukaran yang sedang.

5) Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Soal Tes

Kesimpulan dari semua perhitungan analisis hasil uji coba soal tes penalaran matematik disajikan secara lengkap pada Tabel 3.7 di bawah ini:

Tabel 3.7.

Rekapitulasi Analisis Hasil Uji coba Soal Tes Penalaran Matematik No. Soal Interpretasi Validitas Interpretasi Tingkat Kesukaran Interpretasi Daya Pembeda Interpretasi Reliabilitas

1.a Sedang Sedang Baik

Tinggi

1.b Tinggi Sedang Sangat Baik

1.c Sedang Sedang Baik

1.d Tinggi Sukar Sangat Baik

2.a Sedang Sedang Baik

2.b Tinggi Sedang Sangat Baik

3 Sedang Sukar Baik

4 Sedang Sedang Baik

5 Sedang Sedang Sangat Baik

6 Sedang Sedang Baik

Pada tabel 3.7. didapat tiga soal yang memiliki kriteria validitas sedang, yaitu soal nomor 1.b, 1.d, dan 2.b. Kemudian, soal nomor 1.d dan 3 memiliki tingkat kesukaran sukar , dan selebihnya sedang. Daya pembeda dari sepuluh soal kemampuan penalaran matematik diperoleh empat soal mempunyai daya pembeda

sangat baik, yaitu soal nomor 1.b, 1.d, 2.b, dan 5. Secara keseluruhan, soal tes kemampuan penalaran matematik pada materi Segitiga memiliki Reliabilitas yang tinggi, sehingga semua soal yang menjadi instrumen pada penelitian ini dapat digunakan.

Dokumen terkait