• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Healthy Eating Index for Thais (THEI) dikembangkan sebagai alat ukur penting yang mengukur status dietary masyarakat Thailand dan memonitor perubahan dalam pola konsumsi pangan untuk memenuhi tujuan gizi dan mempelajari kualitas diet secara keseluruhan. Indeks ini mengukur kesesuaian diet masyarakat Thailand dengan rekomendasi Food Guide Thailand Nutrition Flag. THEI terdiri atas 11 komponen yang masing-masing merepresentasikan aspek diet sehat yang berbeda-beda (Taechangam et al. 2008). Komponen dari THEI dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Komponen THEI dan skor masing-masing komponen No Komponen Kisaran

skor

Kriteria untuk skor maksimum (10)

Kriteria untuk skor minimum (0) 1 Konsumsi

karbohidrat

0-10 8-12 sendok nasi 0 dan 14-18 sendok nasi 2 Konsumsi sayur 0-10 4-6 sendok nasi 0 3 Konsumsi buah 0-10 3-5 porsi 0 4 Konsumsi susu 0-10 1-2 gelas 0 5 Konsumsi daging

0-10 6-12 sendok makan 0 dan 12-18 sendok makan 6 Asupan lemak

total

0-10 ≤ 20% total energi ≥ 35% total energi 7 Asupan lemak

jenuh

0-10 ≤ 10% total energi ≥ 15% total energi 8 Konsumsi gula

tambahan

0-10 < 6% total energi > 10% total energi 9 Asupan kolesterol 0-10 ≤ 300 mg/hari ≥ 400 mg/hari 10 Asupan sodium 0-10 ≤ 2400 mg/hari ≥ 3300 mg/hari 11 Keragaman makanan 0-10 ≥ 30 jenis/hari ≤ 20 jenis/hari Komponen 1-5 mengukur tingkat kesesuaian diet dengan rekomendasi untuk lima kelompok pangan yang ada di dalam Thailand Nutrition Flag; komponen 6, 7, dan 8 mengukur asupan lemak total, lemak jenuh, dan gula tambahan; komponen 9 dan 10 mengukur asupan total kolesterol dan sodium; dan komponen 11 mengukur keragaman diet. Masing-masing dari 11 komponen memiliki skor yang berkisar dari 0-10, sehingga total skor adalah 110. Skor rata- rata THEI Thailand mengindikasikan bahwa diet Thailand perlu ditingkatkan. THEI dapat dijadikan sebagai dasar dalam melakukan promosi dan pendidikan gizi (Taechangam et al. 2008).

Kelebihan HEI Thailand adalah sederhana, secara praktis tidak mahal, dapat digunakan untuk pendidikan gizi, dan memasukkan aspek keragaman diet. Sementara itu, kekurangannya adalah tidak membedakan kelompok pangan

berdasarkan “total” dan “whole” dan penghitungan skor tidak didasarkan pada

densitas energi (Taechangam et al. 2008).

Prinsip Pengembangan HEI Pengelompokan

Nurdiani (2011) dalam penelitiannya berjudul “Analisis Penyelenggaraan

Makan di Sekolah dan Kualitas Menu bagi Siswa Sekolah Dasar di Bogor” sebelumnya telah mengembangkan Indonesian Healthy Eating Index (I-HEI) secara sederhana yang didasarkan pada PUGS untuk anak berusia 10-12 tahun. Komponen dari I-HEI tersebut terdiri dari: sumber pangan karbohidrat, sayuran, buah-buahan, protein hewani, protein nabati, total lemak, total garam, total gula, Fe/zat besi, dan keragaman.

Hurley et al. (2009) mengembangkan The Youth HEI (YHEI) yang mengadopsi HEI untuk digunakan pada anak dan remaja. Seperti halnya pada HEI, skor total YHEI bekisar antara 0-100 dengan skor tertinggi mengindikasikan kualitas diet yang lebih baik. YHEI terdiri dari 13 komponen (komponen 1-7 memiliki skor 0-10, komponen 8-13 memiliki skor 0-5), yaitu sereal utuh;sayur; buah; susu; protein hewani; makanan snack yang tinggi gula atau garam; minuman manis; multivitamin; margarin dan mentega; makanan gorengan dari luar rumah; lemak visible pada daging; sarapan; dan makan malam.

Alternate Healthy Eating Index (AHEI) memiliki skor yang didasarkan pada sembilan komponen, yaitu sayur, buah, kacang dan kedelai, daging merah atau putih, lemak trans, lemak jenuh atau tidak jenuh, serat, multivitamin, dan alkohol. Masing-masing komponen memiliki skor sebesar 0-10 poin, kecuali untuk multivitamin dengan skor 2.5-7.5 poin. Total skor AHEI adalah 2.5 sampai 87.5 dengan skor tertinggi merefleksikan diet yang lebih sehat (McCullough et al. 2002).

Scoring System

Skoring pada Aust-HEI dilakukan berdasarkan jumlah makanan yang direkomendasikan untuk dikonsumsi per minggu. Skor keragaman untuk masing- masing dari lima kelompok pangan (serealia, sayur, buah, susu, dan daging) bernilai dua, dengan skor keseluruhan jika dijumlahkan adalah 10. Pilihan makanan sehat didasarkan pada makanan sehat yang dikonsumsi sedikitnya satu kali per minggu. Skor buah dan sayur didasarkan pada pertanyaan singkat “berapa banyak porsi sayur buah yang dikonsumsi per hari”. Skor lima diberikan untuk konsumsi buah satu porsi atau kurang. Skor konsumsi sayur satu porsi atau kurang dan dua atau tiga porsi sayur diberikan skor masing-masing tiga dan enam. Skor susu didasarkan pada pertanyaan jenis susu apa yang biasanya dikonsumsi. Skor 2.5 diberikan jika biasanya mengonsumsi kombinasi susu skim dan “whole milk”. Pertanyaan ini tidak memberikan pilihan untuk orang yang jarang atau tidak pernah mengonsumsi susu. Skor konsumsi daging yang telah dihilangkan lemaknya menunjukkan apakah orang secara aktif memilih untuk menurunkan asupan lemak jenuh. Skor 2.5 diberikan jika konsumsi dilakukan kadang-kadang.

Skor lemak jenuh (junk food) didasarkan pada konsumsi makanan tinggi lemak (Australian Institute of Health and Welfare 2007).

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan HEI

Penilaian kualitas diet pada orang Amerika tahun 1994-1996 dan 2001- 2002 dengan menggunakan HEI-2005 menunjukkan skor yang masih di bawah nilai maksimum untuk seluruh komponen, kecuali total serealia, daging dan kacang-kacangan. Komponen yang memiliki skor terendah meliputi serealia utuh; sayuran berwarna hijau gelap dan orange serta legumes; sodium; dan kalori dari SoFAAS (USDA-CNPP 2007). Studi mengenai skor total HEI-2005 pada dewasa berusia di atas 20 tahun di Amerika menunjukkan bahwa orang dewasa di Amerika memiliki skor HEI-2005 di bawah skor maksimum, kecuali untuk total serealia dan daging dan kacang-kacangan. Kelompok wanita dewasa dan yang berusia lebih tua lebih memenuhi rekomendasi Dietary Guidelines for Americans 2005 untuk komponen buah dan sayur, serta discretionary calories, dan memiliki skor kualitas diet secara keseluruhan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya. Kelompok dewasa yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi juga lebih mendekati rekomendasi dibandingkan dewasa dengan pendidikan yang rendah. Hasil studi di atas menunjukkan bahwa karakteristik sosial demografi mempengaruhi pemilihan makanan dan keseluruhan kualitas diet (Ervin 2011).

Exebio et al. (2011) dalam penelitiannya mengenai skor HEI-2005 dihubungkan dengan gejala depresi pada subjek Cuban-Amerika membuktikan bahwa pria dengan diabetes tipe 2 dan wanita tanpa diabetes tipe 2 dengan kualitas diet yang rendah memiliki gejala depresi yang lebih tinggi. Hurley et al. (2009) dalam penelitiannya menunjukkan wanita (64.47±11.70) memiliki skor HEI yang lebih tinggi dibandingkan pria (61.15±11.61). Skor HEI dihubungkan dengan asupan mikronutrien dan total energi yang tinggi. Selain itu, skor HEI yang rendah dihubungkan dengan tingginya persentase lemak tubuh/abdominal dan tidak berhubungan dengan IMT. Sementara itu, Gao et al. (2008) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa HEI-2005 dapat memprediksi kejadian obesitas pada populasi multi-etnis. Louzada et al. (2012) juga menunjukkan bahwa status perkawinan memiliki hubungan dengan Healthy Eating Index (individu yang menikah memiliki kualitas diet yang lebih baik). Penelitian McCabe-Sellers et al. (2007) menunjukkan bahwa faktor sosial ekonomi, seperti usia, ras, dan pendapatan mempengaruhi kualitas diet orang dewasa di Amerika.

Studi terkait dilakukan oleh McNaughton et al. (2008) dalam mengembangkan dietary guideline index (DGI) yang merefleksikan pola makan sehat orang Australia dewasa. DGI terdiri atas 15 jenis makanan yang merefleksikan dietary guidelines, seperti sayur dan legume, buah, total sereal, daging, total susu, minuman, sodium, lemah jenuh, minuman beralkohol, dan gula tambahan. Kualitas diet ditentukan menggunakan indikator yang berkaitan dengan sereal utuh, daging tanpa lemak, susu rendah lemak, dan keragaman diet. Terdapat hubungan antara skor DGI dengan jenis kelamin, usia, pendapatan, sosial ekonomi, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, rasio pinggang-pinggul, tekanan darah sistolik (laki-laki), dan status kesehatan (perempuan). Skor DGI yang lebih

tinggi dihubungkan dengan asupan energi, lemak total, dan lemak jenuh yang lebih rendah, serta asupan serat, b-carotene, vitamin C, folat, kalsium, dan zat besi yang lebih tinggi.

Dokumen terkait