DEDy oktri HaDi saputra Dan rini inDrian
Gabungan 50 1.645 0.009 Tidak Normal 40 1.913 001 Tidak Normal Sumber: Data Sekunder Diolah,
tabel 2
statistik Deskriptif Variabel penelitian
Variabel N Mean Min. Max.
Persentase (%) Std. Deviation Di bawah mean Di atas mean Perusahaan yang Masuk Indeks JII
Return (Y) 40 0.57 -0.88 5.67 45,0 55,0 1.20 DPS (X1) * 40 -0.21 -5.20 0.90 22,5 77,5 1.18 DPR (X2)* 40 0.41 0.01 1.24 57,5 42,5 0.28 EPS (X3) * 40 -0.36 -11.55 1.05 15,0 85,0 2.37 PER (X4) * 40 2.61 -7.88 124.04 97,5 2,5 19.76 PBV (X5) * 40 -0.45 -6.81 0.68 25,0 75,0 1.73
Perusahaan yang Tidak Masuk Indeks JII (Perusahaan Pembanding)
Return (Y) 40 0.26 -0.62 4.07 70,0 30,0 0.88 DPS (X1) * 40 -1.91 -52.40 0.99 12,5 87,5 8.52 DPR (X2)* 40 0.55 0.01 4.44 70,0 30,0 0.71 EPS (X3) * 40 -1.30 -51.21 1.26 15,0 85,0 8.18 PER (X4) * 40 -2.11 -76.66 5.60 10,0 90,0 12.18 PBV (X5)* 40 -0.11 -1.58 0.76 40,0 60,0 0.52
Sumber: Data Sekunder Diolah, 2011
tabel 3 Hasil uji normalitas
Model Regresi
Data Data Setelah Transformasi N K-S Test Sig. Kesimpulan N K-S Test Sig. Kesimpulan
JII 50 1.184 0.121 Normal 40 1.322 .061 Normal
Non JII 50 1.433 0.033 Tidak Normal 40 1.597 .012 Tidak Normal
Gabungan 50 1.645 0.009 Tidak Normal 40 1.913 .001 Tidak Normal Sumber: Data Sekunder Diolah, 2011
262 DEDy OkTRI HADI SAPuTRA DAN RINI INDRIANI
tabel 4
Hasil uji multikolinearitas
Variabel Data Data Sesudah Transformasi Tolerance VIF Kesimpulan Tolerance VIF Kesimpulan
Perusahaan yang Masuk JII
DPS .091 11.005 Terkena .579 1.728 Bebas
DPR .618 1.617 Bebas .878 1.139 Bebas
EPS .101 9.877 Bebas .548 1.825 Bebas
PER .438 2.286 Bebas .923 1.084 Bebas
PBV .453 2.206 Bebas .997 1.003 Bebas
Perusahaan yang Tidak Masuk JII (Perusahaan Pembanding)
DPS .434 2.304 Bebas .895 1.117 Bebas
DPR .230 4.344 Bebas .137 7.291 Bebas
EPS .717 1.395 Bebas .134 7.481 Bebas
PER .235 4.256 Bebas .929 1.076 Bebas
PBV .589 1.699 Bebas .806 1.240 Bebas
Gabungan Perusahaan yang Masuk JII dan Perusahaan yang Tidak Masuk JII
DPS .360 2.780 Bebas .537 1.862 Bebas
DPR .405 2.472 Bebas .366 2.734 Bebas
EPS .413 2.418 Bebas .954 1.048 Bebas
PER .352 2.841 Bebas .536 1.867 Bebas
PBV .686 1.457 Bebas .984 1.017 Bebas
Sumber: Data Sekunder Diolah, 2011
tabel 4
Hasil uji Heterosekedastisitas
Variabel Data Data Sesudah Transformasi Sig. Kesimpulan Sig. Kesimpulan
Perusahaan yang Masuk Indeks JII
DPS .701 Bebas .324 Bebas
DPR .628 Bebas .891 Bebas
EPS .619 Bebas .962 Bebas
PER .783 Bebas .742 Bebas
PBV .889 Bebas .669 Bebas
Perusahaan yang Tidak Masuk Indeks JII (Perusahaan Pembanding)
DPS .151 Bebas .670 Bebas
DPR .915 Bebas .789 Bebas
EPS .000 Terkena .990 Bebas
PER .897 Bebas .706 Bebas
PBV .671 Bebas .350 Bebas
Gabungan Perusahaan yang Masuk Indeks JII dan Perusahaan yang Tidak Masuk
DPS .080 Bebas .927 Bebas
DPR .495 Bebas .559 Bebas
EPS .006 Bebas .564 Bebas
PER .906 Bebas .574 Bebas
PBV .408 Bebas .929 Bebas
Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 2, April 2012 263
statistik deskriptif untuk data perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa
return saham untuk perusahaan masuk indeks JII, 55% berada diatas rata-rata (0,57), hal ini menunjukkan bahwa sebagai besar
55% perusahaan sampel memberikan return
mencapai setengah lebih tinggi dibandingkan
harga saham tahun sebelumnya. Return
saham perusahaan yang tidak masuk dalam
JII walaupun rata-rata returnnya lebih
kecil dari perusahaan JII, namun 30% dari perusahaan non JII yang menjadi sampel
memiliki return yang berada diatas rata-
rata.
pengujian asumsi klasik
uji normalitas dilihat melalui analisis
statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov
(k-S), hasil pengujian terlihat pada Tabel 3. Hasil pengujian normalitas pada Tabel 3 menunjukkan bahwa baik sebelum dan sesudah ditransformasi diketahui bahwa data pada sampel perusahaan JII memiliki distribusi normal, sementara untuk data sampel perusahaan non JII dan gabungan memang tidak memiliki distribusi normal, sehingga untuk kedua sampel dalam
penelitian ini menggunakan Central Limit
Theory.
Penelitian ini mendeteksi ada tidaknya
multikolinearitas dari nilai Tolerance dan
Variance Inlation Factor (VIF) di mana hasilnya disajikan dalam Tabel 4.
Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa untuk data sebelum ditransformasi model regresi tidak terdapat gejala multikolinearitas pada variabel independen untuk masing- masing sampel penelitian kecuali pada sampel perusahaan yang masuk di JII. Data variabel pada perusahaan yang masuk di JII memperlihatkan adanya gejala multikolinearitas, hal ini ditunjukkan oleh variabel DPS dari data perusahaan JII yang
memiliki nilai tolerance di bawah 0,1 dan
nilai VIF di atas 10. Sedangkan untuk data sesudah ditransformasi, diketahui bahwa model regresi pada semua sampel penelitian
tidak terjadi gejala multikolinearitas karena
memiliki nilai Tolerance di atas 0.1 dan nilai
VIF di bawah angka 10.
uji heterokedastisitas dilihat melalui uji Gletser. Hasil uji heterokedastisitas dapat dilihat pada Tabel 5.
Dari Tabel 5 diketahui bahwa pada model regresi pertama, data pada sampel perusahaan yang tidak masuk JII menunjukkan adanya gejala heterokedastisitas yang diperlihatkan oleh variabel EPS dengan nilai signiikansi sebesar 0,000 atau probabilitas di bawah 0,05. Sedangkan pada model regresi kedua, yaitu model yang telah ditransformasi untuk semua sampel penelitian menunjukkan bahwa semua variabel independen tidak signiikan terhadap variabel residualnya atau memiliki nilai probabilitas di atas 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa model regresi untuk data setelah transformasi tidak terjadi gejala heterokedastisitas.
Hasil pengujian autokorelasi dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 dapat diketahui bahwa nilai D- W hitung untuk sampel perusahaan JII pada data awal adalah sebesar 2.638 yang menunjukkan model regresi tidak terbebas gejala autokorelasi, sementara pada data setelah transformasi diketahui bahwa seluruh kelompok sampel tidak terkena gejala autokorelasi.
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik,
khususnya dari uji multikolinearitas,
heterokedastisitas, dan autokolerasi maka model yang bebas dari masalah ketiga asumsi klasik tersebut adalah model data setelah transformasi. Hal tersebut maka pembahasan analisis regresi akan menggunakan model regresi dengan data yang ditransformasikan.
Hasil analisis Data
Berdasarkan output SPSS 16, maka hasil
analisis regresi untuk kedua jenis data analisis dapat dilihat dalam Tabel 7.
264 DEDy OkTRI HADI SAPuTRA DAN RINI INDRIANI
tabel 6 Hasil uji autokorelasi
Persamaan Regresi (Model)
Data Data Sesudah Transformasi Durbin-Watson Kesimpulan Durbin-Watson Kesimpulan
Perusahaan yang Masuk
Indeks JII 2.638
Terkena
autokorelasi 1.944
Bebas autokorelasi Perusahaan yang Tidak
Masuk Indeks JII 2.185
Bebas
autokorelasi 1.925
Bebas autokorelasi
Kriteria & Nilai Durbin Watson Table
n = 50 k = 6 Sig = 0.05 du < d < 4-du dl = 1.291 du = 1.822 4-dl = 2.709 4-du = 2.178 n = 40 k = 6 Sig = 0.05 du < d < 4-du dl = 1.175 du = 1.854 4-dl = 2.852 4-du = 2.146
Gabungan Perusahaan 2.409 Meragukan 1.873 autokorelasiBebas
Kriteria & Nilai Durbin Watson Table
n = 100 k = 6 Sig = 0.05 du < d < 4-du dl = 1.550 du = 1.803 4-dl = 2.450 4-du = 2.197 n = 80 k = 6 Sig = 0.05 du < d < 4-du dl = 1.480 du = 1.801 4-dl = 2.520 4-du = 2.199 Sumber: Data Sekunder Diolah, 2011
tabel 4
Hasil analisis regresi linier Berganda sampel perusahaan Jii
Variabel Sebelum Transformasi Sesudah Transformasi JII Non JII Gabungan JII Non JII Gabungan
Konstanta DPS DPR EPS PER PBV 0.606 1.697 (0.097) -0.003 -1.190 (0240) -0.483 -0.704 (0.485) 0.001 1.343 (0.186) -0.005 -0.562 (0.775) 0.039 1.179 (0.245) -0.004 -0.021 (0.984) -0.001 -1.413 (0.165) -0.152 -0.503 (0.617) 0.001 3.149 (0.003) 0.001 0.208 (0.836) 0.095 1.258 (0.215) 0.260 1.533 (0.129) -0.001 -1.793 (0.076) -0.219 -0.798 (0.427) 0.001 2.796 (0.006) 0.000 0.035 (0.972) 0.034 1.774 (0.079) 0.772 4.291 (0.000) 0.311 1.173 (0.249) -0.031 -0.680 (0.501) -0.016 -0.134 (0.894) 0.004 0.183 (0.856) 0.341 3.467 (0.001)** 0.405 3.760 (0.001) 0.031 0.594 (0.556) -0.008 -0.445 (0.659) -0.022 -1.555 (0.129) 0.020 0.380 (0.706) 1.315 5.818 (0.000)*** 0.557 5.040 (0.000) 0.016 0.689 (0.493) 0.000 -0.051 (0.960) 0.014 0.765 (0.447) -0.006 -0.644 (0.522) 0.391 4.736 (0.000)*** Adjusted R squares 0.001 0.153 0.092 0.251 0.479 0.212 F-hitung 1.013 2.776 3.018 3.615 8.160 5.239 Sum of Squares Residual 59.392 23.766 87.808 36.390 13.602 64.645 Sig. 0.421a 0.029a 0.014a 0.010a 0.000a 0.000a N 50 50 100 40 40 80
*** Probabilitas 99% dan Asymp. Sig. 1% ** Probabilitas 95% dan Asymp. Sig. 5% * Probabilitas 90% dan Asymp. Sig. 10% Sumber: Data Sekunder yang diolah (2012)
Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 2, April 2012 265
pengujian Hipotesis
Dari Tabel 7 dibuat rangkuman dari hasil pengujian hipotesis pertama dan kedua penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.
Pengujian hipotesis ketiga dilakukan
dengan Chow test gunanya untuk melihat
sejauhmana perbedaan pengaruh dari
rasio analisis fundamental terhadap return
saham perusahaan JII dengan sampel data perusahaan non JII. Data untuk pengujian
chow test dapat dilihat pada Tabel 9
Data dari Tabel 9 dihitung dengan mengunakan persamaan untuk pengujian chow test. Persamaan dan perhitungannya adalah sebagai berikut:
F = (RSSr – RSSur)/k (RSSur)/(n1 + n2 – 2k) F = (64.645 – (36.390 + 13.602))/6 (36.390 + 13.602)/(40 + 40 – 12) F = (64.645 – 49.992)/6 49.992/68 F= 3.322
Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel, sehingga hipotesis penelitian ketujuh diterima.
Hasil-Hasil pEnElitian
– Pengaruh Dividen Per Share (DPS)
terhadap Return Saham.
Dividen Per Share (DPS) menggambarkan besarnya jumlah pendapatan per lembar saham yang akan didistribusikan kepada para pemegang saham biasa. Semakin tinggi DPS menunjukkan semakin tinggi jumlah rupiah per lembar saham yang diterima oleh para pemegang saham biasa, sehingga hal ini menggambarkan suatu kondisi operasi yang baik dari perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan dividen per
share (DPS) memiliki pengaruh yang tidak
signiikan terhadap return saham syariah. Hal
ini berarti bahwa informasi DPS perusahaan syariah yang terdapat dalam laporan keuangan yang dipublikasikan bukan merupakan hal yang utama diperhatikan
oleh manajemen dalam menentukan
tingkat pengembalian atau return terhadap
pemegang saham. kemungkinan alasan DPS tidak berpengaruh karena tidak selamanya memperoleh laba bersih yang dialokasikan sebagai dividen. Perusahaan dapat mengalokasikan laba bersih untuk membiayai perluasan/ekspansi usaha atau melakukan investasi seperti investasi aktiva
tabel 8
kesimpulan Hasil pengujian Hipotesis penelitian
Variabel Yang Berpengaruh
Terhadap Return Syariah Hipotesis Arah Hasil Penelitian Kesimpulan
Pengujian atas Hipotesis dalam Permasalahan Pertama
DPS Berpengaruh + Tidak signiikan Ditolak
DPR Berpengaruh + Tidak signiikan Ditolak
EPS Berpengaruh + Tidak signiikan Ditolak
PER Berpengaruh + Tidak signiikan Ditolak
PBV Berpengaruh + Signiikan Diterima
Pengujian Hipotesis
untukPermasalahan Kedua Berpengaruh Signiikan Diterima
tabel 9
Data analisis uji Chow test
Observasi N Residual sum of
square Df
Perusahaan JII Perusahaan Non JII
Gabungan keseluruhan perusahaan
40 40 80 36.390 13.602 64.645 34 34 68 Sumber: Data Sekunder yang diolah (2012)
266 DEDy OkTRI HADI SAPuTRA DAN RINI INDRIANI
tetap dan investasi yang bersifat jangka panjang lainnya. Hal ini diperkuat dengan statisitik deskriptif dari peningkatan rata-
rata (mean) DPS negatif yang menunjukkkan
kecenderungan menurun sepanjang periode tahun penelitian.
– pengaruh Dividend Payout Ratio (DPR)
terhadap Return saham.
Sebagaimana pada hasil penelitian DPS sebelumnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa DPR juga tidak berpengaruh
signiikan terhadap return saham syariah.
Hal ini dikarenakan investor tidak
memandang besar kecilnya dividen yang dibayarkan dalam memprediksi tingkat return yang diharapkan. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Hamzah dan Auliah (2006), namun bertentangan dengan penelitian Winarno (2007) dan Nugroho (2009). Tidak ada pengaruh DPR signiikan
terhadap return penelitian ini, sejalan dengan
statistik deskriptifnya yang menunjukkan kecenderungan menurun dari tahun ke tahun sepanjang periode pengamatan.
– pengaruh Earning Per Share (Eps)
terhadap Return saham.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa earning per share (EPS) berpengaruh
negatif tetapi tidak signiikan terhadap
return saham syariah, sehingga hipotesis
penelitian yang menyatakan bahwa earning
per share (EPS) berpengaruh positif terhadap
return saham syariah ditolak. Hal ini berarti kenaikan atau penurunan nilai EPS tidak berdampak pada kenaikan atau penurunan
return saham syariah.Nilai EPS yang semakin tinggi tidak berarti akan memberikan
kontribusi terhadap return saham syariah
yang semakin tinggi atau sebaliknya nilai EPS yang semakin rendah tidak akan selalu
memberikan kontribusi terhadap return
saham syariah yang semakin rendah. Hasil
penelitian ini tidak berhasil mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sulistio (2004).
Hasil analisis ini mengindikasikan bahwa investor tidak menggunakan EPS sebagai parameter untuk mengukur kinerja
perusahaan guna memprediksi return saham
syariah di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini tidak sesuai dengan teori yang mendasari bahwa EPS yang semakin besar akan
menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba bersih setelah pajak semakin meningkat. Namun bila dilihat dari statistik deskriptif peningkatan EPS yang memiliki rata-rata negatif yang mengindikasikan adanya kecenderungan penurunan EPS perusahaan sampel dalam periode penelitian, hal ini dapat saja menyebabkan EPS tidak mempengaruhi return.
– pengaruh Price Earning Ratio (PER)
terhadap Return saham.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
price earning ratio (PER) berpengaruh positif
tetapi tidak signiikan terhadap return saham
syariah. Hal ini berarti hipotesis penelitian
yang menyatakan bahwa price earning ratio
(PER) berpengaruh positif terhadap return
saham syariah ditolak. Hal ini berarti semakin tinggi nilai PER maka semakin
tinggi return saham. PER tidak memiliki
pengaruh yang signiikan terhadap return
saham syariah disebabkan karena PER lebih banyak berhubungan dengan faktor lain
diluar return saham, ketidakpastian kondisi
ekonomi dan politik serta sentimen dari pasar bursa itu sendiri. karena PER merupakan harapan atau ekspektasi investor terhadap kinerja suatu perusahaan yang dinyatakan dalam rasio. kesediaan investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung kepada prospek perusahaan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Winarto (2007).
Price Earning Ratio (PER) menggambarkan rasio atau perbandingan antara harga saham
terhadap earning perusahaan (Tandelilin,
2001). Price Earning Ratio (PER) merupakan
perbandingan antara harga pasar suatu
saham dengan Earning Per Share (EPS) dari
saham yang bersangkutan (Ang, 1997). Price
earning ratio (PER) memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan suatu perusahaan
Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 2, April 2012 267
pada periode tertentu (Husnan, 2001). Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan ketersediaan investasi membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap perolehan laba
perusahaan. Price earning ratio (PER) yang
tinggi akan menyebabkan harga saham yang rendah, begitu pula PER yang rendah akan menyebabkan harga saham tinggi. Terkait dengan ini, hasil positif dan tidak signiikan sejalan dengan statistik deskriptif rata-rata peningkatan PER yang positif yaitu 2.61.
– pengaruh Price Book Value (PBV)
terhadap Return saham
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
price book value (PBV) berpengaruh positif dan
signiikan terhadap return saham syariah.
Hal ini berarti kenaikan atau penurunan nilai PBV akan berdampak pada kenaikan
atau penurunan return saham syariah.Nilai
PBV yang semakin tinggi akan memberikan
kontribusi terhadap return saham syariah
yang semakin tinggi atau sebaliknya nilai PBV yang semakin rendah akan memberikan
kontribusi terhadap return saham syariah
yang semakin rendah. Hasil penelitian ini tidak berhasil mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Elisa Wahyu Ratnasari (2003) yang menemukan bahwa PBV berpengaruh signiikan negatif
terhadap return saham syariah.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa investor lebih menekankan pada
pergerakan harga saham perusahaan
berdasarkan total investasinya dalam
memprediksi tingkat return yang diharapkan.
Jika perusahaan mampu meningkatkan harga saham dengan jumlah modal yang
lebih kecil, maka return saham yang diterima
akan lebih besar. Hal ini dikarenakan keuntungan yang ditahan sebagai modal internal untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan lebih kecil. Sesuai dengan
signaling theory dimanainformasi keuangan yang mencerminkan pencapaian target laba dari laporan keuangan yang dipublikasikan akan memberikan sinyal positif bagi para investor, sehingga investor memiliki penilai bahwa perusahaan benar-benar memiliki
kinerja yang baik.
Hasil penelitian ini menunjukkan hanya PBV yang mempunyai arah yang signiikan. DPS, DPR, dan EPS berpengaruh positif namun tidak signiikan bila dilihat dari statistik deskriptif peningkatannya yang negatif yang mengindikasikan adanya penurunan, berdasarkan pandangan teori sinyal dimana penurunan laba dan dividen dianggap berita buruk bagi para investor yang akan berimplikasi pada harga saham Mardiyanto (2009). PER walaupun memiliki
rata-rata (mean) peningkatan yang positif
namun tidak signiikan, hal ini didukung
dengan nilai rata-rata (mean) peningkatan
PER perusahaan sampel positif atau meningkat dan sedikit (2.5%) perusahaan sampel yang diatas rata-rata. Analisis untuk PER menyebutkan bahwa semakin kecil PER suatu saham akan semakin baik dalam artian tingkat pengembalian saham semakin cepat (Tryino, 2009) dan sejalan dengan
Husnan (2001) Price earning ratio (PER) yang
tinggi akan menyebabkan harga saham yang rendah dan sebaliknya.
Secara bersama-sama pengaruh rasio
analisis fundamental yaitu Dividen Per Share
(DPS), Dividen Payout Ratio (DPR), Earning
Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan
Price Book Value (PBV) terhadap berpengaruh
signiikan terhadap return syariah. Hasil
ini mendukung penelitian Trisnaeni (2007), Winarto (2007), Ananto (2007) dan Nugroho (2009) yang mengamati pengaruh beberapa rasio yang sama.
Walaupun secara parsial variabel hanya PBV yang menunjukkan hasil yang positif signiikan dan tidak ada masalah asumsi klasik untuk model perusahaan JII, hasil ini mengindikasikan kemungkinan adanya saling keterkaitan variabel pada model yang diamati sehingga pengaruh variabel selain PBV akan terlihat jika diamati secara bersama-sama, namun pengaruhnya kecil.
Pada hasil penelitian menunjukkan
bahwa F hitung pada pengujian chow test
memiliki nilai yang lebih besar dari nilai F tabel. Hal ini berarti terdapat perbedaan
268 DEDy OkTRI HADI SAPuTRA DAN RINI INDRIANI
yang signiikan pengaruh rasio analisis
fundamental yaitu Dividen Per Share (DPS),
Dividen Payout Ratio (DPR), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan
Price Book Value (PBV) secara bersama-sama
terhadap return saham syariah dengan
return saham non syariah.
kEsimpulan
Hasil penelitianmenunjukkan bahwa:
1. Rasio analisis fundamental yaitu Dividend
Per Share (DPS), Price Earning Ratio (PER), dan Price Book Value (PBV) berpengaruh positif terhadap return syariah, namun hanya Price Book Value (PBV) yang berpengaruh positif signiikan. Adapun variabel Dividen Payout Ratio (DPR) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh negatif tidak signiikan terhadap return saham syariah.
2. Dividend Per Share (DPS), Dividend Payout Ratio (DPR), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Price Book Value (PBV) terhadap return saham syariah secara bersama-sama berpengaruh signiikan terhadap return saham syariah.
3. Terdapat perbedaan pengaruh secara bersama-
sama rasio analisis fundamental, yaitu Dividend Per Share (DPS), Dividend Payout Ratio (DPR), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Price Book Value
(PBV) terhadap return perusahaan JII dengan
perusahaan non JII.
kEtErBatasan
Dalam penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki
oleh peneliti, diantaranya:
1. Terkait dengan sampel penelitian untuk
perusahaan pembanding tidak semuanya perusahaan sejenis, namun menggunakan total aset yang sebanding, dan untuk perusahaan pembanding yang sejenispun mempunyai kelemahan yaitu ukuran perusahaan yang berbeda.
2. Data yang diolah untuk digunakan
dalam analisis terkena permasalahan uji
asumsi klasik, yaitu multikolinearitas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Sehingga analisis dan pembahasan menggunakan data yang ditransformasi dengan menentukan peningkatan pada setiap variabel independen dengan rumus, Xit-Xit-(t-1)/Xit. Penggunaan data peningkatan ini memiliki distorsi bilamana data-data yang dikalkulasikan ada yang negatif, dan penelitian ini tidak memperhatikan hal ini.
saran
Pada penelitian yang akan datang terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantara adalah sebagai berikut:
1. Memperbanyak sampel penelitian
dengan memperpanjang tahun
pengamatan, sehingga dapat melihat pengaruh sesungguhnya dari masing- masing variabel, bukan peningkatan
(pertumbuhan) dari masing-masing
variabel.
2. Apabila penelitian berikutnya
menggunakan peningkatan dari
variabel analisis fundamental, sebaiknya memasukan data negatif sebagai kreteria sampel yang harus dihindari.
Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 2, April 2012 269
REFERENSI
Ang, Robbert. 1997. PasarModal Indonesia. Jakarta: Mediasoft Indonesia.
Ananto, Sarono Wicaksono. 2007. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham
Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Semarang: universitas Negeri Semarang
Auliyah, Robiatul dan Ardi Hamzah. 2006. Analisa Karakteristik Perusahaan, Industri dan
Ekonomi Makro terhadap Return dan Beta saham Syariah di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi IX.
Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga.
Claude et al. (1996). Political Risk, Economic Risk, and Financial Risk. Financial Analysis Journal,
November – December, pp. 29-45.
Darsono dan Ashari. 2004. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. yogyakarta. Andi
Dhita, Ayudia Wulandari. 2009. Analisis Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Industri
Pertambangan Dan Pertanian Di BEI. Jurnal Akuntansi & keuangan, Oktober 2009
Edwin J. Elton, Martin J. Gruber, Christopher R. Blake. 1995. Fundamental Economic Variables,
Expected Return s, and Bond Fund Performance. The Journal of Finance, Vol. 50, No. 4
Fabozzi, J. 2003. Manajemen Investasi Buku Satu. Jakarta: Salemba Empat
Fama, E.F., dan k.R. French. 1992. The Cross Section of Expected Return . Journal of Finance. 47
pp 427-465.
Gujarati, Damodar. 2004. Basic Econometric, Fourth Edition. The McGraw−Hill Companies
Harahap, Sofyan S. 2001. Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam. Pustaka Quantum
Husnan, Suad. 1998. Dasar - Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi ketiga. yogyakarta:
uPP AMP ykPN.
Junaidi. 2009. Sekilas Mengenai saham Syariah dan Jakarta Islamic Index. FE – uNJA.
Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 2. yogyakarta: BPFE yogyakarta.
Mardianto, Handono. (2009). Intisari Manajemen Keuangan. Grasindo. Jakarta.
Munawir.2001.Analisis Laporan Keuangan.Yogyakarta:Liberty
Nazwar, Chairul. 2008. Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Return Saham Syariah
Di Indonesia. Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Vol.4, No.1
Ninna Daniati dan Suhairi. 2006. Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas,
Laba Kotor, Dan Size Perusahaan Terhadap Expected Return Saham (Survey Pada Industri Textile Dan Automotive Yang Terdaftar Di BEJ). Jurnal Simposium Nasional Akuntansi IX.
Nugroho, Inung Adi. 2009. Analisis Pengaruh Informasi Fundamental Terhadap Return Saham
Studi Komparatif Pada Sub Sektor Industri Otomotif Terhadap Sub Sektor Industri Textil Sepanjang Periode Tahun 2003 Sampai Dengan Tahun 2007 Di Bursa Efek Indonesia. universitas Diponegoro Semarang
Rosyadi, Imron. 2002. keterkaitan kinerja keuangan dengan Harga Saham (Studi Pada 25
Emiten 4 Ratio keuangan di BEJ). Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol, 1, No. 1, April, 24–48
S. P. kothari, Jay Shanken, And Richard G. Sloan. 1995. Another Look At The Cross-Section Of
270 DEDy OkTRI HADI SAPuTRA DAN RINI INDRIANI
Saptahadi, Anung. 2007. Pengaruh Return On Investment, Price Earning Ratio, dan Earning
Per Share Terhadap Harga Saham Yang Terdaftar di BEJ. Semarang: universitas Negeri Semarang
Setiawan, Dodi. 2004. Analisis Faktor-Faktor Fundamental yang Mempengaruhi Risiko Sistematis
Sebelum dan Selama Krisis Moneter. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.19, No.3, Hal 224-237
Simamora, H. 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis.Jakarta: Salemba Empat
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Bisnis. CV. Alfabeta. Bandung.
Susetyo, Arief. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Go Public Di Bej Periode 2000-2003. yogyakarta: Fakultas Ekonomi universitas Islam Indonesia
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi Pertama.
yogyakarta: BPFE yogyakarta
Tika Maya Pribawanti. 2007. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Total Return Saham Pada
Perusahaan Industri Manufaktur Yang Membagikan Dividen Di Bursa Efek Jakarta. Semarang: universitas Negeri Semarang
Tryino. 2009. Cara Cerdas Berinvestasi Saham. TransMedia Pustaka. Jakarta.
ulupui. 2005. Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Dan Proitabilitas Terhadap
Return Saham (Studi Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Dengan Kategori Industri Barang Konsumsi Di BEJ). Fakultas Ekonomi, universitas udayana.
utama, Siddharta dan Anton yulianto Budi Santosa. 1998. Kaitan antara Rasio Price/Book Value
dan Imbal Hasil Saham pada Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.1, No.1