• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS KONFLIK BATIN TOKOH MATA HARI DAN

5.2 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Rasa Aman

Setiap orang membutuhkan rasa aman dalam kehidupannya untuk mencapai kebahagiaan. Kebutuhan rasa aman ini meliputi keamanan fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan, dan kebebasan dari kekuatan yang mengancam. Kebutuhan akan hukum, ketenteraman, dan keteraturan juga merupakan bagian dari kebutuhan akan keamanan (Maslow dalam Jess Feist & Gregory J. Feist, 2010:333).

Mata Hari merasakan ketidaknyamanan di dalam keluarga, karena ayahnya selalu berlaku kasar terhadap ibunya. Ayahnya merasa sangat terhina, setelah usahanya membuat topi itu bangkrut. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:

(15) Ibu tidak tahan didera geram oleh tenahak ayahnya. Ayah merasa sangat terhina karena usahanya membuat topi sudah di tepian bangkrut, terkalahkan oleh saingan topi-topi pabrikan yang diimpor dari Jerman, Prancis, bahkan Amerika yang lebih bagus. Dan, apabila bangkit rasa marah karena getirnya, ayah memilih mabuk, lantas ujungnya gampang main tangan terhadap ibu. Ibu sendiri terlalu nrimo ini sifat-sifat Jawa dalam kepribadiannya sehingga dia kurang berani untuk menjadi tegas terhadap Ayah (hlm. 19).

Desas-desus yang terjadi pada Ruud, membuat Mata Hari merasakan rasa tidak aman dalam hidupnya. Desas-desus itu menceritakan di mana keberadaan Ruud. Mata Hari pun mengaku bahwa pikirannya terusik dan membuat perasaan Mata Hari menjadi terganjal. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:

(16) Ada desasdesus yang sampai di telingaku tentang di mana Ruud, tapi seperti semua desasdesus itu biasa disebarkan oleh orang yang iri dan benci kepada seseorang, maka aku merasa tidak perlu memberi telinga terhadap omongkosong penganggur, walaupun di balik itu semuanya aku harus mengaku, bahwa nyata pikiranku terusik dan perasaanku terganjal (hlm. 39).

Selain desasdesus tentang suaminya Ruud, Mata Hari juga mendengar bisik-bisik dari orang-orang bahwa anakku lahir tidak sehat. Hal ini membuat Mata Hari sangat terganggu dan tawar hati dengan adanya berita seperti itu. Untuk sementara ini, Mata Hari tidak akan peduli dengan adanya bisik-bisik itu. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:

(17) Namun, di saat bangga, tak urung aku tawar hati juga. Ada bisik- bisik orang yang sampai pula di telingaku, bahwa anakku lahir tidak sehat, dibayang-bayangi jejak kelakuan ayah anak itu yang nakal (hlm. 46).

Saat melakukan perjalanan ke Indonesia, Mata Hari merasakan ketidaknyamanan yang terjadi pada dirinya. Memasuki Terusan Suez, Mata Hari dan suaminya selalu mengalami perselisihan. Padahal perselisihan yang terjadi antara Mata Hari dan Ruud sangat sepele, tetapi dibuat besar. Masalahnya yang terjadi ketika Mata Hari ikut menari dengan kelompok gypsy yang menghibur penumpang di dalam kapal. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:

(18) Memasuki Terusan Suez yang panjangnya 190 kilometer ini, terjadi benih perselisihan antara pendiriannya dengan pendirianku yang nyata tidak laras. Asalnya sepele buatku tapi jangak buatnya (hlm. 48).

Di dalam kapal Ruud masih tidak terima, Ruud malah memaki-maki Mata Hari. Akhirnya Mata Hari berteriak, menghardik, dan menyuruhnya memaki- maki. Secara tidak langsung batin Mata Hari sangat terganggu, dia merasa sangat capek apalagi anaknya menangis terus. Keadaan seperti ini menunjukkan tidak terpenuhinya rasa aman yang ada pada diri Mata Hari. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:

(19) Akhirnya, tiba di Laut Merah kira-kira di tempat dulu kala Nabi Musa menyeberangkan Yahudi-Yahudi kepalabatu dari Mesir ke Arabia aku berteriak, menghardik, menyuruhnya berhenti memaki- maki.

Aku capek mendengar mulutnya meleter seperti bebek. Di samping itu aku pusing karena anakku terus menangis.

Teriakanku yang histeris, sepanjang rentang suara yang berpusat di perut, karuan membuatnya tercengang. Dengan sendirinya dia terdiam (hlm. 51).

Mata Hari kewalahan ketika bersetubuh dengan Ruud saat berada di dalam kamar kapal. Dia kewalahan karena Ruud selalu meminta dengan paksa, padahal posisi Mata Hari masih meneteki anaknya Norman John. Ini semua membuat

Mata Hari merasa gelisah dan cemas. Ruud tidak pernah mengerti akan keadaan istrinya yang sedang repot meneteki anaknya sendiri. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:

(20) Di dalam kamar kapal yang oleng di atas Laut Mediterania sebelum memasuki Port Said di mulut Terusan Suez, Ruud meminta bersetubuh, padahal aku masih meneteki Norman John. Aku

kewalahan, sebab selalu kata ‘minta‟ baginya adalah ‘paksa‟, dan

kelakuannya awet seperti singa lapar. Kayaknya, untuk urusan seks, dia harus dibilang sakit jiwa (hlm. 48).

Di sisi lain Mata Hari pun merasa gugup saat bertemu dengan Cremer. Mata Hari merasa gugup karena sifat Cremer hanya pura-pura polos dan tentu saja ini akting. Cremer bersifat ingin menunjukkan kesan seorang ayah kepada anaknya, padahal dia ingin melihat payudara Mata Hari. Secara tidak langsung keadaan ini membuat Mata Hari merasa terganggu. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:

(21) Cremer memegang kedua tanganku. Sepintas kelihatannya dia hendak menunjukkan kesan seorang ayah kepada anak. Tapi aku tidak yakin sikap ini polos. Aku malah yakin itu akting. Alasannya, dia melakukan ini sembari makin penasaran mau melihat payudaraku. Bersamaaan dengan itu terasa juga getaran tertentu di tangannya yang membuatku gugup (hlm. 101).

Secara tidak langsung Mata Hari merasa takut karena anaknya yang pertama cacat terjangkit virus sifilis gara-gara kenakalan ayahnya. Hati Mata Hari serasa terbakar, dia sangat kaget akan keadaan yang menimpa anaknya itu. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:

(22) “Maaf. Anak Anda cacat terjangkit kenakalan ayahnya. Suami Anda itu terjangkit darah kotor.

“Maaf sekali lagi. Ayah anak Anda yang pertama ini tertular sifilis,

penyakit yang dibawa dari pelacur-pelacur.”

Hatiku terbakar. Dalam keadaan begini tidak ada satu pun huruf yang bisa keluar dari mulutku (hlm. 167).

Pikiran Mata Hari merasa tidak tenang karena tidak ada kabar dari Cremer. Biasanya Cremer selalu datang ke rumahnya, tetapi kali ini Cremer tidak pernah datang lagi ke rumahnya. Ini semua membuat Mata Hari kuatir, di manakah Cremer saat ini. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:

(23) Sekembali di Batavia, seminggu, sampai jalan dua minggu, tidak ada kabar dari Cremer.

Kenapa Cremer tidak datang lagi di rumahku? (hlm. 223).

Sampai di depan rumahnya Mata Hari kaget banyak tetangga datang ke rumahnya. Ternyata di dalam rumahnya, Norman John sudah tergeletak kaku dengan mata mendelik. Mata Hari merasa takut dan kaget akan kejadian yang dilihatnya. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:

(24) Sesampai di dekat rumah, aku syak, jantung berdebar. Terlihat di depan rumahku, dua-tiga orang tetangga berdiri memandangku dengan wajah prihatin (hlm. 227).

(25) Karuan dadaku terguncang seperti ditumbuk ulu.

Aku segera masuk ke dalam rumah. Di dalam aku lihat Mamah sedang ngelokro di lantai, ketakutan, menghadap ke sofa di mana Norman John tergeletak kaku dengan mata mendelik (hlm. 227).

Nyai Kidhal adalah babu Mata Hari dulu saat di Ambarawa. Dia datang ke tempat Mata Hari untuk memberi tahu dan meminta maaf atas kematian Norman John. Nyai kidhal mengatakan sejujurnya kepada Mata Hari, bahwa Norman John mati karena adiknya Nyai Kidhal yang memberi racun di dodol. Dodol tersebut seharusnya buat Ruud, tetapi malah dimakan Norman John. Mata Hari sangat

kaget dengan adanya kejadian tersebut. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:

(26) Aku kaget, seperti terhenti nafasku, tapi aku tidak bisa berkata apa- apa. Aku termangu beberapa saat. Badanku berkeringat. Padahal rasanya tangan dan kakiku dingin (hlm. 235).

Kejadian pada kutipan (26) membuat Mata Hari merasa tidak terima dengan kejadian yang telah menimpa Norman John. Hal ini membuat Mata Hari merasa tidak nyaman karena harus kehilangan anaknya. Apalagi setelah mendengar pengakuan Nyai Kidhal, bahwa saat ini dia sedang hamil buah cintanya dengan Ruud. Secara tidak langsung dengan adanya peristiwa ini , Mata Hari merasa tidak aman dengan kehidupannya. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:

(27) “Adik saya marah, dan adik saya bermaksud membunuh Ndoro Tuan, sebab Ndoro Tuan menghamili saya, dan Ndoro tidak mau

tanggungjawab.”

Aku lemas. Kelenger.

Lama aku seperti orang ombak.

Pening, penat, bagai di dalam kapal yang berpusing oleh badai angin-lembubu (hlm. 236).

Mata Hari ingin cerai dari Ruud suaminya itu. Dia sudah trauma dengan kejadian-kejadian kekerasan yang dilakukan oleh Ruud. Selain itu, Mata hari takut tertular sifilis. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:

(28) Diamku ini membuat PM yang memeriksa mengajukan pertanyaan yang mengarah sebagai jembatan.

“Jadi Anda ingin cerai?” katanya kepadaku.

Sekalian jawabanku menutup celah bagi alternatif-alternatif omongkosong.

Kataku, “Aku sudah trauma. Aku takut kalau nanti aku tertular lagi sifilis.” (hlm. 252)

Tiba di rumah Mata Hari deg-degan karena anaknya Non tidak berada di dalam kamarnya. Akhirnya Mata Hari pergi ke loteng, ternyata Non dan Mamah di kunci di kamar. Secara tidang langsung keadaan ini membuat Mata Hari merasa kuatir dan cemas. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:

(29) Buru-buru aku masuk kembali ke dalam rumah, melihat keadaan kamar Non, apakah anakku aman di ranjangnya.

Aku deg-degan. Ternyata Non tidak di situ.

Segera aku naik ke loteng, menggedor pintu kamar Mamah di situ. Aku pot-potan. Ternyata kamar Mamah terkunci.

“Pintu ini dikunci dari luar, Nyonya,” kata Mamah di dalamnya

(hlm. 280).

Saat berada di kantor redaksi Bandera Wolanda, Mata Hari bertemu dengan Perkins. Perkins adalah orang Inggris dan ia seorang pengusaha. Tetapi berpacaran dengan Perkins, Mata Hari merasakan ketidaknyamanan. Perkins merupakan orang yang senang ke gereja, padahal Mata Hari merupakan vrijdenker. Mata Hari tidak suka dipaksa-paksa untuk ke gereja. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:

(30) Alasan yang terakhir ini membuatku sumpeg. Karena aku merasa dipaksa-paksa.

Aku bilang, “Jangan minta aku mengubah keyakinan. Gereja bukan tempatku.” (hlm. 315).

Secara resmi Mata Hari memang belum cerai dari Ruud suaminya. Untuk itu, keadaan ini membuat Mata Hari tertekan dan membuat hidup tidak bebas. Secara tidak langsung Mata Hari mempunyai rasa takut dan ragu. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:

(31) “Bukankah selama ini kau sudah bebas juga melakukan apa yang

kau mau?”

“Belum. Belum sepenuhnya bebas. Mana bisa aku bilang bebas tapi keadaanku tertekan? Dengan cerai resmi, aku bebas dalam arti tidak dibebani rasa ragu dan rasa takut-takut. Rasa ragu dan takut-

takut itu membunuh dorongan kreatif.” (hlm. 320).

Tiba di Jerman, Mata Hari ditangkap oleh polisi karena diduga membunuh lelaki yang tidak dikenal di dalam kereta. Padahal Mata Hari tidak tahu tentang kejadian yang menimpa lelaki itu. Akhirnya, Mata Hari dibawa ke kantor polisi. Mata Hari dibawa paksa oleh polisi itu dengan cara ditarik lengan. Perlakuan polisi ini membuat Mata Hari merasa tidak nyaman atas perbuatan yang dilakukannya. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:

(32) Polisi yang pertama menarik lenganku, supaya aku cepat meloncat dari keretaapi ke peron. Dan polisi yang satunya lagi mendorong aku dari punggungku.

“Cepat turun,” katanya.

Aku mengempas tangan polisi itu sambil menghardiknya.

“Jangan tarik tanganku,” kataku.

Dia tidak peduli. Dia malah menarik kuat-kuat supaya aku cepat meloncat dari atas keretaapi ke bawah (hlm. 404).

Mata Hari sudah berada di Paris karena dia mengaku takut di Berlin dalam keadaan perang. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:

(33) “Aku tidak tahu kau sudah kembali di Paris,” katanya.

“Aku takut berada di Berlin dalam keadaan perang.” (hlm. 443).

Mata Hari merasa kuatir akan mimpinya yang terjadi karena mimpinya itu bermakna buruk. Mata Hari bermimpi bertemu dengan Maslov kekasih yang dicintai. Selain itu, saat perjalanan dari Spanyol ke Prancis Mata Hari juga merasa

kuatir akan keadaan Maslov karena kekasihnya itu tertembak. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:

(34) Sepanjang perjalanan dari Spanyol ke Prancis pikiranku tegang. Pertanyaan demi pertanyaan yang tak terjawab, semua dalam bingkai rasa kuatir akan keadaan Maslov, terus berpusing di kepalaku (hlm. 522).

(35) Aku kuatir, tidak berani mengaku, jangan-jangan mimpiku yang terakhir itu –berjalan turun dari puncak candi- mengandung makna buruk yang sekarang aku hadapi ini (hlm. 522).

Semua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kejadian dan permasalahan yang menimpa tokoh Mata Hari, membuat dirinya merasa tidak aman dalam kehidupannya. Banyak masalah yang harus dihadapi oleh Mata Hari. Saat masih tinggal dengan ayah dan ibunya, Mata Hari sudah merasakan ketidaknyamanan dalam keluarganya. Hal ini terjadi karena perlakuan kasar ayahnya terhadap ibunya, hal ini dapat dilihat pada kutipan (15).

Rasa tidak aman juga terjadi ketika adanya desas desus tentang keberadaan suaminya, lihat kutipan (16). Selain itu, ada berita yang mengabarkan anaknya yang pertama itu cacat. Ini membuat pikiran Mata Hari sangat terganggu, lihat kutipan (17).

Mata Hari dan Ruud pergi ke Indonesia, tetapi di dalam perjalanan mereka berdua selalu berselisih. Ini sangat mengganggu ketidaknyamanan dalam perjalanan, lihat (18-20). Selain rasa tidak aman, perasaan gelisah dan cemas juga terjadi pada diri Mata Hari dalam menghadapi sikap Ruud.

Perasaan takut juga dihadapi Mata Hari, apalagi dia mengetahui bahwa anaknya yang pertama terkena penyakit sifilis (22). Di hadapan PM (Polisi Militer) Mata Hari memutuskan untuk cerai dengan Ruud dengan alasan takut

tertular sifilis lagi, seperti anaknya yang pertama. Hal ini dapat dilihat pada kutipan (28). Mata hari juga merasa kuatir karena sudah seminggu Cremer tidak ada kabar, lihat kutipan (23). Selain itu, mimpi membuat Mata hari merasa sangat kuatir. Mata Hari meyakini bahwa mimpinya itu merupakan pertanda buruk. Mimpi itu memang benar membawa dampak buruk, ternyata kekasihnya yang bernama Maslov tertembak. Hal ini dapat dilihat pada kutipan (34) dan (35).

Mata Hari banyak mengalami ketidaknyamanan, hidupnya selalu terganggu, gelisah, takut, kuatir, dan rasa kaget. Perasaan-perasaan demikian membuktikan bahwa tidak terpenuhinya rasa aman pada diri Mata Hari. Ini semua akan menimbulkan suatu konflik karena adanya dorongan-dorongan yang saling bertentangan untuk menguasai diri sehingga memengaruhi tingkah laku.

Dokumen terkait