• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. Tindak Tutur Tidak Literal

Tindak tutur tidak literal (nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut:

(40) “Suaranya bagus, tapi tidak usah nyanyi saja”

(41) “Radionya kurang keras. Tolong keraskan lagi. Aku mau belajar” Pada kalimat (41) penutur memaksudkan bahwa suara lawan tuturnya itu tidak bagus dengan mengatakan tidak usah nyanyi saja, merupakan tindak tutur tidak literal. Demikian juga dengan kalimat (42) Penutur sebenarnya menginginkan lawan tutur mematikan radionya dengan mengatakan aku mau belajar.

2.2.4.4 Interaksi Berbagai Jenis Tindak Tutur

Bila tindak tutur langsung dan tidak langsung disinggungkan (diinteraksikan) dengan tindak tutur loteral dan tindak tutur tidak literal, menurut Wijana dan Rohmadi (2009) akan didapatkan empat macam tindak tutur yaitu tindak tutur langsung literal, tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal, dan tidak tutur tidak langsung tidak literal yang dijabarkan sebagai berikut ini:

1. Tindak Tutur Langsung Literal

Tindak tutur langsung literal (direct literal speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraanya. Maksud memerintah

disampaikan dengan kalimat perintah, memberitakan dengan kalimat berita, dan bertanya dengan kalimat tanya. Hal tersebut dapat dilihat pada kalimat berikut:

(42) “Wajahnya sangat cantik” (43) “Jangan menangis” (44) “Dimana sepatuku?”

Tuturan (43), (44), dan (45) merupakan tindak tutur langsung literal bila secara berturut-turut dimaksudkan untuk memberitakan bahwa orang yang dibicarakan sangat cantik, menyuruh agar lawan tutur jangan menangis, dan menanyakan sepatu penutur. Maksud memberitakan diutarakan dengan kalimat berita (43), maksud memerintah dengan kalimat perintah (44), dan maksud bertanya dengan kalimat tanya.

2. Tindak Tutur Tidak Langsung Literal

Tindak tutur tidak langsung literal (indirect speech act) adalah tindak tutur yang diungkapakan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraanya, tetapi makna kata-kata yang menyusunya sesuai dengan apa yang dimaksudkan penutur. Dalam tindak tutur ini maksud memerintah diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya. Hal tersebut dapat djumpai dalam kalimat berikut:

(45) “Lantainya kotor” (46) “Di mana handuknya?”

Dalam konteks seorang ibu rumah tangga berbicara dengan pembantunya pada (46), tuturan ini tidak hanya informasi tetapi terkandung maksud memerintah yang diungkapakan secara tidak langsung dengan kalimat berita. Makna kata yang diungkapakan pada kalimat (46) sama dengan maksud yang dikandungnya. Sama juga dengan kalimat (47) dalam konteks seorang suami berkata kepada istrinya, maksud memerintah diungkapakan dengan kalimat tanya. Demikian juga makna kalimat (47) sesuai dengan maksud yang terkandung dalam kalimat tersebut. Lebih jelasnya lagi maksud memerintah dalam kalimat (46), (47) dapat ditambahkan kalimat sebagai berikut:

(47) Ibu majikan : Lantainya kotor.

Pembantu : Baik, saya akan menyapu sekarang, Bu.

(48) Suami : Di mana handuknya? Istri : Sebentar, saya ambilkan.

Pada tuturan (48), (49) merupakan suatu hal yang wajar. Namun akan tersa terlihat janggal atau aneh jika tutura tersebut seperti ini.

(49) Ibu majikan : Lantainya kotor.

Pembantu : Memang kotor sekali ya, Bu.

(50) Suami : Di mana handuknya? Istri : Di almari.

Jawaban pembantu pada kalimat (50) dan jawaban Istri pada kalimat (51) akan mengagetkan sang majikan yang sudah merasa jengkel dengan lantainya yang kotor dan mengejutkan sang suami yang lupa membawa handuk, dan sekarang sudah terlanjur berada di kamar mandi.

3. Tindak Tutur Langsung Tidak Literal

Tidak tutur langsung tidak literal (direct nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunya tidak memiliki makana yang sama dengan maksud penuturnya. Maksud memerintah diungkapakan dengan kalimat perintah, dan maksud menginformasikan dengan kalimat berita. Kalimat tanya tidak dapat dugunakan untuk mengutarakan tindak tutur langsung literal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam kalimat berikut:

(51) Suaramu bagus, kok

(52) Kalau makan biar kelihatan sopan, buka saja mulutmu!

Dengan tindak tutur langsung tidak literal penutur dalam (52) memaksudkan bahwa suara lawan tuturnya itu tidak bagus. Sementara itu dengan kalimat (53) penutur menyuruh lawan tuturnya yang mungkin dalam hal ini anaknya, atau adiknya untuk menututp mulut sewaktu makan agar terlihat sopan. Data (52), (53) menunjukan bahwa di dalam analisis tindak tutur bukanlah apa yang dikatakan yang penting tetapi bagaimana mengatakannya.

4. Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal

Tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan. Untuk lebih jelasnya dapa dilihat dalam kalimat berikut:

(53) “Lantainya bersih sekali”

(54) “Radionya terlalu pelan, tidak kedengaran”

(55) “Apakah radio yang pelan seperti itu dapat kau dengar?”

Untuk menyururh seorang pembantu menyapu lantai yang kotor, seorang majikan dapat saja dengan nada tertentu mengutarakan kalimat (54). Demikian pula untuk menyuruh seorang tetangga mematikan atau mengecilkan volume radionya, penutur dapat mengutarakan kalimat berita dan kalimat tanya (55) dan (56).

2.2.5 Modus Kalimat

Menurut Ramlan (1983) jenis kalimat berdasarkan fungsi atau modusnya digolongkan menjadi tiga yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat suruh/perintah.

1. Kalimat berita

Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat berita, pada umumnya, berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain hingga

tanggapan yang diharapakan hanyalah berupa perhatian seperti tercermin pada pandangan mata yang menunjukan adanya perhatian. Kadang-kadang perhatian itu disertai anggukan, kadang-kadang pula disertai ucapan ya. Pada kalimat berita tidak terdapat kata-kata tanya seperti apa, siapa, di mana, mengapa, kata-kata ajakan seperti mari, ayo, kata persilahan silahkan dan dipersilahkan, serta kata larangan jangan.

2. Kalimat tanya

Kalimat tanya pada umumnya pada umumnya berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Kalimat ini memiliki pola intonasi yang berbeda dengan pola intonasi kalimat berita. Perbedaanya terutama terletak pada nada akhirnya. Pola intonasi berita bernada akhir turun, sedangkan pola intonasi tanya bernada akhir naik, di samping nada nada suku terkhir yang lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan nada suku terakhir pola intonasi berita. Kalimat tanya golongan ini ditandai oleh adanya kata tanya yang bersifat menggantikan kata atau kata-kata yang ditanyakan. Kata-kata tanya itu ialah apa, siapa, mengapa, kenapa, bagaimana, mana, bilamana, kapan, bila, dan berapa.

3. Kalimat suruh/perintah

Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat suruh mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak berbicara. Berdasarkan ciri formalnya, kalimat ini memliki pola intonasi yang berbeda dengan pola intonasi berita dan tanya. Berdasarkan strukturnya, kalimat suruh dapat digolongkan menjadi empat golongan, ialah:

1) Kalimat suruh yang sebenarnya 2) Kalimat persilahkan

3) Kalimat ajakan 4) Kalimat larangan

2.2.6 Sinopsis Novel “Orang Miskin Dilarang Sekolah”

Novel ini menceritakan tetang petualangan seorang anak kecil yang harus berjuang demi mendapatkan pendidikan di sekolah. Perjuangan ini diawali ketika Faisal yang sedang bermain layang-layang di tanah lapang. Ia bertemu dengan beberapa anak alam (sebutan anak-anak yang tidak sekolah). Ketiga anak itu bernama pepeng, yudi, Pambudi., mereka adalah anak-anak yang berasal dari golongan orang miskin, kedua orang tua mereka bekerja sebagai buruh pada pengusaha susu sapi milik orang cina. Sejak mereka bertemu, Faisal mengingikan agar teman-temanya dapat bersekolah di tempat Faisal bersekolah. Beberapa cara ia lakukan agar teman-temanya itu dapat sekolah. Mulai dari membujuk mereka untuk berbicara dengan orang tua anak alam, kalau mereka ingin sekolah. Awalnya rencana itu berhasil mereka dapat sekolah, tapi disaat mereka mulai masuk sekolah banyak masalah yang terjadi. Mulai dari teman-teman kaya yang mengejek dan juragan tempat ayah anak bekerja melarang mereka untuk bersekolah. Juragan dari orang tua anak alam bekerja mengetahui kalau anak-anak itu sekolah. Hal ini tentu menjadi masalah bagi orang cina, karena cina tidak ingin anak-anak pekerjanya itu menjadi pintar, karena mereka tidak dapat dibodohi lagi kalau pintar.

Pemilik pengusaha susu itu kemudian menyuruh anak-anak pekerjanya untuk berhenti sekolah. Karena tidak ingin kehilangan pekerjaan, ketiga orang tua mereka pun menaati perintah juraganya. Akan tetapi ketiga anak mereka tidak menaati perintah ayahnya dan terus melanjutkan sekolah. Hingga suatu ketika di saat usaha susu sapi yang dimiliki cina diserang oleh warga karena

telah merugikan w kampung. Anak-an di tempat itu lag langsung mereka p sekolah. Akibat ke terputus. Faisal ke diajaknya sekolah tinggal dipinggir sekolah tetapi juga semua masalah itu dapat sekolah lagi d

2.3 Kerangka Berfik

warga setempat. Pengusaha susu sapi itu kemu anak alam yang tinggal digedong sapi juga tid lagi dan ayah mereka pun kehilangan peke

a pun harus mencari tempat tinggal lagi dan kejadian ini komunikasi Faisal dan ketiga ana kemudian mencari keberadaan ketiga temanya ah kembali. Akhirnya faisal menemukan keti ir sungai. Permasalahan baru lagi pun terjad ga harus bekerja untuk membantu orang tuanya itu teratasi dengan bantuan teman-temanya. A gi dan bisa naik kekelas selanjutnya.

fikir

Tindak tutur

Novel

Jenis tindak tutur dalam novel

“Orang Miskin Dilarang Sekolah”

mudian diusir dari tidak bisa tinggal kerjaanya. Secara an harus berhenti nak alam menjadi nya tersebut untuk etiga temanya itu jadi mereka ingin ya bekerja. Tetapi Akhirnya mereka

34 BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini, peneliti memaparkan mengenai: (1) jenis penelitian , (2) Data penelitian, (3) teknik pengumpulan data, (4) instrumen penelitian, (5) teknik analisis data. Kelima hal tersebut diuraikan sebagai berikut.

3.1 Jenis Penelitian

Sarwono (2006: 16-17) membagi jenis penelitian berdasarkan jenis data yang diperlukan, yakni penelitian primer dan penelitian sekunder. Penelitian primer adalah penelitian yang membutuhkan data atau informasi dari sumber pertama; sedangkan penelitian sekunder adalah penelitian yang menggunakan bahan bukan dari sumber pertama sebagai sarana untuk memperoleh data atau informasi untuk menjawab masalah yang diteliti.

Penelitian ini merupakan penelitian sekunder. Hal ini karena data-data yang dipakai adalah data-data kepustakaan yakni dialog dalam novel dan bukan dari sumber pertama. Selain itu juga penelitian ini termasuk penelitian kualitatif karena menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor, 1975 : 5).

3.2 Data Penelitian

Data dalam penelitian ini berupa penggalan wacana yang memuat tuturan tokoh dalam novel “Orang Miskin Dilarang Sekolah” yang mengandung kalimat langsung.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah teknik pengamatan dan pencatatan (Moleong, 2006 : 166). Teknik pengamatan ini digunakan untuk mengamati tuturan antar tokoh yang mengandung sebuah tuturan langsung. Sedangkan teknik pecatatan adalah sebuah proses mencatat data-data yang telah ditemukan. Adapun format yang digunakan untuk pencatatan sebagai berikut ini:

No. Tuturan Jenis Tindak Tutur

1. 2. 3. Dst.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah (Arikunto, 2006:160). Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan berbekal pengetahuan pragmatik, sastra, dan novel. Rambu-rambu instrumen penelitian ini terbagi menjadi tiga, yakni pertama, menemukan tuturan yang mengandung tindak tutur langsung dalam novel; kedua, mencatat tuturan yang telah ditemukan; ketiga, menjelaskan jenis tindak tutur.

3.5 Teknik Analisis Data

Penyajian analisis data penelitian ini menggunakan metode informal, yaitu cara memaparkan hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa (Sudaryanto 1993:145). Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan data yang telah diklasifikasikan, sehingga dapat memperjelas hal-hal yang berkaitan dengan rumusan masalah pada penelitian ini. Penyajian analisis data penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi tuturan yang dinilai terdapat tindak tutur langsung. Peneliti membuat kode berdasarkan hasil temuan (jenis tindak tutur). Berikut ini adalah tabel – tabel yang menjelaskan kode tersebut.

No. Jenis Tindak Tutur Kode

1. Tindak tutur langsung Tt-L1

2. Tindak tutur tidak langsung Tt-TL1

3. Tindak tutur literal Tt-L2

4. Tindak tutur tidak literal Tt-TL2

5. Tindak tutur langsung literal Tt-L1L2

Dokumen terkait