II. LANDASAN TEOR
2.2 Jenis Tindak Tutur
2.2.3 Tindak Tutur Direktif
2.2.3.1 Tindak Tutur Memerintah
Dalam penelitian ini, difokuskan pada tindak tutur direktif memerintah. Teori yang digunakan ialah teori Rahardi (2005:99—119). Teori ini digunakan untuk mengkaji definisi dan jenis-jenis kalimat memerintah.
Kalimat perintah adalah kalimat yang maknanya memberikan perintah untuk melakukan sesuatu (Moeliono, 1988: 285). Kalimat perintah dapat juga berisi permintaan agar orang memberi informasi tentang sesuatu.
19
perintah mengandung maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan suatu tindakan sebagaimana diinginkan si penutur.
Kalimat perintah mengandung permintaan agar orang kedua melakukan tindakan atau mengambil sikap tertentu sesuai dengan kata kerja yang dimaksud dalam kalimat. Perintah dapat pula meliputi suruhan untuk melakukan sesuatu sampai dengan larangan untuk melakukan sesuatu, baik secara langsung atau tidak langsung. Makna kalimat perintah bergantung pada konteks situasi tuturan yang melatarbelakanginya (Rahardi, 2005:79).
Rahardi (2005:79—85 dan 99—116 ) menemukan bentuk kalimat perintah dalam bahasa Indonesia ke dalam lima belas jenis kalimat perintah, diantaranya (a) perintah biasa, (b) perintah permintaan, (c) perintah pemberian izin, (d) perintah ajakan (e) perintah suruhan, (f) perintah permohonan, (g) perintah desakan, (h) perintah bujukan, (i) perintah imbauan, (j) perintah persilaan, (k) perintah permintaan izin, (l) perintah larangan, (m) perintah harapan, (n) perintah pemberian ucapan selamat, (o) perintah anjuran. Kelima belas jenis kalimat perintah ini diuraikan sebagai berikut.
a. Perintah biasa
Dalam bahasa Indonesia kalimat perintah biasa memiliki ciri-ciri berikut (1) berintonasi keras, (2) didukung dengan kata kerja dasar, dan (3) berpartikel pengeras —lah (Rahardi, 2005:79). Misalnya.
8) Monik, lihat! 9) Monik, Lihatlah!
b. Perintah permintaan
Kalimat perintah permintaan adalah kalimat permintaan yang lazimnya disertai dengan sikap penutur yang lebih merendah dibandingkan dengan sikap penutur pada waktu menuturkan kalimat perintah biasa. Kalimat perintah permintaan ditandai dengan pemakaian penanda perintah berupa coba, tolong, mohon, harap, dan beberapa ungkapan lain seperti sudilah kiranya, dapatkah seandainya, diminta dengan hormat, dan dimohon dengan sangat ( Rahardi, 2005 : 80—81). Dibawah ini contoh-contoh kalimat perintah permintaan.
10)Coba jangan ramai, Bapak akan menjelaskan materi yang baru! 11)Tolong ambilkan cangkul itu!
12)Harap antri!
13)Mohon perhatiannya sebentar!
14)Sudilah kiranya Bapak berkenan menanggapi surat kami secapatnya!
15)Diminta dengan hormat agar hadirin berkenan pindah ke ruangan sebelah untuk beramah-tamah bersama!
Kalimat-kalimat (10, 11, 12, 13, 14, 15) merupakan perintah permintaan yang ditandai dengan penanda perintah berupa coba, tolong, harap, mohon, sudilah kiranya, dan diminta dengan hormat.
c. Perintah pemberian izin
Kalimat perintah pemberian izin yang dimaksudkan ialah untuk memberikan izin yang ditandai dengan pemakaian penanda biarlah, dan beberapa ungkapan lain yang bermakna mempersilakan, seperti diperkenankan, dipersilakan, dan
21
diizinkan (Rahardi, 2005: 81—82) Misalnya. 16)Biarlah dia membawakan tas itu.
17)Para hadirin peserta lomba pidato diperkenankan memasuki ruangan!
18)Para hadirin dipersilakan duduk kembali!
Kalimat (16, 17, 18) merupakan contoh kalimat perintah pemberian izin. Pada contoh terlihat penanda pemberian izin berupa kata biarlah, diperkenankan, dan dipersilakan.
d. Perintah ajakan
Perintah ajakan adalah kalimat perintah yang menyatakan ajakan, biasanya digunakan penanda perintah ajakan seperti ayo (yo), harap, dan hendaknya. (Rahardi, 2005: 82—83). Di bawah ini contoh perintah ajakan.
19)Ayo naik mobilku saja!
20)Mari kita bersihkan ruangan ini!
21)Harap deselesaikan dahulu tugas berat ini bersama-sama! 22)Hendaknya kita segera meninggalkan tempat ini!
Pada kalimat (19, 20, 21, 22) terdapat penanda perintah ajakan berupa kata ayo, mari, harap, dan hendaknya.
e. Perintah suruhan
Perintah suruhan adalah perintah yang mengandung makna suruhan untuk melakukan sesuatu. Perintah suruhan termasuk perintah permintaan, hanya ada hendaklah, silakan. Perintah suruhan terlihat pada contoh berikut.
24)Harap Saudara sekalian pergi ke laboratoriun untuk mengikuti ujian praktek biologi!
25)Silakan dibuka dahulu bingkisan itu!
Pada kalimat (23, 24, 25) terdapat penanda perintah suruhan berupa kata biar, harap, dan silakan.
f. Perintah permohonan
Perintah permohonan adalah perintah yang mengandung makna permohonan. Penanda perintah permohonan ini ditandai dengan kata mohon, dan berpartikel — lah untuk memperhalus tuturan perintah permohonan (Rahardi, 2005:99—100).
Misalnya.
26)Saya mohon tanggapi secepatnya surat ini! 27)Saya mohon tanggapilah secepatnya surat ini!
Pada kalimat (26) terdapat penanda perintah permohonan berupa kata mohon, menunjukkan sebuah perintah permohonan dan pada kalimat (27) menggunakan partikel —lah untuk memperhalus perintah permohonan supaya mitra tutur melakukan hal yang diperintahkan tersebut.
g. Perintah desakan
Kalimat perintah desakan adalah kalimat perintah untuk mendesak mitra tutur melakukan sesuatu sesuai yang diinginkan mitra tutur. Kalimat desakan ditandai dengan kata-kata ayo, mari. Untuk memberi penekanan maksud desakan digunakan kata harap atau harus. intonasi yang digunakan untuk menuturkan perintah jenis ini cenderung lebih keras dibandingkan dengan intonasi pada tuturan perintah yang lainnya (Rahardi, 2005: 100—102).
23
Perintah desakan terlihat pada contoh berikut ini.
(28)Ayo, makanlah dulu. Nanti temanmu kemalaman pulangnya. Ayo! Ayo, makan dulu!
(29)Lorenzo, kau harus sampai garis finish sekarang juga! Nanti keduluan Lawan balapmu, Rossi.
Pada kalimat (28, 29) tersebut terdapat penanda perintah desakan berupa kata ayo, dan harus menunjukkan sebuah perintah desakan supaya mitra tutur melakukan hal yang diperintahkan tersebut.
h. Perintah bujukan
Perintah bujukan di dalam bahasa Indonesia biasanya diungkapkan dengan penanda kata ayo (yuk), mari, dan tolong (Rahardi, 2005: 102—103).
Berikut contohnya.
(30)Makan dulu yuk Adik manis! Nanti lagi mainnya.
(31)Nem, tolong jangan jadi pulang minggu depan ya. Ibu dan Bapak akan ada acara ke Semarang.
Kalimat pada contoh (30, 31) merupakan contoh kalimat perintah bujukan. Pada contoh terlihat penanda bujukan berupa kata yuk dan tolong.
i. Perintah imbauan
Perintah imbauan diungkapkan dengan penanda partikel —lah dan penanda kata mohon (Rahardi, 2005: 103—104). Perintah imbauan terlihat pada contoh (98) di bawah ini.
(32) Jagalah kebersihan lingkungan!
Pada kalimat (32, 33) tersebut terdapat penanda perintah imbauan berupa kata jagalah, dan mohon, menunjukkan sebuah perintah imbauan supaya mitra tutur melakukan hal yang diperintahkan tersebut.
j. Perintah persilaan
Perintah persilaan dalam bahasa Indonesia, ditandai dengan penanda kata silakan dan dipersilakan. Penanda kata dipersilakan cenderung digunakan dalam situasi yang resmi (Rahardi, 2005: 104—106).
Perintah persilaan terlihat pada contoh berikut. (34)Saudara Monik, silakan duduk! (35)Para hadirin dipersilakan berdiri!
Contoh kalimat (34 dan 35) merupakan perintah persilaan yang ditandai dengan penanda kata silakan, dan dipersilakan.
k. Perintah permintaan izin
Permintaan izin adalah perintah permintaan untuk melakukan sesuatu hal. Perintah permintaan izin ditandai dengan penanda kata mari, dan boleh (Rahardi, 2005: 107—109). Berikut contohnya.
(36)Mbak, mari saya bawakan tasnya!
(37)Pak, boleh saya bersihkan dulu meja kerjanya
Contoh kalimat (36, 37) merupakan perintah permintaan izin yang ditandai dengan penanda kata mari, dan boleh, yang menunjukkan permintaan izin kepada mitra tutur untuk melakukan sesuatu hal.
25
l. Perintah larangan
Larangan adalah perintah melarang seseorang melakukan sesuatu hal. Makna larangan dalam bahasa Indonesia ditandai oleh pemakaian kata jangan (Rahardi, 2005: 109—111). Perintah larangan dapat dilihat pada contoh berikut ini.
(38)Jangan merokok!
(39)Janganlah kau mencampuri urusannya!
Pada kalimat (38, 39) terdapat penanda perintah larangan berupa kata jangan. Kata jangan, menunjukkan sebuah perintah larangan supaya mitra tutur tidak melakukan hal yang diperintahkan tersebut.
m. Perintah harapan
Perintah harapan adalah perintah yang mengandung keinginan terhadap suatu hal. Perintah harapan ditandai dengan penanda kata harap, dan semoga
(Rahardi, 2005: 111—113).
Berikut ini contoh perintah harapan.
(40)Harap tenang ada ujian negara! (41)Semoga cepat sembuh!
(42)Selamat jalan anakku! Semoga kamu sukses!
Kalimat-kalimat pada contoh (40, 41, 42) merupakan perintah harapan yang ditandai penanda perintah berupa kata harap, dan semoga.
n. Perintah pemberian ucapan selamat
Perintah jenis ini cukup banyak ditemukan di dalam pemakaian bahasa Indonesia sehari-hari. Telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia saling
menyampaikan ucapan salam atau ucapan selamat kepada anggota masyarakat lain. Salam itu dapat berupa ucapan selamat (Rahardi, 2005: 113—114). Contohnya terlihat pada tuturan berikut ini.
(43)Anak : Bu, aku juara satu.
Ibu : Wah, hebat kamu Nak, selamat ya.
Tuturan (43) merupakan pemberian ucapan selamat seorang ibu kepada anaknya yang baru saja menerima rapor dari gurunya.
o. Perintah anjuran
Perintah ini mengandung makna anjuran untuk melakukan sesuatu hal. Perintah anjuran dalam bahasa Indonesia ditandai dengan penggunaan kata hendaknya, dan sebaiknya (Rahardi, 2005: 114—116). Contoh perintah anjuran dapat dilihat dalam kalimat berikut ini.
(44) a. Sebaiknya uang ini kamu simpan saja di lemari!
b. Hendaknya Saudara mencari buku referensi yang lain di toko buku!
Pada kalimat (44) terdapat penanda perintah anjuran berupa kata sebaiknya, dan hendaknya. Kata sebaiknya, dan hendaknya menunjukkan sebuah perintah anjuran supaya mitra tutur melakukan hal yang diperintahkan tersebut.