• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam tindakan keperawatan ada beberapa hal yang dilakukan dalam implementasi yang bisa dilakukan oleh perawat terdiri dari:

a. Do (melakukan), implementasi pelaksanaan kegiatan dibagi dalam beberapa kriteria, yaitu:

1) Dependent interventions : dilaksanakan dengan mengikuti order dari

pemberi perawatan kesehatan lain.

2) Collaborative (interdependent) : intervensi yang dilaksanakan dengan

profesional lain.

3) Independent (autonomus) intervention : intervensi dilakukan dengan

melakukan nursing orders dan sering juga digabungkan dengan order dari medis.

4) Delegate (mendelegasikan) : pelaksanaan order bisa didelegasikan

hanya saja ada beberapa tanggung jawab yang perlu dicermati oleh pemberi delegasi yaitu apakah tugas tersebut tepat untuk didelegasikan, apakah komunikasi tepat dilakukan dan apakah ada supervisi atau pengecekan kerja.

5) Record (mencatat), pencatatan bisa dilakukan dengan berbagai format

Tindakan keperawatan pada pasien halusinasi, yaitu sebagai berikut : a. Tindakan keperawatan pada pasien

1) Tujuan keperawatan

a) Pasien dapat mengenali halusinasi yang dialaminya. b) Pasien dapat mengontrol halusinasinya.

c) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal. 2) Tindakan Keperawatan

a) Membantu pasien mengenali halusinasi

Untuk membantu pasien mengenali halusinasi, perawat dapat berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar,dilihat,atau dirasa), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respons pasien pada saat halusnasi muncul.

b) Melatih pasien mengontrol halusinasi

Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi, perawat dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara mengontrol halusinasi adalah sebagai berikut :

1. Menghardik Halusinasi

Menghardik halusinasi adalah cara mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak mempedulikan

halusinasinya. Jika ini dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada, tetapi dengan kemampuan ini pasien, tidak akan larut untuk menuruti halusinasinya. Berikut ini tahapan intervensi yang dilakukan perawat dalam mengajarkan pasien.

a. Menjelaskan cara menghardik halusinasi b. Memperagakan cara menghardik

c. Meminta pasien memperagakan ulang

d. Memantau penerapan cara, menguatkan perilaku pasien. 2. Bercakap-cakap dengan orang lain

Bercakap-cakap dengan orang lain dapat memebantu mengontrol halusinasi. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain, terjadi distraksi, fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain (Deden, 2013).

3. Melakukan aktivitas yang terjadwal

Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri melakukan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang sering kali mencetuskan halusinasi. Oleh karena itu, halusinasi dapat dikontrol dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun

pagi sampai tidur malam. Tahapan intervensi perawat dalam memberikan aktivitas yang terjadwal, yaitu :

a. Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi.

b. Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan pasien. c. Melatih pasien melakukan aktivitas.

d. Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas mulai dari bangun pagi sampai tidur malan. e. Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberikan

penguatan terhadap perilaku pasien yang positif (Deden,2013)

4. Minum obat secara teratur

Minum obat secara teratur dapat mengontrol halusinasi. Pasien juga harus dilatih untuk minum obat secara teratur sesuai dengan program terapi dokter. Pasien gangguan jiwa yang dirawat dirumah sering mengalami putus obat sehingga pasien mengalami kekambuhan. Jika kekambuhan terjadi, untuk mencapai kondisi seperti semula akan membutuhkan waktu. Oleh karena itu, pasien harus dilatih minum obat sesuai program dan berkelanjutan. Berikut ini intervensi yang dapat dilakukan perawat agar pasien mau minum obat secara teratur :

(a) Jelaskan kegunaan obat. (b) Jelaskan akibat jika putus obat.

(c) Jelaskan cara mendapatkan obat/ berobat.

(d) Jelaskan cara minum obat denga prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, dan benar dosis)

2.4 Strategi Pertemuan pada Pasien Halusinasi

SP 1 (Strategi Pertemuan 1) : membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengar menghardik halusinasi.

1. Mengidentifikasi jenis halusinasi.

Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, bicara inkoheren, bicara sendiri, tidak membedakan yang nyata dengan yang tidak nyata. Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis halusinasinya. Apabila perawat mengidentifikasi adanya tanda-tanda dan perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis halusinasi saja (Keliat, 2006).

2. Mengidentifikasi isi halusinasi

Perawat dapat mengkaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang dikatakan suara itu,jika halusinasi auditorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat oleh klien,jika halusinasi visual. Bau apa yang tercium, jika halusinasi

penghidu. Rasa apa yang dikecap jika halusinasi pengecapan. Apa yang dirasakan permukaan tubuh jika halusinasi perabaan (Keliat, 2006).

3. Mengidentifikasi waktu dan frekuensi halusinasi.

Perawat juga perlu mengkaji serta menanyakan kepada klien kapan pengalaman halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu atau sebulan pengalaman halusinasi itu muncul. Informasi ini sangat penting untuk mengidentifikasi pencetus halusinasi dana menentukan bilamana klien perlu perhatiaan saat mengalami halusinasi (Keliat, 2006).

4. Mengidentifikasi situasi pencetus halusinasi.

5. Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi muncul. Selain itu, perawat juga bisa mengobservasi apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi untuk memvalidasi penyataan klien (Keliat, 2006).

6. Mengidentifikasi Respon

Untuk menentukan sejauhmana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa dikaji dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi. Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasinya atau sudah tidak berdaya terhadap halusinasinya.

7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi.

Menghardik halusinasi adalah cara mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak memedulikan halusinasinya. Jika ini dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan

diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada, tetapi dengan kemampuan ini, pasien tidak akan larut untuk menuruti halusinasinya. Berikut ini tahapan intervensi yang dilakukan perawat dalam mengajarkan pasien.

a. Menjelaskan cara menghardik halusinasi. b. Memperagakan cara menghardik.

c. Meminta pasien memperagakan ulang.

d. Memantau penerapan cara, menguatkan perilaku pasien. (Keliat, 2006)

SP 2 (Strategi Pertemuan 2): melatih pasien mengontrol halusinasinya dengan

Dokumen terkait