• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN

2.1 Konsep Perilaku Kekerasan

2.1.6 Tindakan keperawatan perilaku kekerasan

Tindakan keperawatan yang dapat diberikan kepada pasien dengan perilaku kekerasan bertujuan untuk mencegah dan mengontrol perilaku kekerasan pasien sehingga tidak membahayakan baik bagi diri pasien, orang yang ada di sekitar

pasien maupun lingkungan. Seorang perawat dapat memberikan intervensi keperawatan untuk memenej agresivitas pasien. Menurut Stuart (2009) dalam buku Yosep, I (2011) menyatakan bahwa intervensi yang diberikan dapat melalui rentang intervensi keperawatan

Gambar 2.2. Rentang intervensi keperawatan dalam mengelola perilaku kekerasan 1. Strategi preventif

1) Kesadaran diri

Perawat harus menyadari bahwa stres yang dihadapi dapat mempengaruhi komunikasinya dengan pasien. Bila perawat sendiri dipenuhi dengan masalah maka energi yang dimiliki perawat bagi pasien akan berkurang. Untuk itu perawat harus terus-menerus meningkatkan kesadaran dirinya dan memisahkan antara masalah pribadi dengan masalah pasien

2) Pendidikan pasien

Pendidikan yang diberikan kepada pasien antara lain adalah cara berkomunikasi dan mengekspresikan marahnya dengan tepat. Dengan komunikasi yang dilakukan perawat kepada pasien, diharapkan pasien mau mengekspresikan perasannya, kemudian perawat menilai apakah respon yang pasien sudah adaptif atau maladaptif

Strategi preventif Strategi antisipatif Strategi pengekanan

Kesadaran diri Komunikasi

Manajemen krisis

Pendidikan pasien Perubahan lingkungan Pengasingan

3) Latihan asertif

Latihan asertif merupakan hal yang penting diajarkan pada pasien dengan perilaku kekerasan. Kemampuan asertif tersebut meliputi (1) berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang, (2) mengatakan “tidak” untuk sesuatu yang tidak beralasan, (3) sanggup melakukan komplain dan (4) mengekspresikan penghargaan dengan tepat.

2. Strategi antisipasif 1) Komunikasi

Strategi berkomunikasi dengan pasien perilaku kekerasan antara lain bersikap tenang, berbicara tidak dengan cara menghakimi, berbicara netral dan dengan cara yang konkrit, tunjukkan respek pada pasien, hindari intensitas kontak mata langsung, demonstrasikan cara mengontrol situasi tanpa kesan berlebihan, faslititasi pembicaraan pasien, dengarkan pasien, jangan terburu-buru menginterpretasikan dan jangan buat janji yang tidak dapat ditepati perawat.

2) Perubahan lingkungan

Unit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas seperti membaca, grup program yang dapat mengurangi perilaku pasien yang tidak sesuai dan meningkatkan adaptasi sosialnya

3) Tindakan perilaku

Perawat dapat membuat kontrak dengan pasien mengenai perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima serta konsekwensi yang didapat bila kontrak dilanggar

4) Psikofarmakologi

Obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi perilaku agresif yaitu antianseitas, sedatif, antidepresan, mood stabiloizer dan antipsikotik. Antipsikotik merupakan obat yang sering digunakan untuk perawatan agresif, haloperidol dikombinasikan dengan benzodiazepam, lorazepam, efektif untuk menunrunkan agritasi. Pemberian antipsikotik tipikal mempunyai efek ektrapiramidal, diantaranya mulut kering, parkinson, reaksi distonik. Peran perawat dalam hal ini adalah mendeteksi munculnya gejala ekstrapiramidal, memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga tentang kondisi yag dialami, mencegah efek lanjut dari sindrom ekstrapiramidal. Perawat juga bisa mendiskusikan dengan medis untuk meberikan obat pencegahan sindrom ekstrapiramidal yaitu trihexyphenidil (THP), biperidin dan dipenhidramine hydrochloric. Dengan demikian perawat mempunyai peran penting dalam pemberian psikofarmaka yaitu memberikan edukasi kepada pasien dan kelurga tentang terapi (jenis obat, cara kerja, cara minum dan efek samping yang mungkin muncul), memberikan obat secara aman dan mendeteksi munculnya efek samping obat.

3. Strategi pengekangan 1) Manejemen krisis

Bila pada waktu intervensi awal tidak berhasil, maka diperlukan intervensi yang lebih aktif dengan melibatkan kerjasama tim perawat, dokter dan staf yang lain. Manajemen krisis yang dapat dilakukan yaitu restrain medikasi dan isolasi

2) Pengekangan dan pengasingan

Merupakan tindakan keperawatan yang terakhir. Ada dua macam yaitu pengekangan fisik secara mekanik (menggunakan manset, sprei pengekang) atau isolasi (menempatkan pasien dalam suatu ruangan dimana pasien tidak tidak dapat keluar atas kemauannya sendiri). Tujuan pengekangan dan pengasingan adalah mengurangi gerak fisik pasien dan melindungi pasien dan orang lain dari cidera

Intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada pasien dengan perilaku kekerasan adalah sebagai berikut (FIK, 2011)

1. Terapi generalis

1) Tindakan keperawatan untuk pasien

a. Standar Pelaksanaan 1 (SP 1) yaitu membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat serta kontrol perilaku kekerasan cara fisik 1 yaitu tarik nafas dalam

b. Standar Pelaksanaan 2 (SP 2) yaitu latihan mengontrol perilaku kekerasan fisik 2 yang terdiri dari mengevaluasi kemampuan kontrol cara fisik 1 dengan latihan nafas dalam, latihan cara fisik 2 yaitu pukul kasur dan bantal serta menyusun jadwal kegiatan harian

c. Standar Pelaksanaan 3 (SP 3) yaitu mengontrol perilaku kekerasan secara sosial atau verbal, yang terdiri dari evaluasi jadwal harian cara fisik 2, latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal dan menyusun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

d. Standar Pelaksanaan 4 (SP 4) yaitu latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual, antara lain mendiskusikan hasil latihan mengontrol perilaku secara fisik dan soail atau verbal, latihan sholat dan berdoa, buat jadwal latihan sholat dan berdoa

e. Standar Pelaksanaan 5 (SP 5) yaitu latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat, terdiri dari evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk mencegah marah yang sudah dilatih, latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar dan susun jadwal minum obat secara teratur

2) Tindakan keperawatan untuk keluarga

a. Standar Pelaksanaan 1 (SP 1) yaitu memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat pasien perilaku kekerasan di rumah b. Standar Pelaksanaan 2 (SP 2) yaitu melatih keluarga melakukan cara-

cara mengontrol kemarahan yang terdiri dari evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah, anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat, ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat, diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien menunjukkan gelaja-gejala perilaku kekerasan

c. Standar Pelaksanaan 3 (SP 3) yaitu perencanaan pulang bersama keluarga

2. Terapi lanjutan

1) Terapi individu: asesertive training, terapi relaksasi, deep breathing, excercise

2) Terapi kelompok: supportif group, psikoedukasi kelompok

3) Terapi keluarga: psikoedukasi keluarga

4) Terapi komunitas: assertive community therapy

Dokumen terkait