• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindakan yang Saya Lakukan dalam Meringkas Kitab Ini

Tindakan yang Saya Lakukan dalam Meringkas Kitab Ini

Di dalam meringkas Shahih Imam Bukhari, saya menggunakan metode ilmiah yang cermat. Saya kira saya telah menerapkannya pada semua isi hadits Bukhari,

atsar-atsarnya, kitab-kitabnya, dan bab-babnya. Tidak ada satu pun yang terluput, insya Allah, kecuali apa yang tidak dapat dihindari sebagai tabiat manusia (khilaf dan lupa).

Perinciannya sebagai berikut:

1. Saya buang semua isnad hadits tanpa tersisa kecuali nama sahabat perawi hadits yang langsung dari Nabi saw.. Juga kecuali perawi-perawi yang di bawah sahabat yang tak dapat dihindari karena keterlibatannya dalam kisah, sedang riwayat itu tidak sempurna kecuali dengan menyebutkan mereka.

2. Telah dimaklumi oleh orang-orang yang mengerti kitab Shahih Bukhari bahwa ia mengulang-ulang hadits dalam kitabnya itu dan menyebutkannya dalam beberapa tempat, kitab-kitab, dan bab-bab yang berbeda-beda, dan dengan riwayat yang banyak jumlahnya. Terkadang ia menggunakan jalan periwayatan lebih dari satu, sekali tempo ditulisnya hadits itu dengan panjang, dan pada waktu yang lain dengan ringkas. Berdasarkan hal itu, saya pilih di antara riwayat-riwayat yang diulang itu yang paling lengkap dan saya jadikan sebagai pokok dalam ringkasan ini. Akan tetapi, saya tidak berpaling dari riwayat-riwayat yang lain. Bahkan, saya menjadikannya sebagai kajian khusus, untuk mencari-cari barangkali di sana terdapat faedah tertentu. Atau, untuk menambah sesuatu yang tidak terdapat dalam riwayat yang dipilih, lalu saya ambil dan saya gabungkan ke dalam yang pokok.

Penggabungan tersebut menggunakan dua bentuk:

Pertama, apabila ada tambahan, digabungkan sesuai dengan aslinya dan diatur sesuai dengan tingkatan dan urutannya. Sehingga, pembaca yang budiman tidak merasa bahwa itu adalah tambahan. Kemudian saya letakkan di antara dua kurung siku [], misalnya apa yang ada pada sebagian karya saya seperti Shifatush Shalah, Hijjatun-Nabi, dan Ahkamul Janaiz.

Kedua, jika tambahan itu tidak teratur sesuai dengan tingkatan dan urutannya, maka saya letakkan diantara tanda kurung dan saya katakan: (dan dalam riwayat ini dan ini). Apabila riwayat itu dari jalan lain dari sahabat yang meriwayatkan hadits tersebut, saya katakan: (dan dalam satu jalan periwayatan) atau (dan dalam jalan periwayatan yang kedua). Apabila terdapat tambahan lain dari jenis jalan periwayatan yang ketiga, saya katakan: (dan dalam jalan yang ketiga). Dengan demikian, tujuan menjadi jelas, yaitu dapat

memberi manfaat kepada pembaca dengan menggunakan ungkapan yang sangat singkat, bahwa hadits tersebut tidak gharib 'asing' dan sendirian periwayatannya dari sahabat tersebut. Pada masing-masing bentuk tadi saya letakkan nomor juz dan halaman dari cetakan Istambul pada tahun (...) di akhir tambahan sebelum tanda kurung tutup. 3. Hadits shahih dari segi isnadnya menurut para ulama dibagi menjadi dua. Pertama, hadits maushul, yaitu hadits di mana penyusun menyebutkan isnadnya yang bersambung hingga para perawinya dari kalangan sahabat, itu termasuk sebagian atsar yang mauquf pada sahabat atau yang lainnya. Kedua, hadits mu'allaq, yaitu penyusun tidak

menyebutkan isnadnya sama sekali atau disebutkan sebagian dari yang paling tinggi derajat nya dengan men-ta'liq-kannya pada sahabat atau lainnya, terkadang sanadnya adalah guru-guru Imam Bukhari. Bagian ini dibagi menjadi dua macam, yaitu marfu' dan mauquf yang tidak semuanya sahih menurut penyusun dan para ulama sesudahnya karena di dalamnya terdapat hadits sahih, hasan, dan dhaif.[2] Matan ini juga saya bawakan dalam Mukhtashar 'Ringkasan' ini, tetapi saya bermaksud mentakhrijnya pada catatan kaki dengan menjelaskan tingkatannya dengan isnadnya itu sendiri atau lainnya jika hadits itu marfu'. Apabila dari atsar mauquf, maka saya cukupkan dengan mentakhrijnya saja, dan jarang sekali saya menyebutkan derajatnya (tingkatannya).

4. Kemudian saya memberi nomor pada ketiga jenis hadits tersebut dengan nomor khusus, dan setiap hadits mempunyai ukuran yang berbeda. Hadits yang musnad mempunyai nomor-nomor khusus yang berurutan, dan hadits yang marfu' mu'allaq mempunyai nomor-nomor khusus yang berurutan pula. Begitu juga atsar yang mauquf mempunyai nomor-nomor khusus pula. Manfaatnya ialah bahwa apabila kitab itu telah selesai, maka akan mudah diketahui jumlah setiap hadits dari ketiga jenis tersebut.[3]

5. Saya memberi nomor pada kitab-kitab dalam Shahih Bukhari ini dengan nomor-nomor yang berurutan[4] begitu juga pada semua bab. Dalam setiap babnya saya beri nomor yang berurutan, dengan memperhatikan setiap bab dari bab-bab yang ada. Hal itu karena telah populer di kalangan para ulama bahwa fiqih Bukhari itu ada dalam judul bab-babnya. Kemudian saya membuang satu bab yang di dalamnya tidak ada judulnya di mana Imam Bukhari menulis "Bab" tanpa tambahan apa-apa lagi. Apabila di bawah jenis itu ada hadits yang terdapat dalam Ash-Shahih, kemudian di dalam ringkasannya perlu dibuang, sehingga tinggal bab tanpa hadits, maka dalam kondisi semacam ini saya membuang bab tersebut karena jika dibiarkan tidak ada manfaatnya. Hanya saja saya membuangnya dengan nomornya sekaligus sebagai tanda pembuangan.

Tujuan dari penomoran dalam paragraf ini adalah agar indeks pada kitab-kitab hadits Kutubus-Sittah dapat dipergunakan dalam Mukhtashar ini sebagaimana dipergunakan pada aslinya, untuk mempermudah mencari suatu hadits manakala diperlukan.

Pada catatan kaki, saya jelaskan kata-kata yang sulit dan sebagian kalimat yang samar, sebagaimana yang sering saya lakukan pada karya ilmiah saya. Kemudian saya

cantumkan pada setiap jilid indeks buku secara terinci baik untuk kitab-kitabnya, bab-babnya maupun haditsnya dengan tiga bagiannya itu.

Selanjutnya saya berniat memberi indeks secara terinci, yang di antaranya memuat indeks khusus untuk lafal-lafalnya dalam jilid tersendiri - mudah-mudahan Allah swt.

mengizinkan - yang sekiranya memudahkan pembaca untuk mencari hadits dari kitab tersebut dalam waktu singkat.

Saya memohon kepada Allah Yang Mahasuci dan Mahatinggi semoga Dia berkenan menjadikan apa yang saya lakukan ini sebagai amal yang ikhlas karena-Nya, dan mudah-mudahan bermanfaat bagi kaum muslimin di belahan bumi bagian timur dan barat.

Semoga Allah menyimpan pahalanya untuk saya hingga, "Pada hari ketika harta dan anak laki-laki tidak berguna kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (asy-Syu'araa': 88-89)

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Beirut, awal Rajab 1399 H

Penulis,

Muhammad Nashiruddin al-Albani

Catatan Kaki:

[1] Pada saat memindahkan kelaziman-kelaziman kitab ke laboratorium penjilidan, saya kehilangan mobil yang mengangkutnya. Selang beberapa lama kembalilah beberapa orang yang tadi ada dalam mobil itu dan mereka mengabarkan terbunuhnya saudara Fauzi Ka'kati, semoga Allah memberi rahmat kepadanya. Padahal, hubungan saya dengan dia seperti saudara dan anak. Dia baru saja menikah tidak lebih dari 15 hari yang lalu. Semoga Allah memasukkannya ke dalam surga dan membebaskan Lebanon dari cobaan yang mengancam kehidupan orang-orang yang merdeka dan menghalangi manusia untuk mendapatkan keamanan dan melakukan usaha. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun, sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali. Demikianlah saya kehilangan sebagian besar kelaziman-kelaziman buku. Kemudian gudang yang dibuat menyimpan sisa kelaziman-kelaziman buku itu terbakar, sehingga hilanglah sebagian besar kelaziman-kelaziman itu. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah, Ya Allah, berilah pahala kepada kami atas musibah yang menimpa kami dan gantilah untuk kami yang lebih baik dari ini (Zuhair).

[2] Sebagaimana telah diterangkan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-Aqlani dalam pendahuluan Fathul Bari (halaman 11-13, terbitan an-Nayyiriyah)

[3] Yang dalam juz ini terdapat:

[4] - Jumlah kitab (buku) sebanyak 33 kitab. - Jumlah hadits marfu' sebanyak 998 hadits.

- Jumlah hadits mu'allaq marju' sebanyak 317 hadits, dan - Jumlah atsar mauquf sebanyak 409 atsar.

RINGKASAN KITAB HADIST SHAHIH