C. Analisis Data
5. Tinggi matahari (h o )
a) Maghrib = - 10
b) Isya = - 180
c) Subuh = - 200
d) Terbit = - 10
e) Khusus ashar tinggi
matahari dihitung dengan rumus : Cotan has = tan [ ] + 1
6. Rumus – rumus yang digunakan
Disamping rumus untuk
menghitung tinggi matahari waktu shalat
ashar sebagaimana di atas, juga
dibutuhkan rumus – rumus sebagai berikut :
a) Sudut waktu matahari (t
o)
Cos t o = - tan . tan o + : cos . sec o
untuk shalat dzuhur to , dengan
demikian untuk shalat dzuhur ho= 0 dan
o tidak diperlukan karena tidak
dibutuhkan.
b) Meridian Pass (MP =
12 – e)
c) Interpolasi Waktu
(Koreksi Waktu Daerah)
Interpolasi Waktu = ( : 15 d = Bujur Waktu Daerah
Untuk bujur standar berdasarkan Kepres No. 41 Tahun 1987 Republik Indonesia dibagi dalam tiga daerah waktu, masing- masing seluruh propinsi di Sumatera, Jawa dan Madura serta propinsi Kalbar dan Kalteng masuk daerah WIB dengan bujur Standard = 1050 Bujur Timur, seluruh propinsi di Sulawesi, propinsi Kaltim dan Kalsel serta NTB, NTT dan Bali masuk daerah WITA dengan bujur Standard = 1200. Bujur Timur, kemudian propinsi Maluku, Maluku Utara, Papua dan Irian Jaya Barat masuk daerah WIT dengan bujur standar - 1350 Bujur Timur
7. Pemprosesan data
Langkah – langkah yang ditempuh :
a) Menghitung sudut waktu
matahari (to)
b) Menghitung meridian pass
c) Menghitung interpolasi waktu
Langkah-langkah selanjutnya adalah memasukkan hasil hitungan di atas pada rumus-rumus awal waktu shalat yang
bersangkutan. Rumus-rumus tersebut
sebagai berikut:
1.
Menghitung Sudut Waktu Shalat atauto dengan rumus :
Cos t o = - tan tan o +
: cos : cos o
2.
Mengkonversi nilai sudut waktu (to) menjadi satuan waktu, dengan cara to : 15.3.
Untuk awal waktu shalat ashar,maghrib dan isya digunakan rumus: Waktu ybs = Mer. Pass + (to : 15)
4.
Untuk awal waktu dzuhur digunakanrumus:
Waktu ybs = Mer. Pass – Interpolasi waktu + Iktiyat
Iktiyat =menambah atau mengurangi waktu sebesar 1 s/d 2 menit.
5.
Untuk awal waktu subuh dan syuruq digunakan rumus :Waktu ybs = Mer. Pass - (to : 15)94 b. Contoh Perhitungan
Awal waktu shalat untuk Kabupaten Wonosobo
Pada tanggal 8 Mei 2014
1) Lintang tempat (Kab. Wonosobo) ( )
= - 07o 24‘ LS
2) Bujur tempat (Kab. Wonosobo) ( ) = 109o 54‘ BT
94Muhyiddin Khazin, Op.Cit, 93-94.
3) Bujur waktu daerah (
= -WIB = 105o
-WITA = 120o
-WIT = 135o
4) Deklinasi matahari ( o) = + 17o 10‘ 08‘‘
5) Equation of time (e) = 0o 3m 31d
6) Tinggi matahari (ho) a. Maghrib = - 1o b. Isya = - 18o
c. Subuh = - 20o
d. Khusus Ashar tinggi matahari tidak tetap
7) Meridian Pass (MP) = 12o - e
= 12o - 0o 3m 31d
MP = 11j 56m 29d
8) Interpolasi waktu (koreksi waktu daerah)
Interpolasi = ( : 15
= (109o 54‘ – 105o) : 15 = 0j 19m 36d
Awal Waktu Dzuhur
MP = 11j 56m 29d Interpolasi = 0j 19m 36d 11j 36m 53d Ikhtiyat = 0j 01m 07d Waktu Dzhuhur = 11j 38m 00d (WIB)
Awal Waktu Subuh
Cos t o= - tan tan o + sin hsb : cos : cos o
= (-tan -7o 24‘ x tan 17o 10‘ 8‘‘) + (sin -20o : cos -7o 24‘ : cos 17o 10‘ 8‘‘)
Cos t o = - 0,320851849 t o = 108o 42‘ 52‘‘ MP = 11j 56m 29d
t o : 15 = 7j 14m 51,47d 4j 41m 37,53d (LMT) Interpolasi = 00j 19m 36d 4j 22m 1,53d →
Waktu Subuh Asli
Ikhtiyat = 0j 1m 58,47d Waktu Subuh = 4j 24m 00d (WIB) 3. Implementasi Penentuan Awal Waktu Shalat Dengan Peredaran Matahari Pada pembelajaran di Sekolah Pada Materi Tata Surya
Mengacu pada pembelajaran tata surya di SMP/MTS, materi tata surya yang disajikan kepada peserta didik hanya murni pengetahuan saja tidak ada
nilai agama yang terkandung di
dalamnya, walaupun terdapat di sekolah-sekolah yang berbasis agama seperti
Madrasah Tsanawiyah. Hal ini
dilatarbelakangi oleh suatu kondisi
dimana sains Barat dengan
globalisasinya, westernisasi dan berbagai ideologinya tersebar ke seluruh dunia, termasuk Islam.
Komunitas muslim bahkan tidak lagi mampu membedakan antara identitas sains Islam dan sains Barat. Begitu mengakarnya di setiap sendi kehidupan
sehingga berakibat pada terjadinya
pengaburan paradigma cara pandang terhadap sains Islam. Sehingga banyak di
antara kita yang sulit untuk
mengidentifikasi, bahkan takut terhadap identitas kita sendiri. Tidak sedikit cendekiawan muslim yang canggung terhadap sifat Islam terutama pada ilmu fisika. Ketika seseorang menyebut sains modem atau sains Barat, tanpa disadari mereka telah meletakkan identitas itu,
yaitu sains yang diproduksi oleh ideologi dan pandangan-pandangan dari Barat.
Islam merupakan agama yang paling dekat dengan sains, bahkan tidak ada hal yang bertentangan antara ilmu pengetahuan yang berkembang sekarang dengan ilmu pengetahuan dasar-dasar agama yang telah dijelaskan 1400 tahun yang lalu melalui kitab suci Al-Qur‘an. Hal ini terbukti dengan jelas bahwa sains Barat itu sudah tidak netral dan tentu berbeda dengan sains Islam. Terbukti sains Barat tidak memberi tempat pada wahyu, agama dan bahkan pada Tuhan.
Realita Tuhan tidak menjadi
pertimbangan lagi dalam sains Barat, karena Tuhan dianggap tidak riil.
Dalam Islam ilmu pengetahuan
tentang realitas itu tidak hanya
berdasarkan pada akal saja, tapi juga wahyu, intuisi dan pengalaman. Tapi dalam sains Barat akal diletakkan lebih tinggi dari pada wahyu. Sehingga sains tidak berhubungan harmonis dengan agama atau meninggalkan agama, bahkan agama dianggap sebagai penghambat perkembangan sains modern.
Dalam situasi seperti ini perlu adanya penyatuan kurikulum dengan unsur-unsur keislaman terutama pada sekolah-sekolah yang berbasis agama seperti Madrasah Aliyah, Madrasah Tsanawiyah, karena memiliki kuantitas pembelajaran dalam bidang agama yang lebih banyak jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah pada umumnya. Ilmu pengetahuan tanpa adanya pemahaman agama dapat mengakibatkan seseorang akan lupa akan jati dirinya, bahwa manusia adalah sama dengan alam semesta yang dipelajarinya yaitu sebagai makhluk Allah SWT.
Dengan pemahaman pada peserta didik tentang pentingnya pemahaman
agama dalam mempelajari sains
diharapkan peserta didik dalam
memahami sains tidak melupakan bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini adalah penciptaan Allah SWT. Salah satu contoh pemahaman dalam sains yang tidak dilandasi dengan pemahaman agama adalah adanya Teori Darwin yang salah satunya adalah bahwa adanya alam semesta ini merupakan suatu kebetulan dan terjadi karena adanya evolusi.
Jadi dapat kita ketahui bahwa ilmu pengetahuan atau sains erat hubungan nya dengan dunia islam. Salah satunya adalah untuk kesempurnaan ibadah. Kita dapat mengetahui dan menentukan awal waktu shalat karena pada perhitungan nya ditentukan ketinggian matahari pada waktu beredar mengelilingi bumi, dalam hal ini sangat berhubungan dengan sains
yang memepelajari tentang tata
surya.Walaupun dalam pembelajaran
disekolah tentang tata surya hanya diberikan gambaran-gambaran umum tentang matahari dan peredaranya.
D. KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI