• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Pembahasan

5.2.3 Tingkat Keakuratan Prediksi Model Hasil Analisis

Untuk mengetahui tingkat keakuratan prediksi model hasil analisis conjoint dapat

dilihat melalui nilai korelasi Pearson’s R dan Kendall’s Tau.

Uji Keakuratan (predictive accuracy):

H0 : tidak adanya hubungan yang kuat antara preferensi estimasi dan preferensi aktual, atau tidak ada predictive accuracy yang tinggi pada proses conjoint. H1 : adanya hubungan yang kuat antara preferensi estimasi dan preferensi aktual,

atau ada predictive accuracy yang tinggi pada proses conjoint. Sign. < 0,05 maka H0 ditolak

Sign. > 0,05 maka H0 diterima.

Tabel 5.2.3. Nilai Korelasi Hasil Proses Conjoint Correlationsa

Value Sig.

Pearson's R .697 .000

Kendall's tau .610 .000

Kendall's tau for Holdouts .800 .025

Correlations between observed and estimated preferences

Sumber : Analisis Data Primer 2016

Berdasarkan nilai signifikansi Pearson’s dan Kendall’s Tau yang sama-sama bernilai 0.000 dimana 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak sehingga interpretasinya adalah adanya hubungan yang kuat antara preferensi estimasi dan preferensi aktual, atau ada predictive accuracy yang tinggi pada proses conjoint. Begitu juga

nilai korelasi Kendall’s Tau for Holdouts dimana Holdouts merupakan stimuli penguji hasil yang didapat dari proses conjoint yang bernilai 0,025 dan nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 (sign.< 0,05) maka dapat dikatakan bahwa proses conjoint yang menggunakan sampel tersebut bisa selaras jika digunakan pada populasi konsumen keripik ubi jalar. Ini berarti bahwa keripik ubi jalar yang menjadi sampel dapat menggambarkan preferensi konsumen secara keseluruhan (populasi).Berdasarkan penjelasan tentang nilai korelasi Pearsom’s,dan Kendall’s

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari analisis conjoint yang telah dilakukan mengenai preferensi konsumen pada keripik ubi jalar dapat disimpulkan :

1. Kombinasi keripik ubi jalar yang menjadi preferensi konsumen adalah warna keripik ungu, rasa manis, bentuk bulat, ketebalan tipis, aroma sedang, tekstur renyah, ukuran kemasan kecil (250 gram), dan desain kemasan spesifik dan lengkap.

2. Dalam memilih keripik ubi jalar faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen yaitu dimulai dari yang terpenting pertama adalah atribut rasa, atribut kedua adalah ukuran kemasan, atribut ketiga adalah aroma, atribut keempat adalah ketebalan keripik, atribut kelima adalah tekstur, atribut keenam adalah atribut desain kemasan, atribut ketujuh adalah atribut bentuk keripik, dan atribut ke delapan adalah atribut warna.

3. Berdasarkan nilai korelasinya dapat diketahui bahwa :

a. Nilai Korelasi Pearson’s 0,000 (sign.< 0,05) dan Nilai Kendall’s Tau

0,000 (sign < 0,05). Interpretasinya adalah adanya hubungan yang kuat antara preferensi estimasi dan preferensi aktual, atau ada predictive accuracy yang tinggi pada proses conjoint.

b. Nilai Korelasi Kendall’s Tau for Holdouts 0,025 (sign < 0,05) dapat dikatakan bahwa proses conjoint yang menggunakan sampel tersebut bisa selaras jika digunakan pada populasi konsumen keripik ubi jalar. Ini

berarti bahwa keripik ubi jalar yang menjadi preferensi konsumen sampel dapat menggambarkan preferensi konsumen secara keseluruhan.

6.2 Saran

1. Kepada Pelaku Usaha Keripik Ubi Jalar

Pelaku Usaha diharapkan dapat memproduksi dan memperhatikan kualitas keripik ubi jalar yang hampir menyerupai preferensi konsumen sehingga mampu memenuhi kebutuhan pasar dan menarik minat konsumen tetap loyal dalam melakukan pembelian.

2. Kepada Pemerintah

Pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian dan Dinas Perindustrian lebih memperhatikan dan dapat membantu pelaku usaha keripik ubi jalar melalui pembinaan, permodalan dan pendampingan terhadap pengembangan inovasi-inovasi baru terkait rasa, ukuran kemasan, dan aroma.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya disarankan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai berbagai aspek yang terkait dengan atribut atau level produk keripik ubi jalar dengan strata konsumen yang berbeda di pasar.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Ubi Jalar

Menurut Malik (2003), ubi jalar mempunyai nama ilmiah Ipomea batatas L. Tanaman ini termasuk dalam famili Concolvulaceae dengan genus Ipomea. Secara lebih lengkap, Taksonomi atau Klasifikasi ilmiah dari tanaman ubi jalar adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Concolvulales Famili : Concolvulaceae Genus : Ipomea

Species : Ipomea batatas L.

Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab. Daerah yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan daerah yang disukai dan yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu 21-27° C. Tanaman ubi jalar dapat ditanam didaerah dengan curah hujan 500-5000 mm/tahun, optimalnya antara 750-500 mm/tahun (Setyawan,2015).

Menurut Juanda dan Cahyono (2000), berdasarkan warna daging umbi, ubi jalar dibedakan menjadi tiga golongan sebagai berikut :

1. Ubi jalar putih, yakni jenis ubi jalar yang dagingnya berwarna putih

2. Ubi jalar kuning, yakni jenis ubi jalar yang memiliki daging umbi berwarna kuning, kuning muda, atau kekuning-kuningan

3. Ubi jalar orange, yakni ubi jalar dengan warna daging berwarna orange

4. Ubi jalar ungu, yakni jenis ubi jalar yang memiliki daging berwarna ungu hingga ungu muda.

Umbi tanaman ubi jalar memiliki tekstur daging bervariasi, ada yang masir (mempur) dan ada pula yanga benyek berair. Rasa umbi tanaman ubi jalar pun bervariasi, ada yang manis, kurang manis, dan ada pula yang gurih. Warna daging umbi memiliki hubungan dengan kandungan gizi, terutama kandungan beta karoten. Umbi yang berwarna jingga atau oranye mengandung betakaroten lebih tinggi daripada jenis ubi jalar lainnya. Demikian pula, daging umbi yang berwarna oranye memiliki rasa yang lebih manis daripada daging umbi yang berwarna lain (Juanda dkk, 2009)

Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat dan sumber kalori (energi) yang cukup tinggi. Kandungan karbohidrat ubi jalar menduduki peringkat keempat setelah padi, jagung, dan ubi kayu. Ubi jalar merupakan sumber vitamin dan mineral sehingga cukup baik untuk memenuhi gizi dan kesehatan masyarakat. Vitamin yang terkandung dalam ubi jalar adalah vitamin A (betakaroten), vitamin C, thiamin (B1), dan riboflavin (vitamin B12). Sedangkan mineral yang terkandung dalam ubi jalar adalah zat besi (Fe), fosfor, kalsium (Ca), dan Natrium (Na). Kandungan zat gizi lainnya yang terdapat dalam ubi jalar adalah protein, lemak, serat kasar, kalori, dan abu (Juanda dkk, 2009).

Karbohidrat yang dikandung ubi jalar masuk dalam klasifikasi low glycemic index, artinya komoditi ini sangat cocok untuk penderita diabetes. Mengonsumsi ubi jalar tidak secara drastis menaikkan gula darah, berbeda halnya dengan sifat karbohidrat dengan glycemic index tinggi, seperti beras dan jagung. Sebagian besar serat ubi jalar merah merupakan serat larut, yang menyerap kelebihan lemak/kolesterol darah, sehingga kadar lemak/kolesterol dalam darah tetap aman terkendali (Hasyim dkk, 2008).

2.1.2 Keripik Ubi Jalar

Keripik (chips) adalah panganan yang dibuat dari kentang, ubi kayu, atau bahan lain yang diiris tipis-tipis lalu digoreng yang bersifat kering, renyah, dan memiliki kandungan lemak tinggi. Keripik ubi jalar adalah produk makanan ringan, dibuat dari ubi jalar, diiris/dirajang, digoreng dengan atau tanpa penambahan bahan makanan yang diijinkan (Christian, 2005).

Menurut Astawan (1991), kriteria keripik yang baik adalah memiliki rasa yang gurih pada umumnya, memiliki aroma yang harum, teksturnya kering dan tidak tengik, warnanya menarik, serta bentuknya tipis, bulat dan utuh dalam arti tidak pecah.

2.1.3 Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dengan mana individu-individu dan kelompok-kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran produk-produk yang bernilai (Kotler, 1993).

Menurut Gaspersz (2012), pemasaran adalah proses perencanaan dan eksekusi dari konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi ide-ide, barang dan/atau jasa, melalui pertukaran yang memenuhi kepuasan individu konsumen dan tujuan-tujuan organisasi.

Sebagai jantung marketing, bauran pemasaran minimal mencakup empat hal : 1. Produk dan jasa yang dihasilkan

2. Harga yang ditawarkan untuk sebuah produk yang dihasilkan

3. Strategi promosi yang ditempuh dapat meningkatkan awareness atas barang/jasa yang dihasilkan ditengah-tengah persaingan.

4. Strategi pendistribusian produk.

Untuk itu, strategi bauran pemasaran dirumuskan minimal mencakup empat hal di atas,yaitu :

1. Bauran Produk

Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan/keinginan pasar yang bersangkutan.

2. Bauran Harga

Harga adalah satuan lain (termasuk barang dan jasa) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan/penggunaan suatu barang/jasa.

3. Bauran Promosi

Promosi adalah aktivasi pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.

4. Bauran Distribusi

Distribusi adalah kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan).

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen

Konsumen adalah setiap pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik untuk kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup dan tidak untuk diperdagangkan. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri, sedangkan konsumen organisasi meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, dan lembaga lainnya (sekolah, perguruan tinggi dan rumah sakit) (Simanjuntak,2012).

Variabel utama diferensiasi produk menurut (Kotler, 2007) adalah sebagai berikut:

1. Bentuk (Form)

Produk bisa dideferensiasikan dalam bentuk, ukuran atau struktur fisik produk. 2. Keistimewaan/fungsi (Feature)

Produk dapat ditawarkan dengan beberapa keistimewaan, karakteristik yang melengkapi fungsi dasar produk.

3. Kualitas kinerja (Performance Quality)

Kualitas kinerja mengacu pada tingkat dimana karakteristik produk itu beroperasi dan ditetapkan dalam empat tingkatan kualitas yaitu: rendah, rata-rata, tinggi, atau sangat tinggi.

4. Kualitas kesesuaian (Conformance Quality)

Kualitas kesesuain mengacu pada tingkat dimana semua unit yang diproduksi identik dan memenuhi spesifikasi sasaran yang dijanjikan.

5. Daya tahan (Durability)

Adalah suatu ukuran usia operasi produk yang diharapkan dalam kondisi normal dan atau berat, yang menjadikan atribut bernilai bagi beberapa produk. 6. Keandalan (Reliability)

Adalah ukuran kemungkinan suatu produk tidak akan rusak atau gagal dalam suatu periode waktu tertentu.

7. Mudah diperbaiki (Repairability)

Adalah ukuran kemudahan memperbaiki suatu produk yang rusak atau gagal. 8. Gaya (Style)

Menggambarkan penampilan dan perasaan produk itu bagi pembeli. Penampilan harus memiliki keunggulan kompetitif yang sukar ditiru. Namun, penampilan yang menarik tidak selalu menggambarkan kualitas yang baik. 9. Rancangan (Design)

Adalah totalitas dari keistimewaan yang mempengaruhi cara penampilan dan fungsi suatu produk dalam hal kebutuhan pelanggan. Dengan semakin ketatnya persaingan, rancangan akan menjadi salah satu cara yang paling ampuh untuk membedakan produk dari produk lainnya yang sejenis.

2.1.5 Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah studi mengenai individu, kelompok atau organisasi dan proses-proses yang dilakukan dalam memilih, menentukan, mendapatkan, menggunakan, dan menghentikan pemakaian produk, jasa, pengalaman, atau ide

untuk memuaskan kebutuhan serta dampak proses-proses tersebut terhadap konsumen dan masyarakat (Hawkins, et al, 2001).

Menurut Sumarwan (2004), menyatakan bahwa perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen untuk mencari, membeli, menggunakan, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.

Menurut Hanna (2001), Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan akan barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi. Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari individu.

Menurut Simamora (2003), Perilaku konsumen dipengaruhi berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen antara lain :

1. Faktor kebudayaan

Faktor kebudayaan mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling dalam terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang dimainkan oleh kultur, subkultur, dan kelas sosial pembeli.

2. Faktor sosial

Perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kelompok, keluarga, peran, dan status sosial dari konsumen.

3. Faktor pribadi

Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap-tahap daur hidup pembeli, jabatan, keadaan ekonomi, kepribadian, konsep diri pembeli yang bersangkutan.

4. Faktor Psikologis

Pilihan pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologis yang utama, yaitu motivasi, persepsi, proses pembelajaran, serta kepercayaan dan sikap.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Karakteristik Konsumen yang Berhubungan Dengan Keputusan Membeli

Menurut Kotler (2007), karateristik konsumen dapat disebut sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan pembelian sebagai berikut :

a. Usia

Memahami usia konsumen adalah penting, karena konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek. Dari sisi pemasaran, semua penduduk berpaapun usianya adalah konsumen.

b. Pekerjaan

Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang mereka beli. Pemasar, berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas rata-rata pada produk dan jasa mereka.

c. Gaya Hidup

Pola kehidupan sesorang yang diekspresikan dalam aktivitas, ketertarikan, dna opini orang tersebut. Orang-orang yang datang dari kebudayaan, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama mungkin saja mempunyai gaya hidup yag berbeda.

2.2.2 Preferensi Konsumen

Preferensi konsumen adalah pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap produk (barang atau jasa) yang dikonsumsi. Preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada (Kotler, 1997).

Menurut Nicholson (2002), hubungan preferensi diasumsikan memiliki tiga sifat dasar, tiga sifat dasar tersebut adalah:

1. Kelengkapan (completeness)

Jika A dan B merupakan dua kondisi atau situasi, maka tiap orang selalu harus bisa menspesifikasikan apakah :

1) A lebih disukai daripada B 2) B lebih disukai daripada A, atau 3) A dan B sama-sama disukai.

Dengan dasar ini tiap orang diasumsikan tidak pernah ragu dalam menentukan pilihan, sebab mereka tahu mana yang lebih baik dan mana yang lebih buruk, dan dengan demikian selalu bisa menjatuhkan pilihan di antara dua alternatif. 2. Transitivitas (transitivity)

Jika seseorang mengatakan ia lebih menyukai A daripada B, dan lebih menyukai B daripada C, maka ia harus lebih menyukai A daripada C. Dengan demikian orang tidak bisa mengartikulasikan preferensinya yang saling bertentangan.

3. Kontinuitas (Continuity)

Jika seseorang menyatakan lebih menyukai A daripada B, ini berarti segala kondisi di bawah A tersebut disukai daripada kondisi di bawah pilihan B.

Kardes (2002) membagi preferensi menjadi dua, yaitu: 1) Preferensi berdasarkan sikap

Menurut Kotler dan Armstrong (2008), sikap (attitude) menggambarkan evaluasi, perasaan, dan tendensi yang konsisten dari sesorang terhadap sebuah objek atau ide.Sikap menempatkan orang dalam suatu kerangka pikiran untuk menyukai atau tidak menyukai sesutatu, untuk bergerak menuju atau meninggalkan sesuatu. Sikap sulit diubah, karena adanya pola dari sikap seseorang sehingga diperlukan penyesuaian yang rumit dalam banyak hal. 2) Preferensi berdasarkan atribut

Preferensi berdasarkan atribut menurut Kardes dibentuk atas dasar membandingkan satu atau lebih atribut.

Atribut produk merupakan faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam mengambil keputusan tentang pembelian suatu merek ataupun kategori produk, yang melekat pada produk atau menjadi bagian dari produk itu sendiri. Seorang konsumen akan melihat suatu produk berdasarkan kepada karakteristik atau ciri atau atribut dari produk tersebut. Para pemasar perlu memahami apa yang diketahui oleh konsumen, atribut apa saja yang dikenal dari suatu produk, atribut mana yang dianggap paling penting oleh konsumen. Pengetahuan mengenai atribut tersebut akan mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Pengetahuan yang lebih banyak mengenai atribut suatu produk akan memudahkan konsumen untuk memilih produk yang dibelinya (Sumarwan, 2003).

2.2.3 Analisis Multivariat

Analisis multivariate merupakan analisis varian beberapa variabel dependen dengan satu atau lebih faktor atau kovariat, atau dengan kata lain analisis multivariate adalah analisis hubungan antara satu atau lebih variabel faktor dan kovariat dengan dua atau lebih variabel dependen.

Menurut Priyatno (2009), Data yang digunakan untuk variabel dependen adalah kuantitatif (tipe interval atau rasio), variabel faktor menggunakan data kategorikal (tipe nominal atau ordinal) sedangkan jika menggunakan variabel kovariat data yang digunakan yaitu data kuantitatif. Asumsi yang mendasari pada analisis multivariate adalah bahwa untuk variabel dependen data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan kelompok data mempunyai kesamaan varian atau kovarian (homogen).

2.2.4 Analisis Conjoint

Analisis Conjoint adalah teknik multivariat yang digunakan secara khusus untuk mengetahui bagaimana preferensi konsumen terhadap suatu produk atau jasa dan untuk membantu mendapatkan kombinasi atau komposisi atribut-atribut suatu produk atau jasa baik baru maupun lama yang paling disukai konsumen. Atribut-atribut merupakan elemen-elemen yang terdapat pada suatu produk yang berfungsi mendeskripsikan karakter produk tersebut (Hair et al., 2006).

Model Analisis Conjoint

∑ ∑

Keterangan :

aij : j : 1,2 ki dari i atribut ( l = 1,2,.... m) ki : no level pada atribut i

m : no atribut

Xij : 1 apabila level j dari atribut ; dan 0 kalau tidak dipilih

Pada dasarnya, tujuan analisis conjoint adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi seseorang terhadap suatu objek yang terdiri atas satu/banyak bagian. Hasil utama analisis conjoint adalah suatu bentuk (desain) produk barang/jasa/objek tertentu yang diinginkan oleh sebagian besar responden.

Proses dasar conjoint analysis:

1. Menentukan Perancangan Atribut dan Level

Menentukan faktor sebagai atribut spesifik kemudian level sebagai bagian-dari faktor sebuah objek. Dalam analisis ini, perancangan atribut yang berpengaruh merupakan bagian dari mengidentifikasi atribut dengan tingkatan, masing-masing

dipergunakan untuk membuat stimuli.

2. Mendesain Stimuli

Kombinasi antara faktor dengan level disebut satu stimuli. Ada dua cara merancang kombinasi taraf atribut yaitu pendekatan kombinasi berpasangan dan kombinasi lengkap.

3. Mengumpulkan pendapat responden terhadap setiap stimuli yang ada.

Responden akan memberikan rating terhadap stimuli yang ada. Penilaian rating menggunakan skala ordinal yang terukur berupa skala likert dengan angka 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = biasa saja, 4 = suka, 5 = sangat suka. Dari stimuli yang terbentuk, proses kemudian dilanjutkan dengan

proses conjoint . Pendapat setiap responden ini disebut sebagai utility yang dinyatakan dengan angka dan menjadi dasar perhitungan conjoint.

4. Melakukan proses conjoint dengan masukan data yang ada

Dari pendapat responden atas sekian stimuli yang telah dikumpulkan dilakukan proses conjoint dengan bantuan perangkat lunak SPSS untuk memprediksi kombinasi atribut produk yang diinginkan responden. Output yang dihasilkan dari proses analisis conjoint berupa nilai kegunaan (utility) dan nilai kepentingan (importance values). Nilai keguanaan utility merupakan nilai yang menunjukkan kecenderungan pemilihan konsumen terhadap kombinasi stimuli yang disukai. Nilai kepentingan (importance values) merupakan nilai yang menunjukkan atribut produk yang paling penting sehingga mendasari konsumen untuk membeli keripik ubi jalar.

5. Uji Keakuratan

Dari hasil conjoint yakni untuk mengukur tingkat ketepatan prediksi dari hasil analisis dimana hasil conjoint tidak berbeda jauh dengan pendapat responden yang sebenarnya. Tingkat uji keakuratan dicerminkan dengan adanya korelasi yang tinggi dan siginifikan antara hasil estimasi dengan aktual. Sementara itu untuk menguji hasil conjoint dilakukan dengan sejumlah holdout sample sebagai penguji hasil apakah proses conjoint yang menggunakan sampel tersebut bisa selaras jika digunakan pada populasi.

Asumsi pada analisis conjoint berbeda dengan analisis multivariat lainnya, proses conjoint tidak membutuhkan uji asumsi seperti normalitas, homoskedastisitas, dan lainnya (Santoso, 2012).

Dalam pemasaran, analisis conjoint merupakan teknik yang sangat baik untuk menjawab dua pertanyaan. Pertama, bagaimana tingkat kepentingan sekumpulan atribut merek. Kedua, dalam pengembangan produk baru, model produk mana yang paling disukai konsumen. Analisis conjoint tergolong metode tidak langsung (indirect methode). Kesimpulan diambil berdasarkan respons subjek terhadap perubahan sejumlah atribut. Karena itu, perlu dipastikan terlebih dahulu apa saja atribut suatu produk atau merek (Simamora, 2005).

2.3 Penelitian Terdahulu

Ester Septiani Pasaribu (2015), dengan judul skripsi “Analisis Conjoint terhadap Preferensi Konsumen Pada Buah Durian (Durio zibethinus Murr.) di Kota

Medan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen memilih buah durian

dengan spesifikasi bobot buah 3-5 kg, bentuk buah bulat telur, warna kulit buah hijau kekuningan, warna daging buah kuning tua/tembaga, tekstur daging buah pulen (lembut dan kering), cita rasa manis legit, dan aroma sedang. Urutan atribut buah durian yang dianggap penting oleh konsumen yaitu pertama cita rasa (23,204 %), warna daging buah (18,208 %), tekstur daging buah (16,208 %), bentuk buah (13,583 %), warna kulit buah (12,530 %), bobot buah (10,635 %),

serta aroma (5,739 %). Nilai korelasi Pearson’s dan Kendall’s Tau 0,000 (<0,05)

interpretasinya adalah adanya hubungan yang kuat antara preferensi estimasi dan preferensi aktual, atau ada predictive accuracy yang tinggi pada proses conjoint.

Adiyoga dan Nurmalinda (2012) meneliti tentang “Analisis conjoint preferensi konsumen terhadap atribut produk kentang, bawang merah, dan cabai”. Penelitian ini diarahkan untuk menghimpun informasi menyangkut preferensi konsumen atau optimalisasi utilitas atribut produk untuk komoditas prioritas/unggulan

sayuran (kentang, bawang merah, dan cabai merah). Atribut yang diamati mencakup atribut eksternal, internal, dan organoleptik. Preferensi diidentifikasi menggunakan analisis konjoin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen mengekspresikan preferensinya terhadap kentang yang berukuran 6 – 8 butir/kg, berkulit mulus dan memiliki jumlah mata sedikit (>10). Sedangkan bawang merah yang disukai oleh konsumen ialah bawang merah dengan diameter umbi 2,5 cm, berwarna kulit merah-ungu tua, dan beraroma tidak menyengat. Sementara itu, konsumen lebih menyukai cabai merah yang besar, kulit berwarna merah terang, dan memiliki kepedasan agak pedas.

2.4 Kerangka Pemikiran

Dalam membuat keputusan pembelian keripik ubi jalar, konsumen dihadapkan pada sikap pemilihan/preferensi terhadap produk yang akan dibeli. Pada keripik ubi jalar melekat karakteristik yang dalam penelitian ini disebut dengan atribut keripik ubi jalar. Atribut yang diidentifikasi mempengaruhi preferensi konsumen yaitu dari segi warna, bentuk, tekstur, ketebalan, rasa, aroma khas, ukuran kemasan, dan desain kemasan.

Preferensi konsumen terhadap keripik ubi jalar ini dianalisis dengan analisis conjoint, yaitu suatu teknik statistik multivariate yang berguna dalam menganalisis preferensi konsumen. Konsumen memilih keripik ubi jalar berdasarkan kombinasi atribut-atribut yang ada pada keripik ubi jalar menurut seleranya.

Selera konsumen inilah yang akan mempengaruhi preferensi konsumen sehingga

Dokumen terkait