• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN MENGGUNAKAN PENGENCER GPR-PRO

Pengencer GPR-PRO diujikan dengan melakukan inseminasi semen segar hasil pengenceran kepada sejumlah kambing betina yang sebelumnya sudah dilakukan sinkronisasi birahi. Dua bulan setelah dilakukan inseminasi, kemudian

dilakukan pemeriksaan kebuntingan. Hasil pemeriksaan

kebuntingan tertera pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Kebuntingan

Perlakuan* Jumlah Akseptor (Sinkronisasi) Bunting (%)

T0 12 3 (25.00%)

T1 12 7 (58.33%)

T2 12 9 (75.00%)

*T0 : stock solution; T1 : stock solution + 0.5% Indigofera sp; T2 stock solution + 1% Indigofera sp

Hasil menunjukkan bahwa semen segar yang diencerkan dengan menggunakan pengencer GPR-PRO (mengandung 0.5% dan 1% Indigofera sp.) menghasilkan persentase kebuntingan yang lebih tinggi. Terjadinya kebuntingan pada kambing betina yang dikawinkan secara IB tidak terlepas dari kualitas semen yang dipergunakan untuk inseminasi, terutama motilitas spermatozoa saat semen akan diinseminasikan. Semen kambing yang diencerkan dengan pengencer GPR-PRO dengan penambahan Indigofera sp. 0.5 dan 1% ternyata mempunyai kemampuan membuahi yang lebih baik dibandingkan dengan

pengencer yang tidak ditambah dengan Indigofera sp.

Kandungan karbohitrat (fruktosa) pada Indigofera sp. dapat menghasilkan ATP atau sebagai sumber energy dan pada sel spermatozoa yang berfungsi mengaktifkan fibril-fibril pada bagian ekor untuk pergerakan, sehingga semen yang diencerkan dengan pengencer T0 mengakibatkan motilitas menjadi

44 menurun dan keberhasilan kebuntingannya lebih rendah daripada semen yang diencerkan menggunakan GPR-PRO.

45 DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, L. and Suharlina. 2010. Herbage yield and quality of two vegetative parts of Indigofera at different time of first regrowth defoliation. Media Peternakan. 33:44 – 49. Abdullah L. 2010. Herbage production and quality of shrub Indigofera treated by different concentration foliar fertilizer. Media Peternakan. 33(3): 169 – 175

Adipu. Y., H. Sinjal dan J. Watung. 2011. Ratio pengenceran spermatozoa terhadap motilitas spermatozoa, fertilitas dan daya tetas ikan Lele (Clarias sp.). Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis. 7 (1): 48 – 55.

Afiati, A., Herdis dan S. Said, 2013. Pembibitan Ternak dengan Inseminasi Buatan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Aini, K., S. Suharyati dan M. Hartono. 2014. Pengaruh jarak

straw dengan nitrogen cair pada proses pre freezing

terhadap kualitas semen beku sapi Limousin. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 2 (3): 62 – 70.

Arifiantini, R. I., B. Purwantara and M. Riyadhi. 2010. Occurrence of sperm abnormality of beef cattle at several Artificial Insemination Centers in Indonesia. Animal Production, 12 (1): 44 – 49.

Arsiwan, T. Saili, L. O. Baa dan S. Rahadi. 2014. Membran

plasma utuh spermatozoa epididymis kambing

Peranakan Etawa dalam natrium klorida dengan konsentrasi berbeda. Jurnal Ilmu dan Peternakan Tropis. 1(1): 79 – 87.

Azzahra, F. Y., E. T. Setiatin dan D. Samsudewa. 2016. Evaluasi motilitas dan persentase hidup semen segar sapi PO kebumen pejantan muda. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 11 (2): 99 – 107.

46 Balai Inseminasi Buatan Ungaran. 2005. Petunjuk Teknis Pembuatan Semen Beku Kambing Peranakan Ettawa. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah, Ungaran. Bebas, W., G. L. Buyona dan M. K. Budiasa. 2016. Penambahan

vitamin E pada pengencer BTS® terhadap daya hidup dan motilitas spermatozoa babi Landrace pada

penyimpanan 15oC. Buletin Veteriner Udayana. 8 (1): 1

– 7.

Cahyadi, T. R. T., M. Christiyanto dan E. T. Setiatin. 2016. Persentase hidup dan abnormalitas sel spermatozoa kambing Peranakan Etawah (PE) dengan pakan yang disuplementasi daun binahong (Anredera cordifolia (Ten. Steenis)). Animal and Agriculture Journal. 5 (3): 23 – 32.

Cahyani, P., Y. S. Ondho dan D. Samsudewa. 2020. Pengaruh tarum (Indigofera zollingeriana) dalam pengencer semen terhadap viabilitas dan tudung akrosom utuh pada spermatozoa kambing Peranakan Etawah. Jurnal Sain Peternakan. (In Press)

Danang, D. R., N. Isnaini dan P. Trisunuwati. 2012. Pengaruh lama simpan semen terhadap kualitas spermatozoa Ayam

Kampung dalam pengencer Ringer’s pada suhu 4oC. J.

Ternak Tropika. 13 (1): 47 – 57.

Effendy, F. I., S. Wahjuningsih dan M. N. Ihsan. 2015. Pengaruh pengencer tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi sari kulit Manggis (Garcinia

mangostana) terhadap kualitas semen sapi Limousin

selama penyimpanan suhu dingin 50ºC. Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan. 25 (3): 69 – 79.

Garner, D. L. dan E. S. E. Hafez. 1993. Spermatozoa and

Seminal Plasma. In; Reproduction in Farm Animals. 6th

Ed. Lea & Febiger, Philadelphia.

Hafez, E. S. E. 1987. Reproduction in Farm Animals. 4th Edition. Lea and Febiger, Philadelphia.

47 Hafsari, N. 2014. Kajian Abnormalitas Primer Spermatozoa pada Beberapa Bangsa Sapi dengan Umur Berbeda Menggunakan Pewarnaan Carbolfuchsin (Williams). Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor (Skripsi).

Hartono, M. 2008. Optimalisasi penambahan vitamin E dalam pengencer sitrat kuning telur untuk mempertahankan kualitas semen kambing Boer. Animal and Agriculture Journal. 33 (1): 11 – 19.

Hastuti, A. W., D. Samsudewa dan E. T. Setiatin. 2020. Pengaruh penambahan Indigofera zollingeriana dalam stock solution terhadap motilitas dan abnormalitas spermatozoa kambing Peranakan Etawa (PE). Jurnal Sain Peternakan (In Press)

Herdiawan I. 2013. Pertumbuhan tanaman pakan ternak leguminosa pohon Indigofera zollingeriana pada berbagai taraf perlakuan cekaman kekeringan. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 18 (4): 258 – 264.

Herdiawan, I. dan R. Krisnan. 2014. Produktivitas dan pemanfaatan tanaman leguminosa pohon Indigofera

zollingeriana pada lahan kering. Wartazoa. 24 (2): 75 –

82.

Herdiawan, I., L. Abdullah dan D. Sopandi. 2014. Status nutrien hijauan Indigofera zollingeriana pada berbagai taraf perlakuan stres kekeringan dan interval pemangkasan. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 19 (2): 91 – 103. Ihsan, M. N. 2011. Penggunaan telur itik sebagai pengencer

semen kambing. Jurnal Ternak Tropika. 12 (1): 10 – 14. Jiyanto. 2011. Motilitas dan Mortalitas Spermatozoa Sapi Bali

yang Diencerkan dengan Pengencer Kuning Telur pada Volume Pengenceran yang Berbeda di BIBD Tuah Sakato Payakumbuh. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Riau (Skripsi).

48 Kurniawan, B. dan W. F. Aryana. 2015. Binahong (Anredera

cordifolia) as inhibitor of Escherichia coli growth. Jurnal

Majority. 4 (4): 100 – 104.

Mas, I. K. G. Y. dan W. D. Prastiwi. 2016. Biometrika Peternakan. Media Inspirasi Semesta, Semarang.

Mumu, M. I. 2009. Viabilitas semen sapi Simental yang dibekukan menggunakan krioprotektan gliserol. Jurnal Agroland. 16 (2): 172 – 179.

Myre, E. and R. Shaw. 2006. The Turbidity Tube: Simple and Accurate Measurement of Turbidity in the Field. Michigan Technology University, Michigan.

Ondho, Y. S., E. T. Setiatin, D. Samsudewa, Sutiyono, A. Suryawijaya and D. A. Lestari. 2019. Optimization of Semen Diluents Using Filtration Technique Enriched with Indigofera sp. Leaf extract. International Journal of Veterinary Science. 8(4): 213 – 217.

Palupi, R., L. Abdullah, D. A. Astuti, dan Sumiati. 2014. Potensi dan pemanfaatan tepung pucuk Indigofera sp. sebagai bahan pakan substitusi bungkil kedelai dalam ransum ayam petelur. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 19 (3): 210 – 219.

Parimal, M. P. and S. S. Anil. 2011. Sperm abnormalities and its treatment. International Journal of Pharmacy. 2 (11): 46 – 49.

Partodihardjo, S. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara, Jakarta.

Pradana, S. B., Y. S. Ondho dan D. Samsudewa. 2016. Penambahan sari kacang hijau pada tris sebagai bahan

pengencer terhadap motilitas, daya hidup dan

abnormalitas spermatozoa Sapi Kebumen. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 11 (2):134 – 140.

Pramono, E. dan T.R. Tagama. 2008. Pengaruh penambahan adenosin triphosphat ke dalam pengencer semen

49 terhadap kualias spermatozoa domba ekor gemuk. Animal Production. 10 (3): 151–156.

Pubiandara, S., S. Suharyati dan M. Hartono. 2016. Pengaruh penambahan dosis rafinosa dalam pengencer sitrat kuning telur terhadap motilitas, persentase hidup dan abnormalitas spermatozoa sapi Ongole. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 4 (4): 292 – 299.

Puteri, T. H., E. T. Setiatin dan Y. S. Ondho. 2019. Pengaruh Indigofera sp. sebagai suplemen pengencer semen terhadap persentase hidup dan membrane plasma utuh

spermatozoa kambing Pernakan Etawa. Seminar

Nasional Sumber Daya Pertanian Berkelanjutan dalam Mendukung Ketahana dan Keamanan Pangan pada Era Revolusi Industri 4.0. 3 (1): 108 – 113.

Rahardhianto A., N. Abdulgani, dan N. Trisyani. 2012. Pengaruh konsentrasi larutan madu dalam NaCl fisiologis terhadap viabilitas dan motilitas spermatozoa ikan Patin (Pangasius pangasius) selama masa penyimpanan. Jurnal Sains dan Seni. 1 (1): 58 – 63. Ratih, Y. W., P. B. Santosa dan E. Muryani. 2016. Pengaruh

limbah industri batik menggunakan pewarna alami dari desa Wukirsari terhadap viabilitas bakteri tanah. Jurnal Eksergi.13 (2): 7 – 13.

Ridwan. 2009. Pengaruh pengencer semen terhadap

abnormalitas dan daya tahan hidup spermatozoa kambing lokal pada penyimpanan suhu 5ºC. Jurnal Agroland. 16 (20): 187 – 192.

Riyadhi, M., R. I. Arifiantini dan B. Purwantara. 2012. Korelasi morfologi abnormalitas primer spermatozoa terhadap umur pada beberapa bangsa sapi potong. Jurnal Veteriner. 19 (2): 79 – 85.

Rizal, M. 2006. Pengaruh penambahan laktosa di dalam pengencer tris terhadap kualitas semen cair domba

50 Garut. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. 31 (1): 224 – 231.

Romadhoni, I., A. Rachmawati dan Suyadi. 2014. Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris

aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang. Jurnal Ilmu-

ilmu Peternakan. 24 (1): 39 – 44.

Rophi, A. H., S. Rahayu dan G. Ciptadi. 2018. The effect of

Morinda citrifolia L. fruit extract supplemented to

deluent tris-egg yolk toward the abnormality of goat’s

spermatozoa after freezing at -80oC. Experiment of Life

Science Journal. 8 (3): 145 – 152.

Salim, M. A., T. Susilawati dan S. Wahyuningsih. 2012. Pengaruh metode thawing terhadap kualitas semen beku sapi Bali, sapi Madura dan sapi PO. Agripet. 12 (2): 14 – 19.

Samsudewa, D. dan A. Lukman. 2006. Penggunaan DEEA Gesdect sebagai alternative deteksi kebuntingan ternak. Materi Bahan Deteksi Kebuntingan Ternak "DEEA

GestDect" Di Perusahaan Susu Sapi Charisma

Tulungagung, Jawa Timur 11 Januari 2006.

Documentasi Jurusan Produksi Ternak Fakultas

Peternakan Universitas Diponegoro. (Unpublished). Samsudewa, D., M. I. S. Wuwuh, dan Y. S. Ondho. 2007.

Pengaruh jumlah spermatozoa per inseminasi terhadap kualitas semen beku semen kambing Peranakan Etawah. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Semarang. 462 – 468.

Setiono, N., S. Suharyati dan P. E. Santosa. 2015. Kualitas semen beku sapi Brahman dengan dosis krioprotektan gliserol yang berbeda dalam bahan pengencer tris sitrat kuning telur. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 3 (2): 61 – 69.

51 Sitepu, S. A. dan A. Putra. 2017. Pengaruh penambahan minyak atsiri kulit Jeruk Manis pada pengencer tris kuning telur terhadap kualitas semen post-thawing Sapi Simmental. Jurnal Peternakan Indonesia. 19 (3): 149 – 155.

Srianto, P. 2016. Uji mutu semen beku kambing Peranakan Ettawa (PE) dalam tiga macam pengencer yang berbeda dengan pemeriksaan water incubator. Jurnal Veterinaria Medika. 6 (2): 157 – 160.

Standar Nasional Indonesia. 2014. Semen Beku Bagian 3 Kambing dan Domba SNI 4869.3: 2014. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Suharlina. 2012. Manfaat Indigofera sp. dalam bidang pertanian dan industri. Jurnal Pastura. 2 (1): 30 – 33.

Susilawati, T. 2011. Spermatologi. Universitas Brawijaya Press, Malang.

Susilowati, S. 2010. Efek waktu sentrifugasi terhadap motilitas, daya hidup dan tudung akrosom spermatozoa kambing. Jurnal Veterinaria Medika. 3 (1): 61 – 64.

Syauqy, A. 2014. Evaluasi kromatin spermatozoa sebagai indikator kualitas spermatozoa. Majalah Kedokteran Sriwijaya. 46 (3): 236 – 242.

Tambing. S. N., M. R. Toelihere, T. L. Yusuf dan I. K.Sutama. 2000. Pengaruh gliserol dalam pengencer tris terhadap kualitas semen beku kambing Peranakan Etawah. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 5 (2): 1 – 8.

Tethool, A. N., A. R. Ollong dan J. F. Koibur. 2017. Kualitas mikroskopik spermatozoa ayam kampung (Gallus

gallus) setelah pemberian sari Buah Merah (Pandanus conoideus lam). Prosiding Seminar Nasional Peternakan.

Makassar, 18 September 2017. Universitas Hasanuddin, Makassar. Hal. 77 – 44.

52 Tjelele, T. J. 2006. Dry matter production, intake and nutrive value of certain Indigofera species. Pretoria (ZA). University of Pretoria.

Toelihere, M. R. 1981. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa, Bandung.

Wahyuningsih, A., D. Mulyadi dan Sugiyatno. 2013. Pengaruh umur pejantan dan frekuensi penampungan terhadap volume dan motilitas semen segar Sapi Simental di Balai Inseminasi Buatan Lembang. Jurnal Ilmu Peternakan. 1 (3): 947 – 953.

Yumte, K., B. Wantouw dan E. D. Queljoe. 2013. Perbedaan motilitas spermatozoa sapi jantan (Fresian Holstein) setelah pemberian cairan kristaloid-ringer laktat. Jurnal E-Biomedik. 1 (1): 184 – 189.

Zulkarnain, Sutiyono dan E. T. Setiatin. 2015. Pemanfaatan ekstrak hipotalamus kambing sebagai upaya optimalisasi kesuburan kambing Kejobong betina. Jurnal Veteriner September 16 (3): 343 – 350.

53 INDEKS Abnormalitas 9, 10, 13, 14, 28, 29, 33, 34, 35, 40, 41, 46, 47, 48, 49 Abnormalitas Mayor 10 Abnormalitas Minor 10 Abnormalitas Primer 10, 13, 29, 34, 35, 40, 49 Abnormalitas Sekunder 10, 13, 29, 35 Abnormalitas Sekunder 35 Agronomis 2 Akrosin 13 Alkaloid 2, 37, 39 Ampulla 4, 6 Antibiotik 2, 16, 20, 22, 39 Antioksidan 2, 32, 33, 34, 37, 38, 39, 42 Betina Akseptor 7, 20 Buffer 14, 15, 20 Bulbouretralis 14 Carbohydrate Glycosides 2, 37, 39 Cold Shock 8, 9, 14, 15, 17 Corona Penetrating Enzyme

13 Dehidrasi 35 Desinfektan 8 Difusi 28, 30 Ejakulasi 10, 29, 31, 35 Ejakulasi 8 Electro Ejaculator 8 Eosin Negrosin 10 Estrogen 5 False Mounting 8 Feromon 4 Fertilisasi 11, 12, 40 Fertilitas 10, 15, 31, 45 Fertilitas 11 Filtrasi 18, 19, 22, 24, 25, 27, 29 Flavanoid 2, 33, 34, 38 Folikel De Graaf 5 Fosfolipase 14 Gerak Massa 9 GPR-PRO19, 21, 22, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 43 Heat Shock 8 Hialuronidase 12 Hipoosmotic Swelling 12 Hypertonic 15, 31 Indospicine 2, 39 Inseminasi 7, 23, 45, 46, 52 Kelenjar Ascessoris 3 Kriopreservasi 14 Lesitin 14, 15 Leusin 30 Libidonya 8 Lipoprotein 14, 15, 36 Luteinezing Hormone 3 Massage 8 Maturasi 4

Membran Plasma Utuh 12, 38, 39

Mikroba 8, 12

Monogastrik 2

Motilitas 9, 11, 14, 15, 20, 23, 26, 30, 31, 33, 37, 41,

54 43, 45, 46, 47, 48, 49, 51, 52 Nutrien 30 Pantom 8 Peroksidasi Lipid 31, 32, 34, 35, 38, 39

Post Thawing Motility 9

Prefreezing 17 Prenulum Prepution 8 Progresif 9, 11, 15, 36 Protoplasmic Droplet 4 Reaksi Peroksidasi 33, 34 Saponin 2, 32, 37, 39 Sel Gamet 3 Sel Interstitial 3 Sel Leydig 3 Sel Sertoli 3

Sel Tubuli Seminiferi 3

Semen Beku 7, 8, 9, 14, 16, 18, 45, 50, 51 Spermin 4 Steroid 2, 37, 39 Stock Solution 14, 21, 22, 32, 33, 34, 41, 43, 47 Suspensi 18, 24, 25, 26, 28, 29 Tanin 2 Tekanan Osmotik 11, 15, 20, 31, 33, 34, 37 Terpeniod 2, 37, 39 Testosterone 3 Theca Interna 5 Tudung Akrosom 12, 40 Turbiditas 19, 24, 25, 26 Vagina Buatan 8 Vaselin 8 VFA 2 Viabilitas 11, 27, 36, 48 Zona Pellusida 13

55 GLOSSARIUM

Agronomis : Ilmu teknologi untuk memanfaatkan

tumbuhan untuk bahan pangan, bahan bakar dan aplikasi lingkungan.

Akrosin : Enzim protease yang dapat

menghancurkan glikoprotein yang

terdapat di zona pellusida.

Alkaloid : Sebuah golongan senyawa basa nitrogen

heterosiklik yang terdapat pada

tumbuhan.

Betina akseptor : Betina yang digunakan sebagai

penerima semen dalam proses

inseminasi buatan.

Bulbouretralis : Kelenjar Cowper; berfungsi untuk

menghasilkan cairan saat ejakulasi.

Carbohydrate glycosides

: Zat kompleks mengandung gula yang ada pada tumbuhan.

Cold shock : Cekaman suhu dingin secara tiba-tiba saat proses pembekuan semen yang dapat merusak struktur membrane sel sperma.

Dehidrasi : Kondisi sel yang terlalu banyak

kehilangan cairan.

Desinfektan : Bahan yang digunakan sebagai

pencegah infeksi atau pencemaran mikroba.

Difusi : Peristiwa berpindahnya suatu zat dalam

pelarut dari bahan yang berkonsentrasi tinggi ke bahan yang berkonsentrasi rendah.

Dummy : Boneka peraga.

Ejakulasi : Peristiwa pengeluaran sperma dari organ

reproduksi jantan.

Electro ejaculator

: Alat yang digunakan sebagai pemacu ejakulasi dengan menggunakan aliran

56 listrik.

Estrogen : Sekelompok senyawa steroid yang berfungsi terutama sebagai hormon reproduksi betina.

Eosin-nigrosin : Zat berwarna merah yang dihasilkan

dari aksi Brom pada Fluorescein, biasanya digunakan untuk melakukan uji mikroskopis sel.

False mounting : Mendekatkan dan membiarkan pejantan

menaiki teaser tanpa melakukan

ejakulasi selama waktu tertentu.

Feromon : Sejenis zat kimia yang berfungsi untuk

merangsang dan memiliki daya pikat seksual pada jantan maupun betina.

Fertilisasi : Proses pembuahan; bertemunya sel

sperma dengan sel ovum.

Filtrasi : Metode pemisahan fisik yang dipakai

untu memisahkan antara larutan dengan padatan yang memiliki ukuran tertentu.

Flavonoid : Senyawa bioaktif serupa dengan

antioksidan yang banyak ditemukan di tumbuhan.

Folikel De Graaf

: Folikel yang telah matang dan siap mengalami ovulasi.

Fosfolipase : Enzim yang menghidrolisis fosfolipid

menjadi asam lemak dan zat lipofilik lainnya.

Gerak massa : Pergerakan segerombolan spermatozoa

pada semen segar yang belum

diencerkan dan membentuk seperti gelombang.

Heat shock : Cekaman suhu dingin secara tiba-tiba saat proses pengenceran atau thawing semen beku yang dapat merusak struktur membrane sel sperma.

Hialuronidase : Keluarga enzim yang mengkatalisasi

57

Hypoosmotic swelling

: Suatu metode pengujian membrane plasma utuh.

Hypertonic : Larutan yang mempunyai konsentrasi

terlarut tinggi.

Indospicine : Asam amino non-protein yang hampir

sama dengan arginin yang banyak diketemukan pada bagian biji dan daun dari tanaman I. spicata, I. hirsute, I.

linifolia dan I. endecaphylla, sedangkan

pada species Indigofera yang lain dilaporkan hanya sedikit dan tidak berpotensi menyebabkan keracunan dan penurunan palatabilitas.

Kelenjar

Ascessoris

: Pelengkap organ reproduksi jantan yang sekresinya berupa cairan dan merupakan bagian terbesar dari semen yang

mengandung banyak karbohidrat,

protein, asam-asam amino, beberapa enzim, vitamin yang larut dalam air, beberapa mineral dan asam sitrat serta bahan-bahan organik lainnya, terdiri dari

Vesikula Seminalis, Prostat dan

Cowper.

Kriopreservasi : Teknik penyimpanan sel hewan,

tumbuhan ataupun materi genetika lain (termasuk semen) dalam keadaan beku.

Lesitin : Turunan dari senyawa lipida, termasuk

dalam lemak majemuk, disebut juga

dengan fosfatidilkolin, karena

mengandung gugus fosfat dan kolin; dikenal juga dengan emulsifier, karena berfungsi untuk mempertahankan emulsi ikatan air dan minyak atau lemak, dan banyak dimanfaatkan sebagai emulgator pada industri makanan.

Leusin : Asam amino rantai cabang yang

58 yang sangat penting untuk sintesis protein dan perbaikan otot.

Libido : keinginan seksual yang timbul dari

energi psikis dan emosional dan

berkaitan dengan insting untuk

bereproduksi.

Lipoprotein : Struktur biokimia yang berisi protein

dan lemak, yang terikat pada protein,

yang memungkinkan lemak untuk

bergerak melalui air pada bagian dalam dan di luar sel.

Luteinezing Hormone

: Hormon yang diproduksi oleh sel

gonadotropik di kelenjar hipofisis

anterior, berfungsi untuk memicu

ovulasi dan perkembangan corpus

luteum.

Maturasi : Proses menjadi dewasa (matang)

Membran plasma utuh

: Tingkat keutuhan membrane plasma.

Mikroba : Organisme hidup yang berukuran sangat

kecil dan hanya bisa diamati dengan bantuan mikroskop.

Monogastrik : Organisme dengan perut yang sederhana

dan bilik tunggal pada sistem

pencernaannya.

Nutrien : Unsur atau senyawa kimia yang

digunakan untuk metabolisme atau fisiologi organisme.

Peroksidasi lipid

: Degragasi oksidatif pada lipid; reaksi yang terjadi antara radikal bebas dengan asam lemak tak jenuh jamak yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap.

Post thawing motility

: Pergerakan spermatozoa dari semen beku setelah dilakukan pencairan.

Prenulum prepution

: Bagian ujung pembungkus penis pada ternak jantan

59

Saponin : Senyawa berupa glikosida amfipatik

yang berasal dari tumbuhan.

Sel Gamet : Sel yang dihasilkan oleh organ

reproduksi baik jantan maupun betina yang berfungsi untuk fertilisasi dan bersifat haploid

Sel Interstitial : Sel-sel yang terdapat didalam testis yang

berfungsi untuk menunjang proses spermatogenesis

Semen : Kumpulan dari spermatozoa yang keluar

bersama cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar aksesoris pada organ reproduksi jantan.

Semen beku : Semen yang telah pengalami proses

pembekuan.

Spermin : Bau khas yang terdapat pada sperma

yang disekresi oleh kelenjar Prostat; poliamin yang terlibat dalam regulasi pertumbuhan sel, regenerasi jaringan, dan modulasi inflamasi.

Steroid : Senyawa organic lemak sterol yang

tidak terhidrolisis; didapatkan dari hasil reaksi penurunan dari terpena atau skualena.

Suspensi : Campuran fluida yang mengandung

partikel padat.

Tanin : Senyawa polifenol yang berasal dari

tumbuhan yang dapat bereaksi dengan menggumpalkan protein pada senyawa organic.

Terpenoid : Hidrokarbon yang dapat dihasilkan oleh

tumbuhan maupun serangga; biasanya terkandung pada getah dan vakuola sel.

Testoterone : Hormon reproduksi pada jantan yang dihasilkan secara alami oleh testis.

Theca Interna : Sel yang berada dalam folikel dan berperan dalam mensekresikan hormon

60 estrogen.

Vaselin : Pelumas yang berasal dari petroleum.

Zona pellusida : Lapisan yang terdapat dalam sel ovum

yang berfungsi untuk menyeleksi

61

Dokumen terkait