• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat kecerdasan emosi pada remaja awal pondok pesantren Ar-

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Tingkat kecerdasan emosi pada remaja awal pondok pesantren Ar-

Ar-rahmah Lumajang

Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau biasa yang di sebut EQ sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan (Yulisubandi, 2009).

Emosi menurut Goleman 2000 merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi terkadang dibangkitkan oleh motivasi, sehingga antara emosi dan motivasi terjadi hubungan interaktif. Emosi dapat mengaktifkan atau mengarahkan perilaku dengan cara yang sama seperti yang dilakukan motif biologis dan motif psikologis. Sebagian besar perilaku yang termotivasi mempunyai iringan efektif atau emosional, meskipun dalam usaha mencapai tujuan mungkin seseorang terlalu asik memusakan diri pada perasaannya saat itu.

Dari analisis deskriptif hasil data menunjukkan bahwa santriwati remaja awal pondok pesantren Ar-Rahmah Lumajang memeiliki kecerdasan emosi yang cukup baik, hal tersebut dibuktikan dari hasil grafik digram batang yang menunjukkan bahwa besar Santriwati remaja awal pondok pesanten Ar-Rahmah dapat diketahui bahwa sebagian besar Santriwati remaja awal pondok pesanten Ar-Rahmah Memiliki tingkat sedang mengenai kecerdasan emosi mereka.

Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil skor tingkat sedang sebesar 70% dengan jumlah frekwensi 56 subjek. Santriwati yang memiliki tingkat tinggi untuk kecerdasan emosi sebesar 27,5% dengan frekwensi 22 sujek. Dan santriwati yang memiliki tingkat kecerdasan emosi tingkat rendah sebesar 2,5% dengan frekwensi 2 subjek. Berdasarkan tabel tingkat prosentase umur dapat diketahui bahwa sebagian besar Santriwati remaja awal pondok

pesantren Ar-Rahmah yang memiliki tingkat Tinggi pada kecerdasan emosi berada pada umur 14. Hal tersebut ditunjukkan dengan skor hasil tingkat prosentase tinggi sebesar 13,8% Dengan total 11 subjek.. Santriwati remaja awal yang memiliki tingkat sedang pada kecerdasan emosi banyak terdapat pada umur 13.

Hal tersebut ditunjukkan dengan prosentase sebesar 30,0% dengan nilai total 24 subjek. Santriwati Remaja Awal yang memiliki tingkat rendah pada kecerdasan Emosi berada di umur 12 dan 15.

Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Dictionary Psychology mendefinisikan Perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku untuk mencapai kematangan emosi.

Andi (2004) mengatakan masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan dorongandorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Namun demikian kadang-kadang orang masih dapat mengontrol keadaan dirinya sehingga emosi yang dialami tidak tercetus keluar dengan perubahan atau tanda-tanda perilaku tersebut. hal ini berkaitan dengan

pendapat yang dikemukakan oleh Ekman dan Friesen yang dikenal dengan display rules, yaitu masking, modulation, dan simulation. Walgito (2004)

Lebih dari 50% sampel dalam penelitian ini memiliki kecerdasan emosi sedang, artinya sebagian besar subjek memiliki tingkat kemampuan sedang dapat mengaktifkan atau mengarahkan perilaku dengan cara yang sama seperti yang dilakukan motif biologis dan motif psikologis. Sebagian besar perilaku yang termotivasi mempunyai iringan efektif atau emosional. Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat Mayers (2001) dalam farkhaeni, 2011. dengan pendapatkKecerdasan emosional adalah bagian dari kecerdasan sosial yang mencakup kemampuan untuk mengatur perasaan-perasaan dan emosi-emosi diri sendiri dan orang lain, membedakan antara keduanya, dan menggunakan informasi ini untuk memandu pikiran dan tindakan seseorang.

Kecerdasan emosional menunjukkan kepada kemampuan untuk mengenali maksud dari emosi dan hubungannya, mempertimbangkan, dan memecahkan masalah yang menjadi dasar emosi tersebut. Walgito (2004) mengemukakan tentang faktoryang mempengaruhi kecerdasan emosi adalah factor internal yang Faktor internal yang berasal dari sumber segi psikologis, segi psikologis yang didalamnya mencakup pengalaman perasaan kemampuan berfikir, motivasi. Serta dari factor eksternal yang didalamnya mencakup lingkungan atau situasi khususnya yang melatar belaCkangi merupakan kebulatan yang sangat sulit dipisahkan.

Hasil lain yang ditemukan dalam analisis deskriptif dalam penelitian ini selanjutnya Santriwati yang memiliki tingkat tinggi untuk kecerdasan emosi sebesar 27,5% dengan frekwensi 22 sujek. sujek hal ini sesuai dengan ungkapan Goleman (2002) Emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi terkadang dibangkitkan oleh motivasi, sehingga antara emosi dan motivasi terjadi hubungan interaktif. Emosi dapat mengaktifkan atau mengarahkan perilaku dengan cara yang sama seperti yang dilakukan motif biologis dan motif psikologis. Sebagian besar perilaku yang termotivasi mempunyai iringan efektif atau emosional, meskipun dalam usaaha mencapai tujuan mungkin seseorang terlalu asik memusakan diri pada perasaannya saat itu.

Hal ini senada dengan Salovey dan Mayer (Yulisubandi, 2009) mendefinisikan kecerdasan emosional atau biasa yang di sebut EQ sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan. Denggan faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional yang diungkapkan oleh Walgito (2004) yang didalamnya terdapat dua faktor Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang mempengaruhi kecerdasan emosinya. faktor internal ini memiliki dua sumber yaitu segi jasmani dan segi psikologis. Segi jasmani adalah faktor fisik dan

kesehatan individu, apabila fisik dan kesehatan seseorang dapat terganggu dapat dimungkinkan mempengaruhi proses kecerdasan emosinya.

Segi psikologis mencakup didalamnya pengalaman, persaan, kemampuan berfikir dan motivas. Danfaktor Eksternal yang didalamnya meliputi 1) stimulus itu sendiri, kejenuhan stimulus merupakan salah satu faktor yang mempengarhi keberhasilan seseorang dalam memperlakukan kecerdasan emosi tanpa distorsi, 2) lingkungan atau situasi khususnya yang melatar belakangi merupakan kebulatan yang sangat sulit dipisahkan.

Dokumen terkait