• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK / LOKASI PRAKTIK KERJA

D. Tingkat Pendidikan dan Jumlah Pegawai

1. Jumlah pegawai pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia Adapun jumlah pegawai yang terdapat di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia adalah berjumlah 97 orang yang terdiri dari :

TABEL 1

JUMLAH PEGAWAI KPP PRATAMA MEDAN POLONIA Kepala Kantor 1 orang

Kepala Seksi 10 orang Supervisor 3 orang

Account Representative 20 orang Pemeriksa Pajak 11 orang Pelaksana 52 orang Jumlah Keseluruhan Pegawai 97 orang

Tabel 1 : Data dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia 2. Penggolongan Pegawai menurut Tingkat Pendidikan

Menurut tingkat pendidikan, pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia digolongkan sebagai berikut.

TABEL 2

TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH PEGAWAI KPP PRATAMA MEDAN POLONIA Tingkat Pendidikan S2 5 orang Tingkat Pendidikan S1 31 orang Tingkat Pendidikan D4 1 orang Tingkat Pendidikan D3 25 orang Tingkat Pendidikan D1 24 orang Tingkat Pendidikan SMA 11 orang Jumlah Keseluruhan Pegawai 97 orang

BAB III

GAMBARAN DATA PROSEDUR PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI

A. URAIAN TEORITIS

1. PENGERTIAN PROSEDUR

Prosedur adalah tata cara kerja atau cara menjalankan suatu pekerjaan atau prosedur juga dapat diartikan sebagai suatu susunan yang teratur dari kegiatan yang berhubungan satu sama lainnya dan prosedur-prosedur yang berkaitan melaksanakan dan memudahkan kegiatan utama dari suatu organisasi. Jadi prosedur dapat diartikan sebagai suatu sistem yang saling berhubungan yang pelaksanaannya berupa beberapa tahapan yang harus dijalankan satu pesatu atau dengan suatu pola agar dapat memudahkan suatu kegiatan dan dapat dikontrol dengan baik.

2. PENGERTIAN LEBIH BAYAR

Lebih bayar dapat diartikan sebagai kelebihan pembayaran dari yang seharusnya dibayar. Atau dapat juga diartikan sebagai kelebihan yang terjadi karena besarnya nominal yang dibayar lebih besar dari yang seharusnya dibayar, maka dari itu terdapat kelebihan.

3. PENGERTIAN PAJAK PANGHASILAN LEBIH BAYAR

Pajak Penghasilan lebih bayar adalah pajak penghasilan yang disetorkan dikurangi dengan pajak terutang yang kemudian jumlahnya menjadi lebih besar pajak yang disetorkan dari pada pajak yang terutang. Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain adalah karena angsuran pajak terutang berdasarkan jumlah pajak tahun lalu dibagi 12. Jadi dengan berkurangnya pajak terutang maka dapat mmenyebabkan kelebihan pembayaran.

Kelebihan bayar juga dapat terjadi karena besar pajak yang dipotong atau dipungut lebih besar dari pajak yang terutang. Atau dapat juga terjadi karena kesalahan pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak pemotong atau pemungut.

4. PENGERTIAN PROSEDUR PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PRANG PRIBADI

Prosedur pengembalian kelebihan pembayaran pajak penghasilan orang pribadi adalah tata cara kerja atau tahapan-tahapan untuk meminta jumlah kelebihan pembayaran pajak pribadi yang telah dibayarkan. Dalam hal ini wajib pajak orang pribadi membayar kewajiban perpajakannya lebih besar dari pada jumlah pajak yang seharusnya terutang.

Hal tersebut dapat terjadi karena adanya angsuran pajak yang setelah dijumlahkan terjadi kelebihan bayar, atau dapat juga terjadi karena adanya kesalahan memotong atau memungut pajak terutang oleh pemotong atau pemungut. Jadi prosedur pengembalian kelebihan pembayaran pajak adalah suatu

sistem atau tahapan yang harus dijalankan untuk mmeminta jumlah lebih bayar dari kelebihan pembayaran pajak penghasilan orang pribadi.

B. DASAR HUKUM

Dasar hukum tentang prosedur pengembalian kelebihan pembayaran pajak penghasilan orang pribadi adalah sebagai berikut :

1.Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan Pasal 11 tentang perhitungan utang terhadap wajib pajak yang megajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran.

2. Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan Pasal 17 tentang Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.

3. Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan Pasal 17A tentang penerbitan Surat Ketetapan Pajak Nihil setelah dilakukan pemeriksaan.

4. Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan Pasal 17B tentang pengembalian pendahuluan.

5. Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan Pasal 17C dan Pasal 17D tentang syarat-syarat pengembalian pendahuluan atas surat permohonan pengembalian kelebihan pembayaran.

6. Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan Pasal 17E tentang orang pribadi yang bukan wajib pajak dalam negeri.

7. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 192/PMK.03/2007Tentang Tata Cara Penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria

Tertentu Dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak.

8.Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 193/PMK.03/2007 tentang batasan jumlah peredaran usaha, jumlah penyerahan, dan jumlah lebih bayar bagi wajib pajak yang memenuhi persyaratan tertentu yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak.

9. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 16/PMK.03/2011 tentang tata cara penghitungan dan pengembalian kelebihan pembayaran pajak. 10. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-40/PJ/2009 tentang tata cara

pengembalian pendahuluan kelebihan pajak bagi wajib pajak yang memenuhi persyaratan tertentu.

11.Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 7/PJ/2011 tentang tata cara pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

12.Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE – 2/PJ./2008 tentang tata cara penetapan wajib pajak kriteria tertentu.

13.Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 22/PJ/2011 tentang petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-7/PJ/2011 tentang tata cara pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

14.SOP (Standard Operating Procedure) KPP50-0002 tentang tata cara penyelesaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Lebih Bayar di Kantor Pelayanan Pajak.

15.SOP (Standard Operating Procedure)KPP70-0002 tentang tata cara penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP).

16.SOP (Standard Operating Procedure) KPP70 – 0045 tentang tata cara penyelesaian permohonan pengembalian pendahuluan pajak penghasilan (PPh) untuk wajib pajak patuh.

C. PROSEDUR PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI SESUAI PASAL 17B UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Prosedur pertama adalah prosedur awal wajib paak menyampaikan Surat Pemberitahuan Lebih Bayar (SPTLB) kepada Kantor Pelayanan Pajak. Proses penyelesaian SPTLB sebagai berikut :

1. Wajib Pajak menyampaikan SPT PPh Lebih Bayar beserta lampirannya.

2. Proses pertama kali akan dilakukan pada Seksi Pelayanan dengan SOP Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan Pajak Penghasilan.

3. Setelah SPT Tahunan diterima dan direkam, SPT Tahunan yang tergolong dalam SPT Tahunan Lebih Bayar selanjutnya akan diserahkan kepada Seksi Pemeriksaan untuk diproses dengan SOP Tata Cara Pemeriksaan (SOP Tata Cara Pengajuan Usulan Pemeriksaan, SOP Tata Cara Tata Cara Pengajuan Usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan, SOP Tata Cara Pemeriksaan Kantor Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan, SOP Tata Cara Pemeriksaan Lapangan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan, SOP Tata Cara Penatausahaan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan Nota Penghitungan (Nothit)).

4. Seksi Pemeriksaan kemudian menyerahkan Nota Penghitungan dan LHP sebagai produk dari SOP Tata Cara Pemeriksaan kepada Seksi Pelayanan. 5. Seksi Pelayanan kemudian memproses Nota Penghitungan dan LHP

dengan SOPPenerbitan Surat Ketetapan Pajak.

6. Produk dari SOP Penerbitan Surat Ketetapan Pajak bisa berupa SKPKB, SKPLB, dan SKPN sesuai dengan Nothit dan LHP. Dalam hal produk hukum berupa SKPLB, selanjutnya diproses dengan SOP Tata Cara penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) di Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

7. SKPKB, SKPLB, dan SKPN yang sudah dicetak kemudian akan diproses dengan SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak dan SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP.

8. Proses selesai.

Jangka waktu dari proses tersebut adalah 12(dua belas) bulan sejak diterimanya Surat Pemberitahuan Lebih Bayar (SPTLB) wajib pajak, jika dalam jangka waktu tersebut belum ada keputusan maka dinyatakan diterima.

D. PROSEDUR PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI SESUAI PASAL 17D UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Pasal 17D adalah fasilitas yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk menyelesaikan kelebihan pembayaran pajak dengan prosedur yang lebih

mudah dan dengan waktu yang tidak terlalu lama. Siapa saja yang termasuk sebagai wajib pajak orang pribadi yang dapat menggunakan fasilitas pasal 17D?

Yang dapat menggunakan fasilitas pasal 17D atau disebut dengan pengembalian pendahuluan adalah :

1. Wajib pajak yang jumlah peredaran usahanya tercantum dalam Surat Pemberitahuan Tahunan pajak penghasilan paling banyak sama dengan batasan peredaran usaha yang diperbolehkan menggunakan norma penghitungan neto yaitu Rp. 4,8 Milliyar

2. Jumlah lebih bayar menurut Surat Pemberitahuan Tahunan pajak penghasilan kurang dari Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) ;atau 3. Jumlah lebih bayar menurut Surat Pemberitahuan Tahunan pajak penghasilan paling banyak 0,5% dari jumlah peredaran usahanya.

Berikut ini adalah tata cara penyelesaian permohonan pengembalian pendahuluan pajak penghasilan (PPh) untuk wajib pajak kriteria tertentu :

1. Wajib Pajak kriteria tertentu mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dengan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) atau surat tersendiri melalui Tempat Pelayanan Terpadu (TPT). Penerimaan SPT diproses dengan SOP Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan.

2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima surat permohonan kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya sesuai dengan ketentuan. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya belum lengkap, dimohon kepada

Wajib Pajakuntuk melengkapinya. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya sudahlengkap, Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mencetak BPS dan LPAD. BPSdiserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD

digabungkan dengan surat permohonanbeserta kelengkapannya.PetugasTempat Pelayanan Terpadu kemudian merekamsurat

permohonan dan dilanjutkan dengan meneruskan surat permohonan beserta kelengkapannya ke Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

3. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi menerima dan menugaskan Account Representative untuk melakukan penelitian.

4. Account Representative melakukan penelitian terhadap SPTLB Wajib Pajak kriteria tertentu, serta melakukan konfirmasi atas Kredit Pajak, serta menyusun dan menandatangani Laporan Hasil Penelitian, serta menginput, mencetak, dan memaraf Nothit SKPPKP.

5. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan menandatangani Laporan Penelitian serta memaraf Nothit SKPPKP serta meneruskan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

6. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani Laporan Penelitian serta memaraf Nothit SKPPKPP. Nothit yang sudah ditetapkan kemudian diteruskan ke Seksi Pelayanan.

7. Kepala Seksi Pelayanan menerima Nothit SKPPKP dan Laporan Penelitian, kemudian menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak SKPPKP. 8. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak SKPPKP dan meneruskannya kepada

9. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf SKPPKP dan meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

10. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani SKPPKP 11.dan disampaikan ke Wajib Pajak dengan SOP Tata Cara Penyampaian

Dokumen di KPP.

12.SKPPKP ditatausahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak) dan disampaikan ke Wajib Pajak melalui Subbagian Umum.

13.Pemrosesan atas SKPPKP dilanjutkan ke SOP Tata Cara Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP).

14. Proses selesai.

Paling lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima secara lengkap untuk Pajak Penghasilan, apabila jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi maka KepalaKantor Pelayanan Pajak harus menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Pembayaran Kelebihan Pajak selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah jangka waktu tersebut berakhir (Peraturan Direktur Jenderal Pajak Per-1/PJ./2008 tentang Penetapan Wajib Pajak Dengan dan Prosedur Dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak, Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2))

E. PROSEDUR PENERBITAN SURAT PERINTAH MEMBAYAR KELEBIHAN PAJAK (SPMKP)

Setelah wajib pajak memohon agar kelebihan pembayaran pajaknya dikembalikan maka Direktur Jenderal Pajak mengeluarkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak yang ditujukan untuk Kantor Pelayanan Pajak agar mengembalikan jumlah kelebihan pajaknya. Surat tersebut dikeluarkan setelah dilakukan pemeriksaan dan tidak ada hutang pajak pada Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Pelayanan Pajak lain.

Jika terdapat utang pajaknya, maka secara otomatis kelebihan pembayarannya akan dipotong untuk membayar utang pajaknya baik di Kantor Pelayanan Pajak terkait maupun Kantor Pelayanan Pajak lain. Apabila tidak ada barulah Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak diterbitkan dengan tata cara sebagai berikut :

1. Wajib Pajak menyampaikan permohonan pengembalian pembayaran pajak ke Kantor Pelayanan Pajak melalui Tempat Pelayanan Terpadu.

2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima surat permohonan kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya sesuai dengan ketentuan. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya belum lengkap, dimohon kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya sudah lengkap, Petugas Tempat Pelayanan Terpadu akan mencetak BPS dan LPAD. BPS akan diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD akan digabungkan dengan surat permohonan beserta kelengkapannya. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu kemudian merekam surat permohonan dan dilanjutkan dengan meneruskan surat permohonan beserta kelengkapannya ke Account Representative.

3. Account Representative memproses pengembalian kelebihan pembayaran pajak dalam hal terdapat:

a. Pajak yang lebih dibayar sebagaimana tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang KUP; (SOP Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak)

b. Pajak yang seharusnya tidak terutang sebagaimana tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang KUP; (SOP Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak yang Seharusnya Tidak Terutang)

c. Pajak yang lebih dibayar sebagaimana tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang Undang KUP; (SOP Tata Cara Penyelesaian SPT Tahunan Lebih Bayar)

d. Pajak yang lebih dibayar sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C Undang-Undang KUP; (SOP Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengembalian Pendahuluan Pajak Penghasilan (PPh) untuk Wajib Pajak Patuh dan SOP Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengembalian Pendahuluan PPN untuk Wajib Pajak Kriteria Tertentu Khusus Wajib Pajak Patuh)

e. Pajak yang lebih dibayar sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17D Undang-Undang KUP;

f. Pajak yang lebih dibayar karena diterbitkan Surat Keputusan Keberatan atau Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali dari Mahkamah Agung; (SOP TataCaraPenatausahaan Surat Keputusan Keberatan/Banding / Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi di Seksi Pengawasan dan Konsultasi)

g. Pajak yang lebih dibayar karena diterbitkan Surat Keputusan Pembetulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Undang Undang KUP; (SOP Tata Cara Penatausahaan Surat Keputusan Pembetulan di Seksi Pengawasan dan Konsultasi)

h. Pajak yang lebih dibayar karena diterbitkan Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi atau Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 Undang Undang KUP; (SOP Tata Cara Penatausahaan Surat Keputusan Keberatan/Banding/Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi di Seksi Pengawasan dan Konsultasi)

i. Pajak yang lebih dibayar karena diterbitkan Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak atau Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 Undang Undang KUP; (SOP Tata Cara Penatausahaan SuratKeputusan Keberatan/Banding/Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi di Seksi Pengawasan dan Konsultasi)

j. Jumlah imbalan bunga yang tercantum dalam Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga. (SOP Tata Cara Penerbitan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga)

4. Account Representative meminta informasi utang pajak ke Seksi Penagihan, dalam hal Wajib Pajak yang bersangkutan terdaftar juga di Kantor Pelayanan Pajak lain, Account Representative meminta informasi utang pajak ke Kantor Pelayanan Pajak lokasi Wajib Pajak terdaftar dengan membuat juga surat pengantar untuk kemudian diparaf oleh Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi dan ditandatangani Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

5. Penyelesaian surat konfirmasi tunggakan pajak di Seksi Penagihan atau Kantor Pelayanan Pajak terkait diproses dengan SOP Tata Cara Menjawab Konfirmasi Data Tunggakan Wajib Pajak.

6. Seksi Penagihan atau Kantor Pelayanan Pajak terkait meneruskan jawaban konfirmasi utang pajak kepada Account Representative.

7. Account Representative kemudian meneliti surat jawaban dan data tunggakan pajak yang diterima baik dari Seksi Penagihan atau dari Kantor Pelayanan Pajak lain. Apabila terdapat tunggakan pajak, proses dilanjutkan dengan pemindahbukuan (SOP Tata Cara Pemindahbukuan (Pbk)).

8. Apabila masih terdapat kelebihan pembayaran pajak yang masih tersisa, proses dilanjutkan dengan melengkapi data Nothit SKPKPP, SKPKPP dan SPMKP. Data kemudian diproses oleh case management. Account Representative kemudian mencetak dan memaraf Nothit SKPKPP, kemudian menyampaikannya kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

9. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti, memaraf Nothit SKPKPP, memberikan persetujuan (approve) pada sistem atas penerbitan SKPKPP dan SPMKP, dan menyampaikan Nothit SKPKPP kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

10.Kepala Kantor Pelayanan Pajak memaraf Nota Penghitungan dan memberikan persetujuan (approve) pada sistem atas penerbitan SKPKPP dan SPMKP.

11.Kepala Seksi Pelayanan menerima Nothit SKPKPP dan menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak dokumen hasil persetujuan. SPMKP dibuat dalam rangkap 4 (empat) dengan peruntukan sebagai berikut:

a. Lembar ke-1 dan lembar ke-2 untuk KPPN;

b. Lembar ke-3 untuk Wajib Pajak yang bersangkutan; dan c. Lembar ke-4 untuk KPP yang menerbitkan SPMKP.

12.Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan pencetakan konsep SKPKPP dan SPMKP.

13.Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf SKPKPP dan SPMKP dan menyampaikan konsep tersebut kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

14.Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani SKPKPP dan SPMKP.

15.SKPKPP dan SPMKP ditatausahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak) dan disampaikan ke Wajib Pajak dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP).

16.Proses selesai.

Paling lama 3 (tiga) minggu sejak SKPLB diterbitkan atau 3 (tiga) minggu sejakpermohonan diterima lengkap” (Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-37/PJ/2007 tanggal 14 Agustus 2007 tentang Percepatan Jangka Waktu Penyelesaian Layanan Unggulan Direktorat Jenderal Pajak) .

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI A. DATA PAJAK LEBIH BAYAR

Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia terdapat beberapa wajib pajak orang pribadi yang mengalami lebih bayar. Namun jumlah tersebut hanya sedikit dibandingkan dengan jumlah lebih bayar wajib pajak badan dikarenakan penyebab lebih bayar untuk orang pribadi hanya sedikit, yaitu angsuran pajak yang dibayar lebih banyak dari pajak yang terutang atau terjadi kelebihan pemotongan.

Wajib pajak yang jumlah pajaknya lebih bayar maka dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pajak, prosedur yang ada mempunyai proses yang membutuhkan waktu sangat lama, akan tetapi Direktur Jenderal Pajak telah menyediakan sarana untuk proses yang lebih mudah yaitu menggunakan fasilitas Pasal 17D. Namun wajib pajak belum banyak yang memahami fasilitas tersebut hingga tidak ada satupun wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia yang menggunakan fasilitas tersebut.

Cara mengggunakan fasilitas Pasal 17D adalah dengan memberi tanda silang pada formulir Surat Pemberitahuan (SPT). Tetapi wajib pajak belum mengetahui kegunaannya karena minimnya pengetahuan perpajakan, padahal jika mereka menggunakan fasilitas pengembalian pendahuluan maka hanya dibutuhkan waktu yang lebih sedikit, yakni dalam waktu 3(tiga) bulan setelah surat permohonan disampaikan dan memenuhi persyaratan yang ada maka kelebihan bayarnya dapat dikembalikan.

Dari data keseluruhan wajib pajak orang pribadi yang jumlah pajaknya lebih bayar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia terdapat 46% wajib pajak orang pribadi yang dapat mengajukan permohoanan pengembalian

pendahuluan dari total seluruh wajib pajak yang pajaknya lebih bayar untuk tahun pajak 2010, dan terdapat 30% untuk tahun pajak 2011.

B.ANALISIS PROSEDUR PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK MELALUI PEMERIKSAAN (PASAL 17B)

Prosedur pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak melalui pemeriksaan atau sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 17D memiliki beberapa kelemahan yang membuat wajib pajak merasa kesulitan dalam menghadapi prosedur yang ada. Beberapa kelemahan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses pengembaliannya sangat lama, yaitu memakan waktu satu tahun

2. Banyaknya prosedur yang harus dijalani membuat wajib pajak harus bolak-balik dating ke Kantor Pelayanan Pajak.

3. Banyaknya syarat-syarat atau dokumen yang dibutuhkan dan dilengkapi oleh wajib pajak dalam proses penyelesaian pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

4. Bagi Kantor Pajak, akan lebih efisien jika sumber daya manusia yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak yang lebih bayar diprioritaskan untuk memeriksa kasus wajib pajak yang berisiko tinggi.

C.ANALISIS PROSEDUR PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK MELALUI PENGEMBALIAN PENDAHULUAN (PASAL 17D)

Fasilitas Pasal 17D Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah pengembalian pendahuluan. Fasilitas ini dimaksudkan agar wajib pajak dapat menyelesaikan masalah kelebihan bayarnya dengan prosedur yang lebih mudah dan waktu yang lebih sedikit.

Pengembalian pendahuluan diberikan kepada wajib pajak yang memenuhi kriteria tertentu sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 193/PMK.03/2007 dan telah dipebarui dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 54/PMK.03/2009. Namun banyak wajib pajak pribadi yang belum mengetahui tentang adanya peraturan atau fasilitas pengembalian pendahuluan.

Pengembalian pendahuluan memiliki banyak keuntungan untuk wajib pajak maupun untuk Kantor Pelayanan Pajak, antara lain :

1. Bagi wajib pajak

a. Wajib pajak menghadapi prosedur yang pendek dibandingkan prosedur melalui pemeriksaan.

b. Wajib pajak hanya memerlukan waktu singkat,yakni 3 (tiga) bulan untuk menyelesaikan prosedurnya dan dapat menerima pengmbalian kelebihan pembayarannya.

c. Dokumen yang dibutuhkan juga lebih sedikit disbanding menggunakan pemeriksaan.

a. Sumber daya manusia yang digunakan untuk memeriksa wajib pajak yang lebih bayar akan lebih efektif jika digunakan untuk memeriksa wajib pajak yang beresiko tingggi.

b. Dengan prosedur yang lebih mudah dan lebih cepat maka kepercayaan wajib pajak terhadap peningkatan pelayanan pada Kantor Pelayanan Pajak akan lebih besar.

Oleh karena itu perlu adanya publikasi yang lebih maksimal tentang adanya fasilitas pengembalian pendahuluan bagi wajib pajak dengan kriteria tertentu untuk menggunakan kemudahan tersebut.

D.MASALAH YANG TIMBUL DALAM PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI

Dalam proses pengembalian kelebihan pembayaran pajak penghasilan orang pribadi terdapat beberapa masalah yang sering timbul, masalah tersebut tentu sedikit banyaknya mengganggu proses yang sedang berjalan karena dalam

Dokumen terkait