• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

E. Pembahasan

1. Tingkat Pengambilan Keputusan Karir Siswa Kelas XI dan XII SMAS

SMAS Diponegoro Tumpang

Pengambilan keputusan karir merupakan salah satu langkah yang

diambil oleh setiap individu untuk memilih dan menetapkan pekerjaan

81

untuk diambil, seorang siswa sudah mampu mengenal dan memahami

potensi yang ada pada dirinya.

Hasil analisis perhitungan skor hipotetik menunjukan bahwa siswa

kelas XI dan XII di SMAS Diponegoro Tumpang memiliki tingkat

pengambilan keputusan karir yang sedang. Hal tersebut ditunjukan

dengan hasil kategori sedang sebesar 100 % dengan jumlah frekuensi

166 orang, artinya subjek penelitian yang merupakan siswa kelas XI

dan XII SMAS Diponegoro dalam pengambilan keputusan karir belum

maksimal dan dikatakan masih cukup sulit.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Arjanggi (2017), terhadap 566 remaja SMA yeng

mengungkapkan bahwa remaja dalam mengambil keputusan akan

karirnya berjumlah 184 orang dengan presentase 32,51 % dengan

kategori sedang (masih dikatakan ragu-ragu) dan 100 orang dengan

presentase 17,67 % dalam kategori rendah. Hal ini menandakan bahwa

remaja masih sangat sulit dalam mendapatkan gambaran tentang

proses pengolahan informasi saat pengambilan keputusan. Karena

pengambilan keputusan karir merupakan proses kemampuan remaja

dalam mengolah informasi dalam rangka menentukan keputusan yang

tepat untuk karir mereka (Willlner dkk, 2015).

Individu yang mampu dalam pengambilan keputusan karir yang

baik adalah individu yang mampu mempertimbangkan kemampuannya

82

defenisi karir yang menjadi alternatifnya ketika memilih karir, mampu

melakukan pemilihan. Artinya siswa mulai berfikir tentang tujuan dari

pemilihan karir, serta siswa mampu melakukan klarifikasi terhadap

kenyataan yang diterima dalam hidupnya (Pramudi, 2015).

Apabila mengacu pada penjelasan di atas, maka jumlah subjek

yang dinilai cukup mumpuni dalam pengambilan keputusan karir yang

secara umum dapat dilihat dari meningkatnya kemampuan dalam

eksplorasi karir. Hal ini ditandai dengan tingginya skor hasil penelitian

terhadap kemampuan eksplorasi siswa sebesar 129 orang. Sedangkan

pada kemampuan kristalisasi siswa dikatakan sudah mampu. Hal ini

dibuktikan dengan tingginya skor kemampuan kristalisasi sebesar 111

orang. Namun pada tahap pemilihan alternatif karir, siswa masih

kurang mampu memilih alternatif karir sebesar 118 orang dalam

kategori sedang.

Selanjutnya pada kemampuan klarifikasi, siswa juga masih kurang

mampu. Artinya bahwa ketika siswa dalam kondisi kebingungan,

siswa harus melakukan proses pengulangan dengan mengkaji ulang

dari kemampuannya dalam mengeksplorasi hingga pemilihan. Dari

penjelasan ini dapat diketahui bahwa para siswa belum mampu dalam

pengambilan keputusan karir karena belum maksimalnya kemampuan

83

Ketika siswa dalam pengambilan keputusan karir, akan

memasimalkan kemampuannya sebagaimana menurut Tiedeman dan O’Hara (Sharf, 1992), bahwa kemampuan yang dapat dimaksimalkan dalam pengambilan keputusan karir terbagi menjadi empat yaitu

eksplorasi, kristalisasi, pemilihan dan klarifikasi. Eksplorasi

merupakan kemampuan untuk menjelajahi, mencari adanya

kemungkinan alternative keputusan yang akan diambil oleh siswa.

Dalam kemampuan ini terjadi suatu proses yang ini bertujuan untuk

memilah keputusan apa yang sekiranya dianggap tepat. Selain itu,

proses eksplorasi ini juga bertujuan untuk mempertimbangkan

bagaimana kemampuan siswa dalam menjalani hasil keputusan yang

dibuatnya. Hal ini disebabkan karena kemampuan siswa berbeda-beda.

Sesuai dengan hasil temuan pada penelitian ini bahwa siswa kelas XI

dan XII SMAS Diponegoro Tumpang dalam pengambilan keputusan

karir melalui proses eksplorasi dikatakan cukup baik karena dari 166

siswa yang termasuk dalam kategori tinggi sebesar 129 siswa, kategori

sedang sebesar 37 siswa, sedangkan untuk kategori rendah tidak

ditemukan. Hal ini menandakan bahwa ketika dalam pengambilan

keputusan karir siswa yang berada pada kategori tinggi dapat

memperhitungkan segala alternative yang telah dipilih sebelumnya

sebelum mengambil keputusan, maka siswa dapat menjalani keputusan

yang diambilnya nanti tanpa ada beban dan keraguan begitupun

84

Biasanya pada kemampuan eksplorasi yang dilakukan siswa ketika

melakukan pengambilan keputusan karir tidak terlepas dari ada atau

tidaknya peran bimbingan karir yang diberikan oleh guru BK untuk

membantu para siswa dalam memahami diri mereka apalagi terkait

dengan potensi yang dimiliki sehingga ketika dalam memilih karir

siswa tidak memilih karir diluar kemampuan atau tidak berdasarkan

potensi yang tidak dimilikinya.

Kemampuan pengambilan keputusan karir selanjutnya ialah

kristalisasi. Pada kemampuan ini terjadi suatu proses dimana siswa

mulai menemukan penjelasan atau defenisi karir yang menjadi

alternative pilihan siswa. Siswa juga mulai memiliki keyakinan untuk

menentukan suatu keputusan apalagi terkait dengan karir. Dalam

proses ini para siswa diharapkan dapat mengambil keputusan yang

tepat dan sesuai mengenai pemilihan karir mereka nantinya.

Kemampuan kristalisasi yang dimiliki oleh siswa kelas XI dan XII

SMAS Diponegoro Tumpang ini termasuk dalam kategori tinggi

sebesar 111 siswa, kategori sedang sebesar 32 siswa, sedangkan untuk

kategori rendah sebesar 23 siswa. Hal ini menandakan bahwa cukup

besar jumlah siswa yang mampu mendeskripsikan dan berpikir akan

dampak baik atau buruk atas keputusan karir yang diambil begitupun

sebaliknya pada siswa yang dalam kategori sedang maupun rendah

dinilai belum dan kurang mampu dalam mendeskripsikan akan dampak

85

Sejalan dengan tingginya kemampuan kristalisasi siswa dalam

pengambilan keputusana karir, maka menurut Brown (dalam Ali,

2016), kemampuan dalam pengambilan keputusan karir merupakan

salah satu tugas dan perkembangan bagi siswa sekolah menengah atas

sebagai tahap crystallization. Tugas pengambilan keputusan karir bagi

siswa bukanlah suatu proses yang mudah untuk dilalui karena siswa

dihadapkan pada perkembangan jenis karir yang beragam dan tuntutan

kompetensi yang berbeda pula sehingga pengambilan keputusan karir

oleh para remaja semakin rumit dan sulit. Oleh sebab itu banyak

remaja yang belum mampu untuk membuat keputusan karir masa

depan mereka.

Namun Badrick, dkk (2006) menyatakan bahwa siswa SMA pada

umumnya berada pada usia 15-18 tahun, sehingga tahap

perkembangan karir pada usia tersebut mulai memasuki fase

pertumbuhan dan eksplorasi. Berdasarkan tugas perkembangan karir,

pada fase ini para siswa dikatakan telah mampu dalam pengambilan

keputusan akan arah karirnya bila mampu untuk menunjukan minat

terhadap pilihan karir, mulai mengeksplorasi kemampuan diri, dan

memiliki pengetahuan tentang pilihan karir, dan mencoba dalam

pengambilan keputusan karir meskipun belum pasti dan masih

ragu-ragu.

Kemampuan kristalisasi yang dimiliki siswa juga tidak terlepas

86

karir . Dengan adanya bantuan bimbingan karir, para siswa dibantu

untuk mengetahui penjelasan dari karir yang akan menjadi pilihan

karir mereka nanti. Meskipun para siswa dibantu dalam penjelasan

terkait karir, siswa tetap memiliki keputusan yang mutlak tanpa ada

pengaruh dari luar. Sehingga dalam proses ini siswa telah memiliki

keyakinan akan pengambilan keputusan karir yang menjadi

keiingannya.

Setelah adanya kemampuan kristalisasi, maka para siswa juga

biasanya melibatkan kemampuan pemilihan. Dalam kemampuan ini,

terjadi suatu proses yang mana masalah-masalah semakin timbul dan

para siswa dihadapkan dengan masalah individu yang berorientasi

pada tujuan yang berguna. Siswa mulai berfikir mengenai tujuan

pemilihan karir. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh 21 siswa

dalam kategori tinggi akan proses pemilihan, 118 siswa dalam kategori

sedang, dan 27 siswa dalam kategori rendah. Tujuan yang dimiliki

siswa sangat beragam namun mereka memiliki kesamaan dalam

berorientasi. Dalam kemampuan biasanya para siswa memilih karir

yang sesuai dengan jurusan yang mereka ambil. Kemampuan

pemilihan karir siswa inipun akan disesuaikan dengan potensi yang

dimiliki, dan siswa tidak mengambil keputusan karir yang tidak sesuai

dengan potensinya.

Kemampuan dalam pengambilan keputusan karir salah satunya

87

memaksimalkan kemampuan dalam eksplorasi, kristalisasi, bahkan

pemilihan akan karir maka siswa dihadapkan pada kenyataan dalam

kehidupan sehari-hari. Ketika siswa telah mampu dalam pengambilan

keputusan karir tidak semua dapat dijalani dengan lancar tanpa ada

hambatan yang mempengaruhi. Pada saat siswa dihadapkan pada

kenyataan di lapangan, tidak sedikit siswa yang merasa kebingungan

dan kembali memiliki keraguan untuk melanjutkan keputusan yang

telah siswa buat. Proses klarifikasi ini diperlukan ketika siswa berada

dalam kondisi penuh keragu-raguan. Ketika siswa mulai kebingungan,

siswa harus melakukan proses klarifikasi dengan cara mengkaji ulang

dari proses eksplorasi hingga proses pemilihan.

Pada kemampuan ini, biasanya terjadi pengulangan proses pada

kemampuan dalam eksplorasi, kristalisasi, hingga pemilihan.

Tujuannya adalah agar para siswa semakin yakin dengan keputusan

yang telah diambil dalam menentukan karir masa depan. Ketika proses

pengulangan ini berlangsung, siswa diharapkan untuk melakukan

bimbingan dengan guru, terutama guru BK yang ada di sekolahnya

atau bisa juga dengan orang lain yang ahli dalam bimbingan karir. Hal

ini dimaksudkan agar siswa benar-benar mengambil keputusan sesuai

dengan pemahaman akan potensi dan keinginannya bukan berdasarkan

88

Dokumen terkait