• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat ringan minimal Dapat diberikan analgetika

II. Pengobatan Hormonal

Dewasa ini merupakan terapi utama: 1. Pil kontrasepsi kombinasi.

Diberikan terus menerus selama 6-12 bulan.

Pil kontrasepsi hanya mempunyai dampak sedikit terhadap endometriosis, lebih merupakan supresi penyakit daripada

kuratif. Di samping itu efek samping estrogen mungkin akan menonjol.

2. Progestin.

Baik oral maupun suntikan diberikan dengan dosis 30 mg/hari, cukup efektif, namun efek samping cukup banyak. Berkhasiat mengurangi/menghilangkan gejala, namun tidak efektif untuk pengobatan infertilitas.

3. Danazol

Efektifitasnya tidak lebih baik dari hormon-hormon lainnya. Dosis 2x200 mg tablet selama 6 bulan.

4. GnRH Agonis

- Dipakai secara intramuskuler, subkutan atau intranasal. - Pemakaian jangka panjang dapat menimbulkan

pseudo-menopause

- Diberikan setiap 2-4 minggu. Pemakaian GnRH agonis perlu pemantauan kadar estrogen. Dosis disesuaikan dengan kadar estrogen, umumnya berkisar 20-40 pg/ml (75-150 pmol/l)

- GnRH tidak merubah kadar lipid darah 5. Gestrinone

Gestrinone, yaitu derivat 19 Nortestosteron berupa suntikan. Dipakai 2 kali/minggu, efektif untuk endometriosis.

III. Pengobaran secara pembedahan.

Metode pembedahan biasa kurang membawa basil. Dengan laparoskopi morbiditas berkurang tetapi angka kesembuhan sama saja dengan metode pembedahan biasa.

IV. Pengobatan kombinasi hormon dengan pembedahan

Terapi hormon dapat diberikan selama 3 bulan pra bedah, dilanjutkan 3 bulan pasca bedah

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

GINEKOLOGI

PANDUAN PRAKTIK KLINIS SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RSUP DR. HASAN SADIKIN

KOLPOSKOPI (70.21)

1. Pengertian (Definisi) Pemeriksaan dengan menggunakan kolposkop, yaitu alat yang dapat disamakan dengan mikroskop pembesaran rendah dengan sumber cahaya di dalam

2. Indikasi Kelainan pada serviks, vagina, atau vulva. 3. Bahan/alat 1. Larutan NaCI fisiologis

2. Larutan asam asetat 3%

3. Larutan asam metakresilsulfonat pekat 4. Larutan formalin

5. Tang tampon

6. Pinset anatomi panjang 7. Kasa dan tampon vagina 8. Alat biopsi

9. Spekulum cocor bebek 10. Spekulum endoserviks 11. Kolposkop

4. Prosedur • Pasien ditidurkan dalam posisi litotomi

• Vulva dibersihkan, dipasang spekulum cocor bebek

• Serviks dan vagina diperiksa dengan kolposkop tanpa dilakukan pembersihan terlebih dulu. Mukus di serviks dibersihkan dengan asam cuka 3% Serviks diperiksa secara sistematis dengan kolposkop mulai arah jam 1 berputar searah jarum jam sampai kembali ke daerah semula. Serviks berulangkali dibersihkan dengan larutan NaCI fisiologis.

• Jika sambungan skuamokolumnar tidak terlihat jelas, digunakan spekulum endoserviks untuk membuka kanalis servikalis. • Bila diperlukan, dapat dilakukan biopsi.

5. Konsultasi Divisi Onkologi Ginekologi 6. Interpretasi 1. Normal

2. Abnormal

3. Gambaran kolposkopik tidak memuaskan 4. Distrofi

7. Perawatan rumah sakit

Tidak diperlukan

9. Prognosis Ad bonam

10. Informed consent Dilakukan informed consent pada setiap aspek tindakan, baik diagnostik maupun terapeutik, kecuali bila keadaan sudah sangat mengancam jiwa.

11. Output Diagnosis dapat ditegakkan 12. Patologi anatomi Jaringan yang dibiopsi 13. Otopsi Tidak diperlukan

14. Catatan medik Mencakup keluhan utama, gejala klinis, pemeriksaan fisik & penunjang, terapi, operasi, perawatan, tindak lanjut, konsultasi, prognosis

15. Dokumen terkait Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RS dr. Hasan Sadikin, Bagian Kedua (Ginekologi), 2005

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

GINEKOLOGI

PANDUAN PRAKTIK KLINIS SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RSUP DR. HASAN SADIKIN

KONISASI (ICD10-67.2)

1. Pengertian (Definisi) Pengeluaran sebagian serviks sedemikian rupa sehingga bagian yang dikeluarkan berbentuk kerucut dengan kanalis servikalis menjadi sumbu kerucut

2. Indikasi 1. Pap smear abnormal dengan kolposkopi tidak memuaskan 2. Sambungan skuamokolumnar tidak dapat dilihat seluruhnya 3. Lesi menjorok ke dalam kanalis servikalis dan tidak tampak

seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi

4. Hasil kuret endoserviks menunjukkan lesi prakanker derajat berat

5. Biopsi yang dipandu kolposkopi menunjukkan adanya mikroinvasi

6. Lesi prakanker derajat berat tetapi ada keinginan untuk mempertahankan fertilitas

7. Pengamatan lanjut menunjukkan progresifitas penyakit secara nyata

3. Prosedur 1. Tindakan sebaiknya dilakukan setelah haid selesai 2. Pasien dalam narkose umum dengan posisi litotomi

3. Dilakukan tindakan a dan antiseptik di daerah genitalia eksterna 4. Dipasang spekulum Sims dengan pemberat

5. Bibir depan portio dijepit dengan tenakulum

6. Dilakukan penjahitan paraservikal setinggi ostium uteri internum dengan benang kromik nomor 0 atau I

7. Ditentukan batas luar eksisi dengan bimbingan kolposkop atau dengan pewarnaan lugol 5%

8. Infiltrasi bibir depan dan bibir belakang serviks dengan larutan NaCl fisiologis yang mengandung zat vasokonstriktor pada jam 3, 6, 9, 12

9. Dilakukan sondase uterus dilanjutkan dengan dilatasi kanalis servikalis menggunakan dilatator Hegar sampai no.8

10. Dilakukan eksisi konus dengan pisau Scott atau pisau tajam no 11 dimulai dari arah jam 6 mengikuti arah jarum jam. Konisasi mencakup ekto dan endoserviks dan terambil 50% tanpa mengenai ostium uteri internum

11. Beri tanda dengan benang pada jam 12 12. Konus ditarik keluar dengan klem Allis

13. Dilakukan kuretase kanalis servikalis dan kavum uteri dengan kuret tajam

14. Dilakukan elektrokoagulasi pada tempat sayatan untuk menghentikan perdarahan

15. Bila eksisi cukup luas, dilakukan penjahitan Sturmdorf 16. Dipasang tampon vagina selama 24 jam

17. Dilakukan pemberian antibiotika 4. Konsultasi Divisi Onkologi Ginekologi

5. Perawatan rumah sakit

Tidak diperlukan

6. Penyulit Nyeri, perdarahan, infeksi 7. Prognosis Ad bonam

8. Informed consent Dilakukan informed consent pada setiap aspek tindakan, baik diagnostik maupun terapeutik, kecuali bila keadaan sudah sangat mengancam jiwa.

9. Output Diagnosis dapat ditegakkan 10. Patologi anatomi Jaringan yang dibiopsi 11. Otopsi Tidak diperlukan

12. Catatan medik Mencakup keluhan utama, gejala klinis, pemeriksaan fisik & penunjang, terapi, operasi, perawatan, tindak lanjut, konsultasi, prognosis

13. Dokumen terkait Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RS dr. Hasan Sadikin, Bagian Kedua (Ginekologi), 2005

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

GINEKOLOGI

PANDUAN PRAKTIK KLINIS SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RSUP DR. HASAN SADIKIN

LAPAROSKOPI (54.21)

1. Pengertian (Definisi) Visualisasi kavum peritonei secara endoskopi melalui dinding perut depan, setelah dibuat pneumoperitoneum

2. Diagnosis 1. Pemeriksaan infertilitas 2. Tersangka endometriosis

3. Penilaian operasi rekonstruksi tuba 4. Nyeri panggul kronis

5. Tersangga infeksi panggul kronis 6. Nyeri abdomen akut

7. Tersangka kehamilan ektopik

8. Evaluasi atau konfirmasi massa intrapelvis 9. Kelainan uterus

10. Torsi tumor adneksa 11. Penilaian keganasan Operatif:

1. Sterilisasi

2. Pengambilan benda asing

3. Operasi untuk infertilitas (adhesiolisis, salpingoovariolisis, fimbrioplasti, salpingostomi)

4. Fulgurasi sarang-sarang endometriosis 5. Operasi kehamilan ektopik

6. Operasi kista ovarium 7. Miomektomi

8. Laparoscopy-assisted vaginal hysterectomy 9. Total laparoscopy hysterectomy

10. Histerektomi radikal 11. Kolposuspensi Burch 12. Sakrokolposuspensi 3. Kontraindikasi Absolut:

1. Penyakit jantung dan pernafasan yang berat 2. Hernia

3. Peritonitis umum

4. Ileus obstruktif dan paralitik 5. Tumor intraabdomen yang besar Relatif:

2. Riwayat laparotomi atau peritonitis sebelumnya 3. Riwayat dehisensi luka laparotomi

4. Kehamilan

5. Kanker yang mengenai dinding depan abdomen 4. Prosedur 1. Pasien dalam narkose umum

2. Dilakukan tindakan a dan antiseptik di daerahabdomen dan sekitarnya

3. Dibuat sayatan di daerah infraumbilikal

4. Dilakukan insersi jarum Veress, diperiksa apakah telah masuk ke dalam rongga abdomen

5. Dibuat pneumoperitoneum dengan memasukkan gas CO2 melalui jarum Veress

6. Jarum Veress dicabut

7. Dimasukkan trokar melalui insisi infraumbilikal

8. Laparoskop dimasukkan, diperiksa keadaan rongga abdomen 9. Bila tindakan telah selesai, laparoskop dikeluarkan

10. Trokar dicabut 11. Luka insisi dijahit

5. Konsultasi 1. Divisi Endokrinologi Reproduksi & Fertilitas 2. Divisi Onkologi Ginekologi

3. Divisi Uroginekologi & Rekonstruksi 4. Perawatan rumah

sakit

Diperlukan untuk tindakan laparoskopi operatif

5. Penyulit Nyeri, perdarahan, infeksi, komplikasi anestesi, cedera usus, kematian

6. Prognosis Ad bonam

7. Informed consent Dilakukan informed consent pada setiap aspek tindakan, baik diagnostik maupun terapeutik, kecuali bila keadaan sudah sangat mengancam jiwa.

8. Output Diagnosis dapat ditegakkan 9. Patologi anatomi Jaringan yang dibiopsi 10. Otopsi Tidak diperlukan

11. Catatan medik Mencakup keluhan utama, gejala klinis, pemeriksaan fisik & penunjang, terapi, operasi, perawatan, tindak lanjut, konsultasi, prognosis

12. Dokumen terkait Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RS dr. Hasan Sadikin, Bagian Kedua (Ginekologi), 2005

13. Catatan medik Mencakup keluhan utama, gejala klinis, pemeriksaan fisik & penunjang, terapi, operasi, perawatan, tindak lanjut, konsultasi, prognosis

14. Dokumen terkait Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RS dr. Hasan Sadikin, Bagian Kedua (Ginekologi), 2005

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

GINEKOLOGI

PANDUAN PRAKTIK KLINIS SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RSUP DR. HASAN SADIKIN

PERENCANAAN OPERASI

1. Pengertian (Definisi) Operasi terencana adalah tindakan operatif yang dilakukan dengan persiapan yang lebih optimal dibandingkan dengan tindakan emergensi

2. Prosedur • Pasien menjalani pemeriksaan oleh dokter spesialis Obstetri & Ginekologi

• Diagnosis ditentukan oleh dokter Spesialis Obstetri & Gjnekologi

• Pasien didaftarkan untuk mendapatkan jadwal operasi oleh dokter pengatur operasi

• Pasien menjalani pemeriksaan penunjang meliputi EKG, foto toraks, tes faal paru, tes fungsi ginjal, tes fungsi hati, kadar elektrolit, tes faal pembekuan darah, dan tes lain yang dianggap perlu.

• Setelah hasil pemeriksaan penunjang telah tersedia, dilakukan konsultasi ke bagian penyakit dalam dan atau bagian lain yang dianggap perlu

• Hasil konsultasi disampaikan kepada dokter penanggungjawab pasien, untuk selanjutnya pasien akan dirawat inap sekurang-kurangnya satu hari sebelum jadwal operasi yang telah ditentukan

• Dalam perawatan dilakukan konsultasi dengan bagian anestesiologi atau bagian lain yang dianggap perlu.

• Dilakukan penjadwalan ke petugas pendaftaran kamar operasi, serta penentuan dokter asisten yang akan mendampingi saat operasi

• Hasil dari konsultasi tersebut disampaikan kepada dokter penanggungjawab pasien

• Operasi dilakukan pada jadwal yang telah ditentukan sebelumnya

3. Konsultasi • Dokter Spesialis dan Residen Ilmu Penyakit Dalam • Dokter Spesialis dan Residen Anestesi

4. Perawatan rumah sakit

• Perawatan di rumah sakit dilakukan sekurang-kurangnya satu hari sebelum operasi yang telah ditetapkan

• Pasca operasi penderita dirawat sekurang-kurangnya tiga hari, atau bila kondisi pasien memungkinkan untuk dipulangkan 5. Informed consent Dibuat sebelum tindakan operasi, atau setiap saat bila kemungkinan

terjadi perluasan tindakan operasi

6. Output Dilaksanakannya tindakan operasi tepat jadwal

7. Patologi anatomi Dilakukan untuk semua jaringan yang diangkcat dari tubuh pasien 8. Otopsi Dilakukan pada kasus kematian berkaitan dengan tindakan operasi

terencana

9. Catatan medik Mencakup keluhan utama, gejala klinis, riwayat obstetri, pemeriksaan fisik & penunjang, terapi, operasi, perawatan, tindak lanjut, konsultasi, prognosis

10. Dokumen terkait Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RS dr. Hasan Sadikin, Bagian Kedua (Ginekologi), 2005

PANDUAN PRAKTIS KLINIS

Dokumen terkait