• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan dalil ‘Urf terhadap Tradisi Seserahan di Desa Cabeankunti

BAB IV TINJAUN DALIL ‘URF TERHADAP TRADISI SESERAHAN di DESA CABEANKUNTI KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN

TINJAUN DALIL ‘URF

A. Tinjauan dalil ‘Urf terhadap Tradisi Seserahan di Desa Cabeankunti

Menurut Kutbudin dalam bukunya Fiqih Tradisi, mengatakan bahwa Al-Quran dan As-sunnah sebagai pedoman hidup setiap mukmin memuat tuntutan cara membentuk keluarga bahagia dalam pernikahan. Akan tetapi mengingat masyarakat Indonesia, khususnya masysrakat Jawa yang banyak perbedaan dalam melakukan ritual keagamaan, mulai tentang ibadah wajib, sunnah maupun yang masih diperdebatkan status hukumnya. Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan latar belakang kultur social, adat kebiasaan dalam mengekspresikan ajaran agama, maupun perbedaan keyakinan dari

masing-masing individu, kelompok atau golongan.54

Budaya dan agama terkadang sulit dipisahkan maupun dibedakan dalam pelaksanaannya sehari-hari. Agama seringkali mempengaruhi sikap pemeluknya bahkan pada pola pikirnya. Sedangkan budaya sendiri terkadang menahan diri untuk berdiri sendiri dan tidak mau bercampur dengan nilai-nilai agama. Hal ini seperti yang terjadi di masyarakat Desa Cabeankunti sebagai objek penelitian Seserahan pada acara pernikahan tradisional adat Jawa.

Bedasarkan penjelasan pada BAB II, dapat disimpulkan bahwa Islam telah mengatur tentang adanya rukun dan syarat dalam suatu pernikahan, akan

54 Kutbudin Aibsk, Fiqih Tradisi (Menyibak Keragaman Dalam Keberagamaan), (Yogyakarta: Teras, 2012)

46

tetapi pelaksanaan seserahan di Desa Cabeankunti dalam Islam menunjukkan tidak adanya nash maupun syara’ yang secara tegas melarang tradisi seserahan tersebut. Kajian pelaksanaan seserahan ini erat kaitannya dengan ‘Urf.

‘Urf (tradisi) adalah bentuk-bentuk muamalah (hubungan kepentingan) yang telah menjadi adat kebiasaan dan telah berlangsung ajeg (konstan) di tengah masyarakat. Setiap perkara yang telah mentradisi dikalangan kaum muslimin dan dipandang sebagai perkara baik, maka perkara tersebut juga dipandang baik dihadapan Allah. Menentang ‘Urf yang telah dipandang baik

oleh masyarakat akan menimbulkan kesulitan dan kesempitan.55

Pada Al-Quran Surat al-A’raf ayat 199:

ِذُخ

ٱ

ِبرُمأَو َوفَعل

ٱ

ضِرعَأَو ِفرُعل

ِنَع

ٱ

َجل

َنيِلِه

Artinya: Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf (al-‘urfi), serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (Q.S Al-A’raf:199.

Kata al-‘Urfi pada ayat tersebut oleh para ulama fiqh dipahami sebagai sesuatu yang baik dan telah menjadi kebiasaan masyarakat. Berdasarkan itu, maka ayat tersebut dipahami sebagai perintah untuk mengerjakan sesuatu yang telah dianggap baik sehingga telah menjadi tradisi dalam suatu

masyarakat.56

55 Muhammad abu Zahrah, Ushul Fiqih, (Jakarta, Pustaka Firdaus, 2014), hlm. 442

47

Menurut Abdul Karim Zaidan ada beberapa persyaratan bagi ‘Urf yang bisa dijadikan landasan hukum yaitu:

1. ‘Urf itu shahih, dalam artian tidak bertentangan dengan ajaran al-Quran dan Sunnah

2. ‘Urf itu harus bersifat umum, dalam arti minimal telah menjadi kebiasaan mayoritas penduduk negeri itu.

3. ‘Urf itu harus sudah ada ketika terjadinya suatu peristiwa yang akan

dilandaskan kepada ‘urf itu. 57

4. ‘Urf itu tidak bertentangan dengan yang diungkapkan secara jelas dalam suatu transaksi.

5. ‘Urf itu tidak bertentangan dengan nash, sehingga menyebabkan hukum dikandung nash itu tidak bisa ditetapkan. ‘Urf seperti ini tidak bisa dijadikan dalil syara’, karena kehujjahan ‘urf bisa diterima apabila ada

nash yang mengandung hukum permasalahan yang dihadapi.58

Berdasarkan data yang diperoleh setelah melakukan penelitian, maka untuk menetapkan suatu hukum ulama ushul fiqih membagi ‘urf menjadi tiga, yaitu:

a. Dari segi objeknya:

1. Al-‘urf al-lafdzhi adalah kebiasaan masyarakat dalam mempergunakan lafal/ungkapan tertentu dalam mengungkapkan sesuatu, sehingga makna ungkapan itulah yang dipahami dan terlintas dalam pikiran masyarakat.

48

2. Al-‘urf al-‘amali adalah kebiasaan masyarakat yang berkaitan dengan perbuatan biasa atau mu’amalah keperdataan. Maksudnya ‘perbuatan biasa’ adalah perbuatan masyarakat dalam kehidupan mereka yang tidak terkait dengan kepentingan orang lain.

b. Dari segi keabsahannya, yaitu

1. Al-‘urf al-shahih adalah kebiasaan yang berlaku di tengah-tengah masyarakat yang tidak bertentangan dengan Nash (ayat atau hadits), tidak menghilangkan kemaslahatan mereka, dan tidak pula membawa mudharat kepada mereka.

2. Al-‘urf al-fasid adalah adat ataupun kebiasaan yang bertentangan dengan dalil-dalil syara’ dan kaidah-kaidah dasar yang ada dalam syara’.

c. Dari segi cakupannya:

1. ‘Urf ‘Amm adalah ‘urf yang berlaku pada suatu tempat, masa, dan keadaan. Atau kebiasaan tertentu yang berlaku secara luas diseluruh masyarakat daerah.

2. ‘Urf Khas adalah ‘urf yang berlaku pada tempat, masa dan keadaan tertentu saja. Atau kebiasaan yang berlaku didaerah dan masyarakat tertentu.

Selanjutnya untuk melihat tradisi seserahan berdasarkan macam-macam ‘urf dari segi objeknya, keabsahannya maupun cakupannya, maka tradisi seserahan bisa dikategorikan masuk pada: secara segi objeknya seserahan masuk dalam kategori ‘urf ‘amali atau adat yang berupa perbuatan

49

yaitu kebiasaan masyarakat yang berkaitan dengan perbuatan biasa. Hal ini karena tradisi seserahan di Desa Cabeankunti Kecamatan Cepogo selalu dilaksanakan dan telah menjadi kebiasaan masyarakat setempat ketika anaknya akan menikah.

Dilihat dari segi keabsahannya maka seserahan di Desa Cabeankunti temasuk dalam ‘urf shahih. Seserahan di Desa Cabeankunti telah menjadi kebiasaan di masyarakat yang menurut para tokoh agama dan adat setempat bukan merupakan suatu yang bertentangan dengan al Qur’an maupun Sunnah Rasulullah. Selain itu tradisi seserahan ini juga tidak memberatkan masyarakat maupun menimbulkan madharat. Pada dasarnya seserahan di Desa Cabeankunti ini mempunyai tujuan untuk membantu meringankan biaya maupun kebutuhan keluarga pengantin perempuan yang akan mengadakan walimatul ‘urs yang diberikan dari pengantin laki-laki secara ikhlas, serta sebagai wujud kasih sayang antar keduanya.

Selanjunya seserahan di Desa Cabeankunti jika dilihat dari segi cakupannya, maka seserahan ini adalah ‘urf ‘Amm, yaitu adat istiadat yang berlaku pada suatu tempat, masa, dan keadaan. Atau kebiasaan tertentu yang berlaku secara luas diseluruh masyarakat daerah. Seserahan termasuk kedalam ‘urf ‘Amm karena tradisi ini bukan hanya berlangsung di Cabeankunti saja, melainkan juga sudah menjadi tradisi dihampir seluruh daerah di Indonesia khususnya di pulau Jawa. Selain itu, tradisi seserahan juga masih terus dilakukan oleh masyarakat setempat.

50

Dalam pelaksanaan tradisi seserahan di Desa Cabeankunti ini tidak hanya sekedar tradisi turun menurun yang erat dengan masyarakat. Tradisi ini juga mempunyai manfaat yang cukup banyak untuk kedua belah pihak pengantin dalam kehidupan kedepannya, antara lain adalah sebagai perwujudan cinta dan kasih sayang dari pengantin laki-laki kepada pengantin perempuannya bahwa dengan simbolis dari seserahan ini pengantin laki-laki berjanji dan mampu untuk memberi nafkah kepada istrinya bukan hanya sekedar nafkah batin namun juga nafkah lahir seperti sandang dan pangan. Dilihat dari segi rasa, kedua belah keluarga sama-sama bergotong royong untuk melaksankan walimatul ‘urs yang telah disepakati. Ini diwujudkan dari pemberian ubo rampe sebelum hari H walimatul urs tersebut dilakukan pihak pengantin laki-laki telah menyerahkan beberapa bahan untuk diolah maupun uang untuk membantu keluarga pengantin wanita.

Dari hasil wawancara tokoh agama maupun adat yang telah dilakukan, tradisi seserahan di Desa Cabeankunti Kecamatan Cepogo ini termasuk dalam ‘urf shahih dan boleh dilakukan. Hal ini dikarenakan tidak adanya pertentangan diantara masyarakat maupun hal-hal yang menyalahi ketentuan dalam al Qur’an dan As Sunnah.

51

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis menguraiakan pembahasan tradisi Seserahan di Desa Cabeankunti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Tradisi seserahan di Desa Cabeankunti tidak terikat waktu dalam pelaksanaannya dan macam barangnya. Keduanya dilakukan dengan kesepakatan bersama antara kedua belah pihak tanpa memberatkan salah satu.

52

2. Tradisi seserahan di Desa Cabeankunti merupakan tradisi yang boleh dilakukan dan tidak melanggar hukum Islam karena hal tersebut tidak menyimpang maupun melanggar hukum Islam yang berlaku. Selain itu, di tinjauan dari dalil ‘Urf tradisi seserahan di Desa Cabeankunti dari:

a. Segi objek nya masuk dalam kategori ‘urf ‘amali (adat yang berupa perbuatan) yang merupakan suatu kegiatan biasa atau sudah menjadi kebiasaan.

b. Segi keabsahannya termasuk ‘urf shahih (tidak bertentangan dengan Nash) karena adat ini tidak bertentangan dengan hukum serta tidak menimbulkan madharat.

c. Kemudian dari segi cakupannya termasuk dalam urf ‘Amm, yaitu adat istiadat yang berlaku pada suatu tempat, masa, dan keadaan secara luas.

B. Saran

Dari hasil yang ditemukan oleh penulis dari menganalisis Seserahan di Desa Cabeankunti, penulis memberikan pendapat/ saran bahwa: hendaknya Seserahan itu diberikan sebelum hari H pernikahan, karena dapat dipergunakan untuk keperluan saat acara pernikahan. Selain itu, hendaknya barang-barang yang diberikan tidak harus terikat dengan ketentuan adat, lebih baiknya disesuaikan dengan kemampuan si calon suami. Selain itu, hendaknya si calon istri menerima dengan ikhlas apa saja yang mampu diberikan oleh calon suami tanpa menuntut lebih.

53

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Slamet dan Aminuddin. 1988. Fiqh Munakahat jilid I dan II. Bandung: Pustaka Setia

Al-Anshary. Abu Yahya Zakariya, Fath al-Wahhab,Singapura: Sulaiman Mar’iy, t, t. juz 2

Ali, Muhammad Dawud. 1993. Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia Jakarta: Raja Grafindo Persada,

Anshori, Abdul Ghofurdan Yulkamain Harahap. 2008. Hukum Islam Dinamika dan Perkembangannya di Indonesi. Yogyakarta: Kreasi Total Media, As-Syayyid, Abu Malik. 2014.Shahih Fikih SunnahJakarta: Pustaka Azzam Aziz, Abdul. 2014. Buku Daras Fiqh Munakahat. Surakarta: Fakultas Syariah

IAIN Surakarta

Azzam, Abdul Aziz Muhammad dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. 2014. Fiqh Munakahat (Khitbah, Nikah dan Talak). Jakarta: Bumi Perkasa Bakhri, Syaeful. 2008. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Beban Calon Suami

Dalam Adat Seserahan di Desa Malahayu, Kec. Banjarharjo, Kab. Brebes Jawa Tengah, Skripsi tidak dterbitkan Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta,.

Basyir ,Ahmad Azhar. 1999. Hukum Perkawinan Islam. Yogyakarta: UII Press Djubaidah Neng. 2010 Pencatatan Perkawinan &Perkawinan Tidak di Catat

Menurut Hukum Tertulis di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. Purwadi. 2005. Upacara tradisi jawa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hadikusuma, Hilman. 2007. Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan, Hukum Adat, Hukum Agama. Bandung: Mandar Maju Hardjodikromo,Mangun. 2005. Adat Istiadat Jawa: Manusia JAwa Sejak

dalam KAndungan Sampai Wafat

54

HS,Salim dan Erlis Septiana Nurbani. 2013. Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis Dan Desertasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Kasyik, Abdul Hamid. 2005. Bimbingan Islam untuk Mencapai Keluarga

Sakinah, terj. Ida Nursida. Bandung: PT Mizan Pustaka, cet. XI,

Khallaf, A. Wahhab. 1991. Kaidah-kaidah Hukum Islam. Jakarta: Rajawali press

Kutbudin Aibsk. 2012. Fiqih Tradisi (Menyibak Keragaman Dalam Keberagamaan). Yogyakarta: Teras

M. Zein, Satria Effendi. 2005. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana

Marom,Khusnul. 2003.Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Seserahan Dalam Perkawinan Adat jawa (Studi Kasus di Desa TasikRejo ulujami, Kab. Pemalang), Skripsi Jurusan Syari’ah Al-ahwal Asy-syaksiyah, Pekalongan, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri,

Mukhtar, Kamal. 1993. Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan. Jakarta: Bulan Bintang

Nuraeni, Noviana Andri. 2016.Pemberian Mahar Adat Jawa Dalam Perspektif Hukum Islam, (Studi Kasus di Desa Canden, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali), Fakultas Syariah IAIN Surakarta,

Soemiyati. 2007. Hukum Perakwinan Islam dan Undang-undang Perkawinan. Yogyakarta: Liberty,

Pranoto, Tjokro Teguh. 2009. Tata Upacara Adat Jawa. Yogyakarta: Kuntul press

Ramulyo, MohIdris. 2004. Hukum Perkawinan Islam Suatu Analisis UU No 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam Jakarta: Bumi Aksara,

Rasyid,Sulaiman. 2004. Fiqh Islam, Jakarta: Atthahiriyah,

S,Marmien. 1996. Rias Pengantin Gaya Yogyakarta dengan Segala Upacaranya, Yogyakarta: KAnisius

Saebani, Beni Ahmad. M.Si. 2001.Fiqh Munakahat 1. Bandung: Pustaka Setia Sanusi, Ahmad. Dkk. 2015. Ushul Fiqih. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada

Soemiyati. 2007. Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang

55

Suwarjin. 2012. Ushul Fiqh. Yogyakarta: Teras

Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin ‘Abdurahman ad-Dimasyqi,2010.Fikih Empat Madzab terj. Abdul Zaki Alkaf. Bandung: Hasyimi,

Syarifuddin, Amir.2011. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, antara fiqh minakahat dan undang-undang perkawinan,.Jakarta: Kencana

Thomas Wijaya Bratawidjaja, 1988. Upacara Tradisional Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

Tihami, dkk. 2014. Fikih Munakahat Kajian Fikih Lengkap. Jakarta: Raja Grafindo Persada,

Wawancara: Bapak Khamid selaku ketua Organisasi Masyarakat Nadhatul ‘Ulama

Wawancara: Bapak Thohir selaku Tokoh adat dan agama Desa Cabeankunti Wawancara: Bapak Mudi selaku Tokoh adat dan agama Desa Cabeankunti Widodo, 2015. Tradisi Temu Pengantin Pernikahan Jawa Dalam Perspektif

Dalil ‘Urf (Studi Deskriptif di Dusun Ngringin, Desa Jatipuro, Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar), Fakultas Syariah IAIN Surakarta

Windyarty, Retno.Makna Simbolik Serah-Serahan dalam Upacara Perkawinan Adat Jawa, Jurnal

Yunus, Muhammad. 1975. Hukum Perkawinan dalam Islam. Jakarta: Karya Agung,

Zahrah, MuhammadAbu. 2014. Ushul Fiqih. Jakarta: Pustaka Firdaus

56

58

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Muchammad Shofiyil Muhtar

2. NIM : 122121023

3. TTL : Boyolali, 7 Juni 1994

4. Alamat : Kedungbanteng, Cabeankunti, Kecamatan Cepogo

Kabupaten Boyolali 5. Jenis Kelamin: Laki-laki

6. Nama Ayah : M. Khozin

7. Nama Ibu : Slamet Mudrikah 8. Riwayat Pendidikan

a. TK Pertiwi 1 Cabeankunti b. SD N 01 Cabeankunti c. MTs N 1 Boyolali d. MA N 1 Boyolali

Dokumen terkait