• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

B. Tinjauan Ekonomi Islam Mengenai Kontribusi Home Industry Kacang

Dalam Meningkatkan Perekonomian Karyawan di Kelurahan Bagan Kota

Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir.

Dalam berbagai literatur tentang ekonomi Islam, Ekonomi Islam pada dasarnya

memandang bahwa pertumbuhan ekonomi adalah bagian dari pembangunan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi didefenisikan dengan a suistained growth of a right kind of output

which can contribute to human welfare. (Pertumbuhan terus-menerus dari faktor produksi secara benar yang mampu memberikan konstribusi bagi kesejahteraan manusia).1

Berdasarkan hal tersebut, maka pertumbuhan ekonomi menurut Islam merupakan hal

yang sarat nilai. Suatu peningkatan yang dialami oleh faktor produksi tidak dianggap sebagai

pertumbuhan ekonomi jika produksi tersebut misalnya memasukkan barang-barang yang

terbukti memberikan efek buruk dan membahayakan manusia.

Sedangkan istilah pembangunan ekonomi yang dimaksudkan dalam Islam adalah the

process of allaviating poverty and provision of ease, comfort and decency in lif (Proses untuk mengurangi kemiskinan serta menciptakan ketentraman, kenyamanan dan tata susila dalam

kehidupan).2

Dalam pengertian ini, maka pembangunan ekonomi menurut Islam bersifat multi

dimensi yang mencakup aspek kuantitatif dan kualitatif. Tujuannya bukan semata-mata

kesejahteraan material di dunia, tetapi juga kesejahteraan akhirat. Keduanya menurut Islam

menyatu secara integral.3

1http://www.agustiantocentre.com/?p=584, Agustianto, ”Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi dalam perspektif ekonomi islam”, diakses pada 18 April 2013 pada Pukul 09.08 WIB

2Ibid

3

Dalam ekonomi Islam orang mukmin diwajibkan bekerja. Apapun yang dikerjakan

adalah mulia, kecuali yang dilarang. Maka dalam sejarah, tidak ditemukan nabi atau rasul

yang menganggur. Demikian pula para sahabat diantara mereka ada yang menjadi pandai

besi, tukang kayu, penjahit, gembala ternak, petani dan pedagang.4

Dengan berusaha kita tidak hanya bisa menghidupi diri kita sendiri, tetapi juga dapat

menghidupi orang-orang yang ada dalam tanggung jawab kita, bahkan apabila kita

berkecukupan dapat memberikan sebagian dari hasil usaha kita untuk menolong orang lain

yang memerlukan.5 Oleh sebab itu, Islam menegaskan bahwa bekerja merupakan sebuah

kewajiban yang setingkat dengan ibadah. Lantaran manusia yang mau bekerja dan berusaha

keras untuk menghidupi diri sendiri dan keluarganya, akan dengan sendirinya hidup tentram

dan damai dalam masyarakatnya. Lebih dari itu Allah SWT akan memberikan balasan yang

setimpal yang sesuai dengan amal atau kerja manusia itu sendiri. Sesuai dengan firman Allah

dalam QS. An-Nahl ayat 97 :







































Artinya :

“Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki – laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan kami berikan balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.

4

Hasan Aedy, Indahnya Ekonomi Islam, (Bandung : Alvabeta, 2007), h. 29

Kerja dalam arti luas, yaitu semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dengan

bekerja fisik maupun kerja intelektual atau psikis. Ini berarti dalam pandangan Islam

pengertian kerja mencakup seluruh pengerahan potensi yang dimiliki manusia. Sedangkan

kerja dalam arti sempit yakni kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup yang merupakan

kewajiban bagi setiap orang.6

Dengan bekerja masyarakat bisa melaksanakan tugas kekhalifahannya, menjaga diri

dari maksiat, dan meraih tujuan yang lebih besar. Demikian pula dengan bekerja individu

bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, mencukupi kebutuhan keluarganya, dan berbuat baik

kepada tetangganya. Semua itu dapat terlaksana dengan memiliki harta dan mendapatkannya

dengan bekerja. Agama Islam memberikan kebebasan kepada seluruh umatnya untuk

memilih pekerjaan yang mereka senangi dan kuasai dengan baik.7

Bekerja merupakan pondasi dasar dalam produksi sekaligus berfungsi sebagai pintu

pembuka rezeki. Menurut Ibnu Kholdun, bekerja merupakan unsur yang paling dominan bagi

proses produksi dan merupakan sebuah ukuran standar dalam sebuah nilai. Proses produksi

sangat tergantung terhadap usaha atau kerja yang dilakukan oleh karyawan, baik secara

kualitatif maupun kuantitatif.8

Menurut tujuan produksi secara umum adalah untuk mencapai falah (kebahagiaan)

hakiki, yaitu :9

1. Memenuhi kewajiban sebagai khalifah di bumi, beribadah kepada Allah dan untuk

menjalankan fungsi sosial.

2. Untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadi dan keluarga.

6Hasan Aedy, Teori dan Aplikasi Etika Bisnis Islam, (Bandung : Alvabeta, 2011), h. 87

7Ruqaiyah Waris Masqood, Harta dalam Islam, (Jakarta : Perpustakaan Nasional, 2003), edisi 1, h. 66

8Said Saad Marthon, Ekonomi di Tengah Ekonomi Global, ( Jakarta : Zikrul Hakim, 2004), Cet. Ke-1, h. 48

9

Mohammad Hidayat, an Introduction to The Sharia Economic, Pengantar Ekonomi Syariah, (Jakarta : Zikrul Hakim, 2010), h. 219

3. Sarana untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa secara umum.

4. Sebagai persediaan untuk generasi di masa yang akan datang.

Produksi merupakan perpaduan harmonis antara alam dengan manusia. Sebagaimana

firman Allah dalam QS. Huud (11) ayat 61 :

                Artinya :

“...dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertaubatlah kepada-Nya, sesunguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)”.

Konsep produksi di dalam ekonomi Islam tidak semata-mata bermotif maksimalisasi

keuntungan dunia, tetapi lebih penting untuk mencapai maksimalisasi keuntungan akhirat.

Kaidah-kaidah dalam berproduksi antara lain adalah10:

1. Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi.

2. Mencegah kerusakan di muka bumi, termasuk membatasi polusi, memelihara

keserasian, dan ketersediaan sumber daya alam.

3. Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat serta

mencapai kemakmuran.

4. Produksi dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan kemandirian umat.

5. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik kualitas spiritual maupun mental

dan fisik.

Islam mendorong umatnya untuk mencari rezeki yang berkah, mendorong

berproduksi dan menekuni aktivitas ekonomi diberbagai bidang usaha, seperti pertanian,

perkebunan, maupun perdagangan.11 Dengan bekerja, setiap individu dapat memberikan

pertolongan kepada kaum kerabatnya ataupun yang membutuhkan, ikut berpartisipasi bagi

kemaslahatan umat, dan bertindak di jalan Allah dalam menegakkan kalimat-Nya.12

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 2 :

           Artinya :

“...dan tolong menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong -menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” ( QS / Al-Maidah : 2)

Menurut Muhammad Bin Hasan Al-Syaibani dalam kitabnya ikhtisab fi rizq

al-mustathab seperti yang dikutip oleh Adiwarman Azwar Karim dalam bukunya, bahwa bekerja dan berusaha merupakan unsur utama produksi mempunyai kedudukan yang sangat

penting dalam kehidupan. Bekerja merupakan sarana untuk menunjang pelaksanaan ibadah

kepada Allah SWT, oleh sebab itu hukum bekerja dan berusaha adalah wajib.13

Dalam Islam bekerja dinilai sebagai suatu kebaikan, dan kemalasan dinilai sebagai

suatu kejahatan. Nabi SAW berkata bahwa ibadah yang paling baik adalah bekerja. Pada

suatu Rasulullah SAW menegur orang yang meminta-minta seraya menunjukkan kepadanya

jalan ke arah kerja yang produktif. Rasulullah SAW meminta orang tersebut menjual aset

yang dimilikinya dan menyisihkan hasil penjualannya untuk modal membeli alat (kapak)

untuk mencari kayu bakar di tempat bebas dan menjualnya ke pasar. Beliau pun memonitor

kinerjanya untuk memastikan bahwa ia telah mengubah nasibnya dengan kerja yang

produktif.14

11Yusuf Qardawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta : Gema Insani Press, 1997), h. 86

12Jusmaliani, Bisnis Berbasis Syariah, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), Cet. Ke-1, h.6

13Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2004), edisi 1, h. 235

14

Mustafa Edwin Nasution, dkk, Pengenal Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta : Kencana, 2007), Cet. Ke-2, h. 115

Bekerja merupakan bagian dari kegiatan ekonomi, maka wacana filsafat ekonomi

Islam mengajarkan bahwa motivasi, niat serta tujuan kegiatan ekonomi sangat penting dan

menjadi pilar utama dalam ekonomi seorang muslim. Bila Diwali dengan niat dan motivasi

yang tepat, maka seluruh kegiatan ekonomi merupakan amal ibadah. Berdasarkan prinsip ini

maka seluruh kegiatan ekonomi yang memiliki niat terpuji dan landasan mencari ridho Allah,

maka ia termasuk kepada kategori ibadah.15

Manusia yang bekerja, menurut Al Mawardi tidak keluar dari 3 kategori,16yaitu :

1. Berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cukup dan cukup saja, tanpa berusaha

meraih yang melebihi kebutuhannya dan tidak juga kurang darinya.

2. Berusaha, tetapi mengabaikan sebagian potensinya. Pengabaian ini bisa jadi karena

malas, tawakkal/nrimo dan zuhud/mengabaikan kenikmatan duniawi demi

mendekatkan diri kepada Allah SWT.

3. Tidak puas dengan kecukupan dan selalu berkeinginan untuk meraih tambahan yang

banyak.

Usaha Kacang Pukul merupakan salah satu bentuk usaha yang ada Kabupaten Rokan

Hilir. Pada dasarnya Islam memerintahkan umatnya untuk bekerja, dan Allah memberikan

nilai atas perintah bekerja tersebut sepadan dengan perintah sholat, shodaqah dan jihad di

jalan Allah. Allah berfirman dalam surat At-Taubah ayat 105 :



































15

Jusmaliani, op. cit., h. 6

Artinya :

“Dan katakanlah : “Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.

Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa Islam sangat menganjurkan kepada setiap

umatnya untuk bekerja dan dengan niat yang ikhlas untuk menjaga amanah dari Allah dan

melaksanakan tugas sebagai khalifah, baik khalifah bagi diri sendiri maupun keluarga.

Menjadi pengusaha Kacang Pukul merupakan salah satu bentuk bekerja, dengan bekerja

sebagai pedagang berarti akan bisa menghasilkan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan

pribadi maupun keluarga. Adapun hal yang baik untuk dinikmati adalah hasil dari usaha

sendiri, karena itu lebih baik dari pada meminta kepada orang lain.

Usaha Kacang Pukul merupakan salah satu penunjang perekonomian masyarakat di

Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir. Disamping itu, usaha kacang Pukul juga

berperan untuk membentuk masyarakat menjadi manusia produktif karena bisa

memanfaatkan waktu yang dimilikinya untuk meningkatkan produktifitas dan dapat

menyerap tenaga kerja, sehingga pengangguran pun berkurang dan perekonomian keluarga

pun semakin meningkat.

Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang sikap jujur dalam memasarkan hasil

produksi terdapat dalam QS. Al-Muthaffifin ayat 1-3 :

































Artinya :

“Kecelakaan besarlah bagi orang yang curang, yaitu orang – orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbangi untuk orang lain, mereka mengurangi”.

Dari ayat di atas dapat kita ketahui bahwa Islam menganjurkan sikap jujur dan tidak

boleh curang dalam memasarkan hasil produksi dan tidak merugikan orang lain, baik dalam

harga, produk, maupun takaran dan timbangan.

Dilihat dari segi Usaha Kacang Pukul di Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir

yang telah sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam tanpa adanya penipuan dalam jual

beli, segi produk, pemasaran serta makanan yang disajikan halal. Usaha Kacang Pukul di

Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir ini telah mendapatkan sertifikasi dari Majelis

Ulama Indonesia (MUI) walaupun masih ada yang belum mendaftarkan ke Majelis Ulama

Indonesia (MUI) untuk mendapatkan sertifikat halal tapi dari Dinas Kesehatan dan BPOM

telah mensertifikasi produk yang diproduksinya.

Salah satu hal yang harus dijadikan landasan dasar oleh para pengusaha dalam

melaksanakan profesinya adalah mengamalkan ajaran Islam, dalam segala urusan muamalah

adalah sesuai dengan kaedah fiqh yang artinya hukum asal dalam bentuk semua muamalah

boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.17

Bahwasanya kehidupan dunia merupakan jembatan untuk menuju kehidupan

selanjutnya yang kekal dan abadi yakni kehidupan akhirat. Jika seorang pengusaha

benar-benar berpegang pada prinsip ini, seorang pengusaha tidak akan menimbulkan dosa dalam

menjalankan usahanya. Karena dengan prinsip ini seseorang mengetahui bagaimana

pertanggung jawabannya terhadap apa yang dilakukan, bukan hanya pertanggung jawaban

terhadap manusia akan tetapi pertanggung jawaban kepada Allah SWT. Sebagaimana dalam

Al-Qur’an surat Al-Zalzalah ayat 7-8 :





























Artinya :

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”.

Dengan demikian, bisnis atau usaha yang sesuai dengan syariah harus berdasarkan

iman kepada Allah SWT. Bisnis yang sesuai syariah adalah berupaya dengan

sungguh-sungguh di jalan Allah SWT dengan mengelola sumber daya secara optimal untuk mencapai

tujuan yang terbaik di sisi Allah SWT, baik di dunia maupun di akhirat.

Dalam menjalankan suatu usaha, Islam menjunjung tinggi keadilan yang merupakan

salah satu dasar teori Ekonomi Islam. Adil yang dimaksud disini adalah tidak menzalimi dan

tidak dizalimi. Islam juga menjunjung tinggi perkara harta menyuruh supaya memperoleh

serta mengembangkannya melalui jalan-jalan yang telah disyari’atkan, seperti tidak ada

pihak yang dirugikan seperti riba, judi, menipu, merampok dan lainnya,18sebagaimana yang

terdapat dalam surat An-Nisa’ ayat 29 :

















































Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman ! janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sunguuh, Allah Maha Penyayang padamu.” (QS / An-Nisa’ : 29)

Di dalam surat Al-Baqarah juga disebutkan :





































Artinya :

“Dan janganlah sebagian kalian memakan harta sebagian yang lain di antara kalian dengan cara yang bathil dan janganlah kalian membawa urusan harta itu kepada hakim, dengan maksud agar dapat memakan harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa, padahal kalian mengetahui”.

Secara terpadu, kedua ayat di atas menunjukkan bahwa memusnahkan harta benda,

merusak kehormatannya dan merampasnya dengan jalan yang tidak dibenarkan oleh Syara’

merupakan pembunuhan manusia-manusia dan mematikan unsur kehidupan serta

merupakan dosa besar. Surat An-Nisa’ ayat 29 tersebut menunjukkan bahwa harta-harta

yang yang baik, berguna dan dihalalkan oleh Allah yang diperoleh melalui usaha adalah

harta-harta yang diperoleh melalui perbuatan yang diridhoi sesama manusia dan yang tidak

meninggalkan pengaruh negative dalam jiwa orang-orang yang bertransaksi, dan sama-sama

ridha. Memperoleh harta dengan jalan yang bathil dapat menanamkan kedengkian dan rasa

menjadi rusak, hura-hura muncul di mana-mana dan sektor-sektor kehidupan manusia

menjadi tergoncang.

Usaha yang dijalankan oleh pengusaha dan pekerja Industri kacang Pukul ini adalah

usaha yang baik dan sejalan syariat Islam, karena dilakukan dengan niat dan cara yang baik

dan usaha ini juga berdampak positif bagi masyarakat. Bahan dasar yang digunakan untuk

membuat Kacang Pukul ini pun terdiri dari bahan-bahan yang halal untuk dikonsumsi dan

tidak menggunakan bahan pengawet. Begitu juga dengan hal penjualannya pengusaha

Kacang Pukul ini selalu menyatakan dengan jujur tentang kualitas produksi mereka.

Disamping itu usaha Kacang Pukul ini juga memberikan kontribusi yang besar dan positif

terhadap peningkatan perekonomian karyawan di Kelurahan Bagan Kota Kecamatan

Bangko Kabupaten Rokan Hilir. Sehingga menurut penulis usaha Kacang Pukul ini telah

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari analisis dan hasil penelitian di atas, kajian kontribusi usaha kacang

pukul di Kelurahan Bagan Kota Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Menurut Hasil Penelitian, usaha kacang pukul di Kelurahan Bagan Kota Kecamatan

Bangko Kabupaten Rokan Hilir memberikan kontribusi dalam menciptakan lapangan

kerja, mengurangi pengangguran dan menambah pendapatan. Hal tersebut dapat

meningkatkan perekonomian karyawan di Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir.

2. Secara umum usaha kacang pukul yang ada di Kelurahan Bagan Kota Kecamatan Bangko

Kabupaten Rokan Hilir ini dalam meningkatkan perekonomian karyawan telah sesuai

dengan Ekonomi Islam, karena tidak ada hal-hal yang melanggar syariat yang terdapat

pada pengelolaan, penjualan dan dalam hal memberikan kontribusi terhadap

perekonomian karyawan di Kelurahan Bagan Kota Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan

Hilir

B. Saran

1. Kepada para pengusaha agar dapat mengembangkan inovasinya dan dapat membuka

cabang dari usaha kacang pukul tersebut, sehingga lapangan pekerjaan semakin bertambah

dan pengangguran pun semakin berkurang.

2. Kepada pemerintah Kabupaten Rokan Hilir agar dapat memberikan perhatian lebih pada

dan pembinaan terhadap masyarakat tentang pengembangan usaha kacang pukul, karena

DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2004), edisi 1.

______________________,”Ekonomi Mikro”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2007)

A. Jdazuli, Kaedah – Kaedah Fiqh, (Jakarta : Kencana, 2007) Cet. Ke-2.

Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007)

Ahmad Hanafi,Pengantar dan sejarah Hukum islam, (Jakarta:Bulan Bintang,1990)

Arfin Hamid, Hukum Ekonomi Islam di Indonesia”, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2006)

__________, Hukum Ekonomi Islam, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2007), Cet. ke-1

Ety Rachaety dan Raih Tresnawati, ”Kamus Istilah Ekonomi”,(Jakarta: Bumi Aksara,2005),Cet.ke-1.

Efendi M. Guntur, Pemberdayaan Ekonomi Rakyat, (Jakarta : CV. Sagung Seto, 2009), Cet. ke-1

Fachri yasin,Agribisnis Riau Perkebunan Berbasis Kerakyatan, (Pekanbaru:Unri Press,2003).

Hasan Aedy, Indahnya Ekonomi Islam, (Bandung : Alvabeta, 2007),

__________, Teori dan Aplikasi Etika Bisnis Islam, (Bandung : Alvabeta, 2011)

Jusmaliani, Bisnis Berbasis Syariah, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), Cet. Ke-1

Kattani dan A. Ikhwani, cet. 2, (Jakarta : Gema Insani Press, 2007)

Kusnadi,dkk,Pengantar Manajemen, (Bandung:Unibran Malang,1999)

Kaelan, Pendidikan pancasila, (Yogyakarta; Paradigma; 2012)

Marius P. Angipora, Dasar-Dasar Pemasaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002), Edisi Ke-2.

Moh.Sadli, ”Ekonomi Industri”, (Jakarta:Balai Lektur mahasiswa Jakarta, 1999)

M.Sholahuddin, ”Asas-asas Ekonomi”, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2007), Cet.ke-1.

Mohammad Hidayat, an Introduction to The Sharia Economic, Pengantar Ekonomi Syariah, (Jakarta : Zikrul Hakim, 2010)

Mulyadi Nitisusastro, Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil, (Bandung : Alvabeta, 2009).

M. Tohar, Membuka Usaha Kecil, (Yogyakarta : Kanisius, 2000).

M. Quraish Shihab, Berrbisnis dengan Allah, (Tangerang : Lentera Hati, 2008.

Mustafa Edwin Nasution, dkk, Pengenal Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta : Kencana, 2007), Cet. Ke-2

____________________, dkk, Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, (Jakarta : Kencana, 2010).

Ratna Evy,dkk,”Usaha Industri dan Kerajinan di Indonesia ”(Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya,1997)

Ruqaiyah Waris Masqood, Harta dalam Islam, (Jakarta : Perpustakaan Nasional, 2003), edisi 1

Said Saad Marthon, Ekonomi di Tengah Ekonomi Global, ( Jakarta : Zikrul Hakim, 2004), Cet. Ke-1

Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta : Salemba Empat, 2008)

Suryana, Kewirausahaan, (Jakarta: Salemba Empat, 2008), Cet.4

Taqiyuddin An Nabhany, Syakhisiyah Islamiyyah, alih bahasa Zakia,(Bogor; Pustaka Thariqul Izzah,2003),Cet.Ke-3.

Tulus Tambunan, ”Perekonomian Indonesia”, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 2001),Cet.ke-1

T. Guritno, Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Ekonomi, (Jakarta : 1992), Cet. ke-2.

Yusuf Qardawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta : Gema Insani Press, 1997).

Zulkarnain,”Membangun Ekonomi Kerakyatan”,(Pekanbaru:Unri Press,2001)

_________, “Membangun Ekonomi Rakyat”, (Jakarta: Adicitakarya Nusa, 2003)

http://missane.blog.friendster.com/2007/08/home-industri-dan-koperasi-mutualisme-dua

http://bagusdewan.blogspot.com.2011/04/defenisi-industri.html.

http://organisasi.org/pengertian_macam_jenis_dan_penggolongan_industri_di_indone sia_perekonomian_bisnis.html.

http://www.agustiantocentre.com/?p=584, Agustianto, ”Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi dalam perspektif ekonomi islam”

Dokumen terkait