• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Islam Dan Undang-Undang Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003 Terhadap Pemotongan Gaji Di Kedai Ketan darmo

69

3. Upah sebagai imbalan pekerjaan harus diketahui dengan jelas, termasuk jumlahnya, wujudnya, dan waktu pembayaranya.

B. Tinjauan Hukum Islam Dan Undang-Undang Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003 Terhadap Pemotongan Gaji Di Kedai Ketan darmo

Islam menawarkan penyelesaian masalah yang sangat baik mengenai masalah upah dan menyelesaikan kepentingan kedua belah pihak, baik golongan pekerja dan para majikan tanpa melanggar hak-hak yang sah dari majikan. Seorang majikan tidak diberikan bertindak kejam terhadap sekelompok pekerja dengan menghilangkan hak sepenuhnya dari bagian mereka. Setiap pihak memperoleh bagian yang sah dari hasil kerjasama mereka tanpa adanya ketidak adilan terhadap pihak lain.

Dalam perjanjian tentang upah kedua pihak diperingatkan untuk bersikap jujur dan adil dalam sesama urusan mereka, sehingga tidak terjadi tindakan aniaya terhadap orang lain juga tidak merugikan kepentingan sendiri.

Akad perjanjian di dalam hukum islam ini memiliki posisi dan perana yang sangat strategis dalam berbagai persoalan muamalah. Akad yang telah terjadi mempunyai pengaruh yang sangat kuat. Dengan akad pula dapat berubah suatu kewengangan, tanggung jawab dan merubah sesuatu. Masalah hukum boleh atau tidaknya sebenarnya hukum setiap kegiatan mu’amalah adalah boleh akan tetapi, dalam transaksi mu’amalah ada ketentuan syarat dan rukun yang harus terpenuhi yang berpengaruh dengan sah atau tidaknya suatu akad dalam perjanjian.

70

ujarah adalah salah satu bentuk kegiatan manusia dalam lapangan muamalah. Dalam perngertian syara’ ujarah adalah suatu jenis akad atau transaksi untuk mengambil manfaat atau jasa dengan jalan penggantian.81

Allah berfirman dalam surat Az-Zukhruf ayat 32:

َقوَف مُهَضعَب اَنعَفَرَو اَينُّدلٱ ِة وَ يَلحٱ ِف مُهَ تَشيِعَّم مُهَ نيَب اَنمَسَق ُن َنَ َكِ بَر َتَحمَر َنوُمِسقَي مُهَأ

َم َي اَِّ مّ يرَخ َكِ بَر ُتَحمَرَو يِّرخُس اضعَب مُهُضعَب َذِخَّتَ يِ ل ت َجَرَد ضعَب

َنوُع

٣٢

“apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggalkan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (Q.S Az-Zukhruf : 32)

Untuk menganalisis pemotongan gaji karyawan kedai ketan darmo dalam perspektif hukum islam, maka harus ditinjau dari syarat dan rukun dari gaji (ujarah) itu sendiri. Rukun dalam ijarah itu ada empat, yaitu: a) ‘aqid (orang yang berakad), b) S}ighat, c) ujrah (upah), d) Manfaat.82

Dalam rukun ijarah diatas, dilihat bahwa dalam perjanjian kerja di kedai ketan darmo sudah memenuhi rukun tersebut. Hal ini dikarenakan dalam perjanjian kerja terdapat aqid yaitu antara majikan atau pemimpin di kedai ketan darmo dengan buruh/karyawan mu’jir. Juga terdapat akad ijab kabul (sighat) melalui ucapan dan surat kontrak kerja dan upah yang

81 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 13, penerjemah kamaluddin AlMarzuki. (Bandung:al-Ma’ruf,1988),25.

71

dibayar oleh majikan atau pemilik setelah para karyawan menyelesaikan pekerjaanya dalam satu bulan .

Namun dalam syarat sahnya ijarah. Praktik pemotongan gaji ini belum memenuhi syarat sahnya, syarat yang harus dipenuhi yaitu syarat yang berkaitan dengan aqid (pelaku), sewa atau upah dan akadnya sendiri.83Syarat-syaratnya belum terpenuhi yaitu :

1. Berkaitan aqid (pelaku), kerelaan kedua belah pihak yang berakad untuk melakukan akad ujrah, karena tidak sah akadnya apabila salah seorang di antaranya terpaksa melakukan akad itu. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat an-Nisa’ ayat 29, yang berbunyi:

ْمُكلَاَوْمَأ اوُلُك َْتَ لَ اوُنَمَا َنْيِذَّلا اَهُّ يَأ َيّ

َِت َنْوُكَت ْنَأ لَإ ِلِط اَبْلِبَ ْمُكَنْ يَ ب

ا

ْمُكْنِم ٍضاَرَ ت ْنَع ًةَر

“ Hai orang-orang yang beriman, jaganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu...”. (QS. An-Nisa; 29). Berdasarkan lafad

ضاَرَت

yang artinya suka sama suka maka bisa disimpulkan bahwa Islam menganjurkan ketika melakukan perjanjian baik itu jual beli atau pun sewa menyewa harus sama-sama rela antara kedua belah pihak agar perjanjian tidak merugikan salah satu pihak dalam berakad.

2. Berkaitan dengan upah, yaitu mengenai kejelasan upah yang diberikan anatara pihak majikan dengan karyawan. Hal ini didasarkan kepada hadis nabi saw :

72

َسُيلَف اًيرِجأ َرَجْأَتْسِا ْنَم :لاق َمَّلَسَو ِهيَلَع الله ىَّلَص َِّبَّنلا َّنأ ُهْنَع الله َيِضَر ٍدْيِعَس ِبَِأ ْنَعَو

َّم

َأ

ُهَتَرْج

“dari Abi Said, Bahwa sesungguhnya Nabi Saw. Bersabda: barang siapa yang menyewa tenaga kerja, hendaklah ia menyebutkan bagian upahnya.84

Karena kejelasan upah diperlukan untuk menghilangkan perselisihan kedua belah pihak. Selain itu pemberian gaji juga dianjurkan sesuai dengan temponya, hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Saw:

ُهَرْجَأَْيرِج َلأا اوُطْعَأ : َمَّلَسَو ِهْيَلَع الله ىلص لوسر لاق :لاق امهنع الله يضر رمع نبا نعَو

باو ىلعيوبأ هاور( .ُهَقَرَع َّفَُي ْنَأ َلْبَ ق

)ىذمتُلاو نىبرطاو هجام ن

“Dari ibnu Umar ia berkata: Rasulullah saw. Bersabda: berikanlah upah atau jasa kepada orang yang kamu kerjakan sebelum kering keringat mereka”. (HR.Ibnu Majah).85

Syarat-syarat yang dibuat antara manusia yang ingin mengadakan perjanjian adalah boleh. Karena manusia diberi kebebasan untuk membuat segala macam bentuk perjanjian dan menentukan syarat-syaratnya, asalkan tidak bertentangan dengan hukum islam. Akan tetapi pemotongan gaji yang dilakukan oleh pemilik kedai ketan darmo ini tidak sesuai dengan syarat sahnya upah (ijarah), karena di dalamnya masih banyak yang harus diperbaiki dalam masalah pemberian upah yang sesuai dengan syarat dan rukun upah (ijarah).

Menyangkut penentuan upah kerja, syariat Islam tidak memberikan ketentuan yang rinci secara tekstual, baik dalam ketentuan Alquran maupun

84 Muhammad bin Isma’il al-Sa’ani, Subul As-Salam, Juz 3, 90.

73

Sunnah Rasul. Secara umum, ketentuan Alquran yang ada kaitan dengan penutupan upah kerja adalah Surat An-Nahl (16): 90

لْا ىِذ ىاتْيِاَو ِناَسْحِلآاَو ِلْدَعْلِبَ ُرُمَيَ َالله َّن ِا

َبَْرُق

ءآشْحَفَلا ِنَع ىَهْ نَ يَو

ِيْغَ بلْاَو ِرَكْنُلماَو

َنْوُرَّكَذَت ْمُكَّلَعَل ْمُكُظِعَي

“ Allah memerintahkan berbuat adil, melakukan kebaikan, dan dermawan terhadap kerabat. Ia melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan penindasan. Ia mengingatkanmu supaya mengambil pelajaran.” (QS. An-Nahl (16): 90).

Apabila ayat itu dikaitkan dengan perjanjian kerja maka dapat dikemukakan bahwa Allah memerintahkan kepada para pemberi pekerjaan (majikan) untuk berbuat adil, berbuat baik, dan dermawan kepada para pekerjanya. Kata “kerabat” dalam ayat itu, dapat diartikan “tenaga kerja”, sebab para pekerja tersebut sudah merupakan bagian dari perusahaan, dan kalau bukan karena jerih payah pekerja atau karyawan tidak mungkin usaha majikan dapat berhasil.

Disebabkan pekerja mempunyai andil yang besar untuk kesuksesan usaha majikan maka berkewajiban majikan untuk mensejahterahkan para pekerjanya, termasuk dalam hal ini memberikan upah yang layak. Selain itu, dari ayat tersebut dapat ditarik pengertian bahwa pemberi kerja (majikan) dilarang Allah berbuat keji (seperti memaksa pekerja berbuat cabul) dan melakukan penindasan (seperti menganiaya). Majikan harus ingat bahwa doa orang yang tertindas sangat diperhatikan oleh Allah.

Pemotongan gaji mengenai hilangnya barang di kedai ketan darmo baik itu sendok, piring, gelas, lepek dan lain sebagainya, apabila hal tersebut tidak diatur salam suatu perjanjian tertulis atau pun perjanjian lisan dalam kedai ketan darmo dan pemotongan gaji karyawan pada saat hilangnya barang, maka pemotongan gaji tersebut tidaklah wajib. Karena pada prinsipnya

74

pemberian gaji itu kembali pada kerelaan kedua belah pihak yang disepakati di dalam perjanjian awal.

Dalam pemotongan upah atau gaji terhadap karyawannya Islam melarang majikan menjatuhkan terhadap para pekerjanya karena kerusakan barang-barang atau alat-alat selama waktu bekerja prinsip majikan tidak diberikan kekuasaan dalam keadaan apapun untuk menajtuhkan denda terhadap pekerja sebagai mana yang dinyatakan oleh Imam Ibn Hasyim dalam ucapanya: “pekerja apakah mitra kerja atau buruh kasar tidak dapat dikenakan denda jika ada barang yang rusak selama bekerja berlangsung, jika tidak terbukti bahwa dia melakukan dengan sengaja dan tidak ada saksi, sebaliknya dia harus bersumpah untuk mendukung pembelaanya agar bisa diterima”.86

Para ahli Fiqih Islam termasuk Imam Abu Hanifah dan Imam Maliki sepakat bahwa tidak ada denda yang dapat dikenakan secara sah kepada pelayan (buruh) yang dipekerjakan dalam batas waktu tertentu hanya karena merusak barang (alat-alat) jika tidak terbukti bahwa dia melakukan dengan sengaja.87

Mengenai peotongan gaji karyawan sendiri tidak terdapat dalil-dalil (Alquran dan Hadits) yang dapat dijadikan dasar tidak bolehan dalam pemotongan upah. Maka dalam penentuan hukum boleh atau tidaknya melakukan pemotongan upah karyawan akibat hilangya barang perusahaan, melihat kesepakatan atau perjanjian awal sebelum melakukan pekerjaan apabila dalam kontrak kerja tidak terdapat perjanjian pemotongan upah atau

86 Afjalur Rahman, Dokrin Ekonomi Islam jilid 2, (Yogyakarta: PT Dana Bakti Wakaf, 1995) 392

75

gaji terhadap pekerja maka majikan mengingkari kesepakatan kerja dan merugikan pekerja atas perbuatannya.

76

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil uraian yang telah dijelaskan dan dianalisis, maka dalam penelitian ini dihasilkan kesimpulan yang menjadi jawaban atas permasalahan :

1. Upah adalah hak pekerja atau karyawan yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau majikan kepada pekerja/karyawan yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja. Pekerjaan pramuniaga adalah pekerja yang bertugas menyajikan makan kepada konsume atau pembeli, Sedangkan sistem gaji yang diberikan kepada karyawan kedai ketan darmo dengan sistem bulanan sebesar 1.300.000, gaji langsung diberikan oleh pemiliknya sendiri ketika akhir bulan. Praktik pemotongan gaji karyawan di kedai ketan darmo dilakukan oleh pemilik kedai hal ini dikarnakan barang-barang kedai hilang seperti piring, sendok, gelas maupun jumlah pendapatan mesin kasir mengingat pada perjanjian awal kerja dimana pihak pemilik tidak ada kesepakatan atau perjanjian dengan karyawan mengenai pemotongan gaji. Hal ini menimbulkan kesenjangan antara pemilik kedai dan karyawan atas pemotongan gaji secara tidak ada perjanjian kerja. 2. Dalam perspektif hukum Islam, kegiatan muamalah (Ijarah) dalam

77

hukum Islam. Karena terdapat pemotongan gaji yang dilakukan oleh pemilik kedai yang tidak memenuhi syarat sah ijarah, yakni kerelan kedua belah pihak yang berakad untuk melakukan akad al-ijarah, serta mengenai kejelasan upah yang diberikan antara pemilik dan karyawan. Pemberian gaji yang seperti ini menyalahi peraturan yang ada dalam hukum islam dan kebiasaan seperti ini harus di ubah agar tidak terjadi kesenjangan bagi para karyawan.

B. Saran

Dengan terselesainya penulisan skripsi ini penulis berharap masalah pemotongan gaji ini perlu adanya kesepakatan antara pemilik dengan karyawan nya agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan bagi satu sama lain. Dan harus ada perjanjian terulis antara pemilik dengan karyawan mengenai pemotongan gaji.

DAFTAR PUSTAKA

Afjalur, Rahman. Dokrin Ekonomi Islam jilid 2. Yogyakarta: PT Dana Bakti Wakaf, 1995.

Al-bani, Muhammad. Shahih Sanna Ibnu majah. Jakarta: Pustaka Azzam, 2007. Al-Bukhari. Sahih al-Bukhari. Juz II Bandung: Pustaka Setia, 2004.

Arikunto. Suharsini. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006.

Asikin, Zainal. Dasar Hukum Perburuan. Jakarta: PT.Raja Grafindo, 1997

Az-Zuhaili. Wahbah. Fiqh Islam Wa Adillatuhu 1: Pengantar Ilmu Tej Abdul Hayyie Al Kattani. Dkk. Jakarta: Gema insane, 2010.

Basith Junaidy. Abdul. Asas Hukum Ekonomi & Bisnis Islam. Cetakan I. Surabaya: UINSA Press, 2014.

Departemen Agama RI. Al-Quran dan Tafsirnya. Jakarta : Kharisma Putra Utama, 2012.

Faulia, Annisa. “Analisis Hukum Islam Terhadap Upah Borongan Pada Buruh Pabrik Di PT. Integra Indocabinet Betro Sedati Sidoarjo”. Skripsi -- UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2013.

Ghufran, A. Mus’adi. Fiqih Muamalah Konstektual. Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2002.

Habibi, Muhammad. Wawancara. Surabaya, 27 Oktober 2018.

Harduijan, Rusli. Hukum Ketenagakerjaan. Cetakan II. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.

Haroen, Nasrun. Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000. Hilda. Wawancara. Surabaya, 13 Oktober 2018.

Ibnu Mas’ud dan Zainal abiding. fiqih Madzhab Syafi’I. Bandung: Pustaka Setia, 2007.

Imam, Mustofa. Fiqh Muamalah Kontemporer. Cetakan I. Jakarta: Rajawali Press, 2016.

Indah, Ririn. “Analisis Hukum Islam Terhadap Pemotongan Gaji Kuli Kontraktor Di Hotel Paradise Jl. Kartika Plaza Kuta Badung Denpasar”. Skripsi -- UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2013.

Junaidi, Muhammad. Wawancara. Surabaya, 17 Oktober 2018. Karim, Helmi. Fiqih Mu’amalah. Jakarta: Rajawali pers, 1997. Khazyatullah Najih. Wawancara. Surabaya. 15 Oktober 2018

Manulang, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, , Cet II. 1995.

Masruhan. Metode Penelitian (Hukum). Surabaya: UINSA Press, 2014. Maulana. Wawancara. Surabaya. 15 Oktober 2018

Narbuko. Chalid. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara, 1997. Nazir. Moh. Metode Penelitian. Cetakan III. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998. Prastowo. Andi. Metode Penelitian Kuantitatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

2014.

Rachmat Syafei. Fiqh Muamalah. Bandung: Pustaka Setia, 2001.

Saepul Hamdi. Asep dan E Bahruddin. Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish, 2014.

Saifullah, Al-Aziz. Fiqih Islam Lengkap. Surabaya: Terang Surabaya, 2005. Sayyid, Sabiq. Fiqih al-Sunnah. terj Nor Hasanuddin. Jakarta: Pena Pundi Aksara

Cet I, 2006.

Sharif Chaundhry. Muhammad. Sistem Ekonomi Islam Prinsip Dasar. Cetakan I . Jakarta: Kencana, 2012.

Soewadji. Jusuf. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012.

Sugiono. Metode Penelitian Adminitrasi. Bandung: Alfabeta, 2004. Suhendi, Hendi. Fiqih Mu’amalah. Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2005. Suhrawardi. Hukum Perjanjian Dalam Islam. Jakarta: Sinar Grafik, 1994. Supendi, Muhammad. Wawancara. Surabaya 27 Oktober 2018

Syarifuddin. Amir. Garis-Garis Besar Fiqh. Jakarta: Kencana, 2003. Syfei, Rachmat. Fiqih Muamalah. Bandung. CV Pustaka Setia, 2001.

Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Hukum Ekonomi Islam. Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi. Surabaya Fakultas Syariah dan Hukum Islam, 2014. Tqyuddin an-Nabhani. al-Iqtisadi Fi al-Islam. Tej. M. Magfur Wachid.

Membangun Sistem Ekonomi Alternatif. Surabaya: Risalah Gusti. Cet II,1996.

Wahbah Zuhaili. al-fiqih al-islamiy wa Adilatuhu, Tej. Abdul Hayyie al-kattani, Fiqih Islam, Jakarta: Gema Insani, Cet. 1, 2011.

Wahidah, Nidaul. “Analisis Hukum Islam Terhadap Pemberian Upah Jagal Qurban Dengan Kulit Hewan Qurban Di Desa Jrebeng Kidul Kecamatan Wonoasih Kabupaten Probolinggo”. Skripsi - UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015.

Wahyu. Wawancara. Surabaya, 10 Oktober 2018.

Zainal, Asikin. Dasar-Dasar Hukum Perburuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

Dokumen terkait