• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

C. Sirkulasi Udara

3. Jenis Kelamin

2.5 Tinjauan Keislaman

2.5.1 Tinjauan Keislaman Objek

Definisi sakit jiwa (gila) dalam bahasa Arab disebut majnun yang dibentuk dari kata janna yang berarti menutupi atau tertutup. Sakit jiwa dalam pengertian asalnya bukanlah orang yang kehilangan akal, tetapi orang yang tidak mampu menerangi kegelapannya atau tertutupnya dari cahaya Ilahi. Dengan demikian, kata „majnun‟ adalah setiap orang yang mengikuti hawa nafsunya hingga akal dan pikirannya tertutup (ghafur, 2004 :29). Imam muslim meriwayatkan sebuah hadist tentang pengertian sakit jiwa (gila) dalam islam, seperti dibawah ini:

“Pada suatu hari Rasulullah SAW melewati sekelompok sahabat yang sedang berkumpul. Rasul SAW bertanya : „Ya Rasul, ini ada orang gila yang sedang mengamuk. Karena itu kami kumpul di sini. Rasul SAW bersabda : „Orang ini tidak gila. Ia sedang mendapat musibah‟. Rasul SAW malah bertanya lagi, „Tahukah kalian siapakah orang gila yang benar-benar gila?‟. Lalu Rasul SAW menjelaskan : „kami tidak tahu‟. Lalu

Gambar 2.14 Penzoningan Rumah Sakit Jiwa Lawang Sumber: analisis :2013

Rg. Perawatan Intensif Ruang Umum Rg. Rawat Anak dan Remaja

Rg. Rawat Wanita Rg. Rawat Pria

Rasul menjelaskan : „Orang gila adalah orang yang berjalan dengan sombong, yang memandang orang dengan pandangan yang merendahkan, yang membusungkan dada, berharap akan surga sambil berbuat maksiat kepada-Nya, yang kejelekannya membuat orang lain tidak aman dan kebaikkannya tidak pernah diharapkan.”

Dari hadist diatas, dijelaskan bahwa sesungguhnya orang yang mempunyai ciri-ciri sakit jiwa (gila) yang sebenarnya adalah pembohong, berkompromi dengan hal yang tidak baik, suka mencela, fitnah, menghalangi orang lain berbuat baik, melampaui batas dalam berbuat sesuatu, bersikap kasar, berbuat jahat, sombong dengan anak dan kekayaannya. Sombong adalah penyakit hati yang sangat berbahaya yang mampu mengakar didalam hati manusia.

Rasulullah SAW juga mengingatkan ancaman bagi orang sombong: “Tidak akan masuk Surga orang yang dalam lubuk hatinya terdapat perasaan sombong walaupun cuma sebesar atom (HR Bukhari -Muslim).

Hati yang sudah tertutup dengan kesombongan akan membentuk pola pikir yang tidak pernah bersyukur dan selalu merasa kurang dalam segala hal sehingga hal ini mengambil alih sebagian besar perhatian kepada sang maha pencipta. Hal yang membuat seseorang merasa tidak bersyukur akan menjadi beban tersendiri bagi orang tersebut sehingga orang tersebut mengalami stress hingga titik terendahnya. Tertutupnya hati kepada sang Ilahi memperburuk keadaan hingga kehilangan arah dan orang tersebut mendapatkan tekanan batin kemudian kehilangan akalnya.

Akal merupakan hal yang mutlak bagi seseorang terutama bagi orang muslim karena Allah SWT memberikan akal kepada umat manusia agar manusia berfikir dan bersyukur atas apa yang Allah SWT berikan seperti yang dijelaskan dalam surat Az Zumar ayat 21.

“Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (Q.S. 39: 21).

Aspek-aspek dalam Islam pun sangat menjunjung tinggi akal, seperti persyaratan seseorang untuk menjadi Imam dalam sholat. Akal dalam Islam menjadi batasan-batasan dalam berperilaku sehingga seseorang dapat mencapai puncaknya yaitu shalat. Disaat seseorang mendapatkan cobaan maka fungsi otak, ketenangan hati dan pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka akan timbul rasa tertekan dan stress. Dari perasaan ini, maka yang paling merasa terguncang adalah hati dan otak. Hati yang gelisah akan membuat seseorang merasa tidak tenteram dan tidak aman, dan akal yang terguncang akan memperlambat kerja seseorang. Berdasarkan dari hal diatas, sudah dijelaskan dalam Al-Qur‟an dalam surat Al A‟raaf ayat 155, betapa fungsi akal sebaiknya didampingi dengan hati dan iman. Namun, ketika kedua hal tersebut semakin menjauh dan tidak searah, hal ini akan memperburuk keadaan seseorang, bahkan dapat menghilangkan fungsi akal.

“Dan Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk (memohonkan taubat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan. Maka ketika mereka digoncang gempa bumi, Musa berkata: "Ya Tuhanku, kalau Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal di antara kami? Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah Yang memimpin kami,

maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun yang sebaik-baiknya." (Q.S 7: 155).

Disaat fungsi akal menghilang dan seseorang kehilangan kesadarannya maka dibutuhkan satu lembaga yang membantu para penderita untuk dibimbing kembali ke kehidupannya yang normal. Dengan integrasi keislaman yang dikaji dan dapat diterapkan secara universal pada bangunan rumah sakit jiwa ataupun lembaga-lembaga yang membantu dalam bidang psikologi dan kejiwaan. Pada satu kota terdapat satu Rumah Sakit Jiwa yang terletak pada pinggiran kota yaitu Lawang, yang seharusnya dapat membantu para penderita tersebut namun kurang dapat terbantu dengan maksimal dikarenakan kapasitas yang kurang, bangunan yang berumur serta penambahan metode yang tidak di samakan dengan penambahan fasilitas.

Upaya pembangunan kembali Rumah Sakit Jiwa Lawang ini, diharapkan dapat membantu meningkatkan baik itu dalam kapasitas maupun fasilitas, sehingga pengguna bangunan merasakan rasa nyaman dan aman. Bangunan Rumah Sakit Jiwa yang memanusiakan manusia dan memenuhi kebutuhan pengguna primer adalah sasaran dan tujuan dari pembangunan kembali Rumah Sakit Jiwa Lawang ini.

Dokumen terkait