• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Tinjauan Kepustakaan

Kebijakan kandungan lokal (local content requirement) adalah suatu kebijakan yang mewajibkan investor membeli atau menggunakan produk-produk buatan dalam negeri dalam jumlah atau presentase tertentu atau keharusan bagi investor untuk menggunakan sumber-sumber dalam negeri lainnya dalam hal pengadaan barang-barang impor, misalnya dengan menetapkan kewajiban impor barang yang harus dilakukan dengan mempergunakan jasa importir dalam negeri

host country atau dengan kata lain tidak dimungkinkannya perusahaan penanaman modal asing melakukan impor secara langsung.21

Kebijakan kandungan lokal minyak dan gas bumi adalah nilai tambah yang ditetapkan host country melalui kegiatan-kegiatan industri minyak dan gas. Hal ini dapat diukur (melalui proyek, afiliasi) dan dilakukan melalui:22

a. pembinaan tenaga kerja

1. menggunakan tenga kerja lokal

2. memberi pelatihan kepada tenaga kerja lokal b. pengembangan investasi

1. pengadaan barang dan jasa lokal 2. mengembangkan barang dan jasa lokal

      

21 Mahmul Siregar, Op.cit., hlm. 74.

22 Local Content, “Local Content Strategy: A Guidance Document For The Oil And Gas Industry”, IPIECA, 2011, hlm. 3.

Negara-negara berkembang umumnya menggunakan kebijakan kandungan lokal ini agar modal asing memberikan keuntungan maksimal terhadap pembangunan ekonominya. Dalam hal ini, penanaman modal asing akan digunakan sebaik-baiknya untuk membangun atau untuk memenuhi rencana pembangunan atau rencana perekonomian negaranya.23

Kebijakan kandungan lokal merupakan salah satu tindakan di bidang penanaman modal yang dilarang oleh TRIMS (Trade Related Investment Measures). Biasanya kebijakan kandungan lokal dikaitkan dengan pemberian insentif pajak bagi perusahaan-perusahaan asing yang menggunakan kandungan lokal. Oleh karenanya kebijakan kandungan lokal dianggap telah melanggar ketentuan Artikel III.4 GATT tentang national treatment dimana suatu negara harus memperlakukan dengan sama terhadap penanaman modal dari mitra dagangnya seperti halnya terhadap penanaman modal yang dilakukan oleh warga negara dan perusahaan-perusahaannya. Dewasa ini, persyaratan kandungan lokal masih menjadi perdebatan antara negara maju dengan negara berkembang. Bagi negara-negara berkembang dan terbelakang kebijakan pembatasan terhadap penanaman modal asing masih diperlukan untuk melindungi kepentingan nasional mereka dari persaingan yang tidak seimbang antara industri domestik dengan modal dan sumberdaya terbatas melawan perusahaan-perusahaan multinasional yang modal dan teknologinya jauh lebih berkembang. Sedangkan negara-negara maju merasa persyaratan kandungan lokal merupakan suatu tindakan diskriminatif terhadap produk-produk impor.

      

2. Minyak dan Gas Bumi A. Pengertian

Istilah minyak bumi berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu crude oil, sedangkan istilah gas bumi berasal dari terjemahan Inggris, yaitu natural gas. Pengertian minyak bumi dapat kita temukan dalam Pasal 3 huruf (i) The Petroleum Tax Code pada tahun 1997 di negara India. Pasal tersebut berbunyi sebagai berikut:24

Petroleum” means crude oil existing in its natural condition i.e. all kinds of hydrocarbons and bitumens, both in solid and in liquid form. In their natural state or obtained from Natural Gas by condensation or extraction, including distillate and condensate (when commingled with the heavier hydrocarbons and delivered as a blend at the delivery point) but excluding Natural Gas.”

Pengertian gas bumi terdapat dalam Pasal 3 huruf (g) The Petroleum Tax Code. Pasal tersebut berbunyi sebagai berikut:25

Natural Gas means wet gas, dry gas, all other gaseous hydrocarbons, and all substances contained therein, including sulphur, carbon dioxide, nitrogen and helium, which are produced from oil and gas wells, excluding liquid hydrocarbons that are condensed or extracted from gas and are liquid at normal temperature and pressure conditions, but including the residue gas remaining after the condensation or extraction of liquid hydrocarbons from gas.”

B. Asas-asas Penyelenggaraan Minyak dan Gas Bumi

Di dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan telah ditentukan asas-asas yang menjadi dasar

      

24 H. Salim. HS., Hukum Pertambangan di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 229.

daripada pertambangan. Artinya seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pertambangan haruslah sesuai dengan asas-asas pertambangan. Asas-asas pertambangan tersebut terdiri atas: asas manfaat, asas pengusahaan, asas keselarasan, asas partisipatif, dan asas musyawarah dan mufakat.26

Di samping itu, di dalam Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi juga telah ditentukan secara jelas asas-asas hukum penyelenggaraan pertambangan minyak dan gas bumi. Penyelenggaraan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi berasaskan pada ekonomi kerakyatan, keterpaduan, manfaat, keadilan, keseimbangan, pemerataan, kemakmuran bersama dan kesejahteraan rakyat banyak, keamanan, keselamatan, dan kepastian hukum serta berwawasan lingkungan. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang minyak dan gas bumi.27

C. Usaha Minyak dan Gas Bumi

Kegiatan usaha minyak dan gas bumi (migas) terdiri dari 2 (dua) kegiatan, yaitu Kegiatan Usaha Hulu yang mencakup eksplorasi dan eksploitasi, serta Kegiatan Usaha Hilir yang mencakup pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, dan niaga.28

1. Kegiatan Usaha Hulu

Kegiatan usaha hulu diatur di dalam Pasal 1 ayat (7), Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 9 sampai dengan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang

      

26 Undang-Undang Tambang dan Perburuhan, http://www.slideshare.net/vestersaragih/uu-tambang-dan-perburuhan-materi-1 (diakses pada tgl 9 January 2014 pukul 22.30 WIB).

27 Op.cit., Hlm. 13.

Minyak dan Gas Bumi. Kegiatan usaha hulu adalah kegiatan usaha yang berintikan atau bertumpu pada kegiatan usaha, yaitu usaha eksplorasi dan usaha eksploitasi.29

Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas, dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup.30 Kegiatan ini meliputi:31

a. Penyedikan Geologi b. Penyelidikan Geofisika c. Pemboran Eksplorasi

Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan minyak dan gas bumi dari wilayah kerja yang ditentukan yang terdiri atas pengeboran, dan pengambilan minyak dari sumur untuk diproses dan dikilang.32

Kegiatan usaha hulu memakai rezim kontrak. Kegiatan usaha hulu dilaksanakan dan dikendalikan melalui kontrak kerja sama yang merupakan kontrak bagi hasil atau bentuk kontrak kerja sama lain dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang lebih menguntungkan negara dan hasilnya dipergunakan untuk sebesar-besarnya demi kemakmuran rakyat.33

       29 H. Salim HS., Op.cit., hlm. 237.

30 DC. Kurniawan, Pengaturan Kegiatan Usaha Pertambnagan di Indonesia, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37041/5/Chapter%20III-V.pdf (diakses pada tgl 9 January 2014 pukul 23.20 WIB).

31 Kegiatan Hulu Migas, http://cepumerah.blogspot.com/p/peran-industri-migas_26.html (diakses pada tgl 10 January 2014 pukul 00.05 WIB).

32 Ibid.

33 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, Pasal 1 ayat (19).

2. Kegiatan Usaha Hilir

Kegiatan usaha hilir diatur dalam Pasal 1 ayat (10), Pasal 5, Pasal 7, Pasal 23 sampai dengan 27.34 Kegiatan usaha hilir migas terdiri atas kegiatan usaha

pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan niaga.

Pengolahan minyak mentah dilakukan pada kilang minyak bumi sebagai sistem peralatan untuk mengolah minyak mentah (minyak bumi) menjadi berbagai produk kilang. Kegiatan pengangkutan migas adalah kegiatan pemindahan minyak bumi, gas bumi dan atau hasil olahan dari wilayah kerja atau dari tempat penampungan dan pengolahan, termasuk pengangkutan gas bumi melalui pipa transmisi dan distribusi. Kegiatan penyimpanan migas adalah kegiatan penerimaan, pengumpulan, penampungan dan pengeluaran minyak bumi dan atau gas bumi, Sedangkan kegiatan niaga meliputi kegiatan pembelian, penjualan, ekspor, impor minyak bumi, BBM, bahan bakar gas dan atau hasil olahan termasuk gas melalui pipa.35

3. World Trade Organization (WTO) – Trade Related Investment Measures (TRIMs)

World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia merupakan satu-satunya badan internasional yang secara khusus mengatur masalah perdagangan antar negara. Sistem perdagangan multilateral WTO diatur melalui suatu persetujuan yang berisi aturan-aturan dasar perdagangan internasional sebagai hasil perundingan yang telah ditandatangani oleh

negara-       34 H. Salim HS., Op.cit., Hlm. 241. 35 Kegiatan Hulu Migas, Loc. cit.

negara anggota. Persetujuan tersebut merupakan kontrak antar negara-anggota yang mengikat pemerintah untuk mematuhinya dalam pelaksanaan kebijakan perdagangan di negaranya masing-masing. Walaupun ditandatangani oleh pemerintah, tujuan utamanya adalah untuk membantu para produsen barang dan jasa, eksportir dan importir dalam kegiatan perdagangan. Pemerintah Indonesia merupakan salah satu negara pendiri Word Trade Organization (WTO) dan telah meratifikasi Persetujuan Pembentukan WTO melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994.36

Sebagai organisasi internasional, WTO memiliki fungsi yaitu sebagai berikut:37

a) Lembaga internasional yang mempunyai kekuatan hukum untuk menciptakan sistem perdagangan yang ditaati oleh negara anggota WTO. b) Forum negosiasi dan forum menyelesaikan perselisihan perdagangan

internasional di antara negara anggota WTO.

Ada beberapa aturan main (rule of law) dalam penyelenggaraan perdagangan internasional yang wajib ditaati negara anggota WTO antara lain:38

1) Prinsip Non Discrimination in Trade (prinsip non diskriminasi dalam perdagangan internasional);

2) Prinsip National Treatment (prinsip perlakuan sama terhadap barang-barang impor di dalam negeri);

      

36 Fungsi dan Peranan WTO Dalam Era Perdagangan WTO, http://hukuminvestasi.wordpress.com/2010/09/16/fungsi-dan-peranan-wto/ (diakses pada tgl 14 Januari 2014 pukul 23.38).

37 Widayaiswara Utama Pusdiklat Bea dan Cukai, Mengenal World Trade Organization (WTO), Syaiful Anwar, hlm. 2.

3) Prinsip Eliminating non Tariff Barriers (prinsip yang melarang hambatan non tarif);

4) Prinsip Restriction on Quota (prinsip yang melarang penetapan kuota perdagangan secar sepihak);

5) Anti dumping dan subsidi; dan

6) Membentuk kawasan perdagangan regional yang lebih liberal.

WTO memiliki berbagai kesepakatan perdagangan yang telah dibuat, namun kesepakatan tersebut sebenarnya bukanlah kesepakatan yang sebenarnya. Hal ini dikarenakan kesepakatan tersebut adalah pemaksaan kehendak oleh WTO kepada negara-negara untuk tunduk terhadap keputusan-keputusan yang dibuat oleh WTO.39 Trade-Related Investment Measures (TRIMs) termasuk sebagai salah satu kesepakatan dalam konvensi WTO. TRIMs adalah perjanjian tentang aturan-aturan investasi yang menyangkut atau berkaitan dengan perdagangan. Kesepakatan TRIMs dimaksudkan untuk mengurangi atau menghapus kegiatan perdagangan dan meningkatkan kebebasan kegiatan investasi antar negara. Tujuan utama TRIMs adalah untuk menyatukan kebijakan dari negara-negara anggota dalam hubungannya dengan investasi asing dan mencegah proteksi perdagangan sesuai dengan prinsip-prinsip GATT. Pertimbangan-pertimbangan tersebut menjadi dasar perundingan yang mengarahkan negara-negara penerima modal mengatur investasi asing di negara tersebut. TRIMs melarang pengaturan-pengaturan penanaman modal asing yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip

      

39 Organisasi Perdagangan Dunia,

http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Perdagangan_Dunia (diakses pada tgl 14 Januari 2014 pukul 23.55 WIB).

GATT 1994, sebagai instrumen untuk membatasi penanaman modal asing, namun ada pengecualian-pengecualian tertentu asalkan memenuhi syarat-syarat tertentu juga.40

Dokumen terkait