• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Tinjauan Kepustakaan

Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.

Pada dasarnya kegiatan penanaman modal diklasifikasikan atas dua kategori besar, yaitu:13

13

Lusiana, Usaha Penanaman Modal di Indonesia, Ed. Pertama, Cet. Pertama, (Jakarta: Rajawali Pers, 2002), hlm. 39-41.

a. Investasi langsung (direct investment) atau penanaman modal jangka panjang.

Di dalam Undang-Undang Penanaman Modal, pengertian penanaman modal hanya mencakup penanaman modal secara langsung dalam kaitan dengan pengelolaan modal. Investasi langsung ini dilakukan dengan mendirikan perusahaan patungan (joint venture company) dengan mitra lokal, melakukan kerja sama operasai (joint operation scheme) tanpa membentuk perusahaan baru, mengkonversikan pinjaman menjadi penyertaan mayoritas dalam perusahaan lokal, memberikan bantuan teknis dan manajerial maupun memberikan lisensi dan lain-lain.

b. Investasi tidak langsung (indirect investment) atau penanaman modal tiudak langsung (portofolio investment).

Pada umumnya dicapai kesepakatan mengenai perbedaan antara investasi langsung dan investasi tidak langsung.

1) Pada investasi tidak langsung, pemegang saham tidak memiliki kontrol pada pengelolaan perseroan sehari-hari.

2) Pada investasi tidak langsung, resiko ditanggung sendiri oleh pemegang saham sehingga pada dasarnya tidak dapat menggugat perusahaan yang menjalankan kegiatannya.

3) Kerugian pada investasi tidak langsung, pada umumnya tidak dilindungi oleh hukum kebiasaan internasional (international customary law).

4) Investasi tidak langsung pada umumnya merupakan penanaman modal jangka pendek yang mencakup kegiatan transaksi di pasar modal dan di pasar uang. Penaman modal ini disebut penaman modal jangka pendek karena pada umumnya mereka melakukan jual beli saham dan/atau mata uang dalam jangka waktun relatif singkat, tergantung fluktuasi nilai saham dan/atau mata uang yang hendak mereka perjual-belikan.

Di Indonesia, kegiatan investasi dilakukan dengan berdasarkan pada asas-asas sebagai berikut:14

a. kepastian hukum;

adalah asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal.

b. keterbukaan;

adalah asas yang terbuka terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman modal.

c. akuntabilitas;

adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari penyelenggaraan penananam modal harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai

14

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Bab II, Pasal 3, Angka 1.

pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

d. perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara;

adalah asas perlakuan pelayanan nondiskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing maupun antara penanam modal dari satu negara asing dan penanam modal dari negara asing lainnya.

e. kebersamaan;

adalah asas yang mendorong peran seluruh penanam modal secara bersamasama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

f. efisiensi berkeadilan;

adalah asas yang mendasari pelaksanaan penanaman modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.

g. berkelanjutan;

adalah asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik untuk masa kini maupun yang akan datang.

h. berwawasan lingkungan;

adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memerhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.

i. kemandirian; dan

adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi. j. keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

adalah asas yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonomi nasional.

Selain itu, investasi juga dibagi atas dua macam berdasarkan sumber dananya (modal), yaitu: investasi asing dan domestik. Investasi asing merupakan investasi yang bersumber dari pembiayaan luar negeri. Sementara itu, investasi domestik merupakan investasi yang bersumber dari pembiayaan dalam negeri.15

2. Rumah Susun

Rumah Susun adalah Bagunan gedung bertingkat, yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah hrorizontal dan vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk

15

Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal, Ed. Pertama, Cet. Pertama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hlm. 11.

tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda-benda bersama dan tanah bersama.16

Satuan Rumah Susun (SRS) adalah Bagian-bagian dalam rumah susun yang dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah. SRS harus mempunyai sarana penghubung ke jalan umum, tanpa mengganggu dan tidak boleh melalui SRS yang lain.17

Pada dasarnya, pembangunan rumah susun didasari oleh beberapa asas-asas, sebagai berikut:18

a. Asas kesejahteraan umum

Menunjukkan atau memberikan landasan bahwa pembangunan rumah susun tersebut dibangun untuk mewujudkan kesejahteraan baik lahir maupun batin bagi seluruh rakyat Indonesia secara adil dan merata berdasarkan kepada Undang-Undang Dasar 1945.

b. Asas keadilan dan pemerataan

Memberikan landasan agar pembangunan rumah susun dapat dinikmati hasil-hasil dari pembangunan rumah susun tersebut secara merata oleh seluruh rakyat Indonesia.

c. Asas keserasian dan keseimbangan

Menunjukkan atau memberikan landasan bahwa dalam perikehidupan mewajibkan adanya keserasian dan keseimbangan antara

16

Andi Hamzah, I Wayan Suandra dan B. A. Manalu, Dasar-Dasar Hukum Perumahan, Cet. Kedua, (Jakarta: PT Rineka CIpta, 1992), hlm. 27.

17

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Cet. Kesepuluh, Ed. Revisi, (Jakarta: Djambatan, 2005), hlm. 349.

18

kepentingan di dalam pemanfaatan rumah susun tersebut agar tidak terjadi kesenjangan sosial.

Menurut Pasal 41 Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1988 Tentang Rumah Susun menyebutkan bahwa Hak Milik atas satuan rumah susun meliputi hak kepemilikan perseorangan yang digunakan secara terpisah, hak bersama atas bagian-bagian bangunan, hak bersama atas benda dan hak bersama atas tanah yang kesemuanya merupakan satu kesatuan hak yang secara fungsional tidak terpisahkan.19 Berikut merupakan penjelasan mengenai hak-hak bersama:20

a. Bagian bersama

Adalah bagian-bagian dari rumah susun yang dimiliki bersama secara tidak terpisah oleh semua pemilik satuan rumah susun dan diperuntukkan pemakaian bersama, seperti: lift, tangga, lorong, pondasi, atap bangunan, ruang untuk umum dan lain-lain.

b. Tanah bersama

Adalah sebidang tanah tertentu di atas mana bangunan rumah susun yang bersangkutan berdiri, yang sudah pasti status hak, batas-batas dan luasnya. Tanah tersebut bukan milik para pemilik satuan rumah susun yang ada di lantai dasar. Melainkan, seperti halnya “bagian bersama”, juga merupakan hak bersama semua pemilik satuan rumah susun dalam bangunan rumah susun yang bersangkutan.

c. Benda bersama

19

Ibid., hlm. 121.

20

Adalah benda-benda dan bangunan-bangunan yang buka merupakan bagian dari bangunan gedung rumah susun yang bersangkutan, tetapi berada di atas “tanah bersama” dan diperuntukkan bagi pemakaian bersama. Seperti bangunan tempat ibadah, lapangan parkir, olahraga, pertamanan, tempat bermain anak-anak dan lain-lainnya. Benda-benda tersebut juga merupakan milik bersama yang tidak terpisah dari semua pemilik satuan rumah susun.

Dalam memanfaatkan satuan rumah susun, tentunya para penghuni memiliki hak, kewajiban dan larangan yang harus dilaksanakan dan ditaati. Adapun hak, kewajiban dan larangan yang harus ditaati oleh penghuni satuan rumah susun adalah:21

a. Hak penghuni satuan rumah susun:

1) Memanfaatkan rumah susun dan lingkungannya termasuk bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama secara aman dan tertib;

2) Mendapat perlindungan sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;

3) Memilih dan dipilih menjadi anggota pengurus perhimpunan penghuni;

21

4) Menyewakan satuan rumah susun yang dimilikinya kepada pihak lain yang akan menjadi penghuni, asal tidak melebihi jangka waktu berlakunya hak atas tanah bersama yang bersangkutan;22 5) Menunjuk hak milik satuan rumah susun yang dimilikinya

sebagai jaminan kredit, dengan membebaninya dengan hak tanggungan;

6) Hak milik satuan rumah susun dapat beralih karena pewarisan; 7) Memindahkan hak milik satuan rumah susun melalui jual-beli,

tukar-menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan atau legaat. b. Kewajiban penghuni satuan rumah susun:

1) Mematuhi dan melaksanakan pengaturan tata tertib dalam rumah susun dan lingkungannya sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;

2) Membayar iuran untuk membiayai pengelolaan bagian bersama, serta premi asuransi kebakaran;

3) Memelihara rumah susun dan lingkungannya termasuk bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama;

4) Membentuk perhimpunan penghuni;23

5) Membayar biaya operasional perhimpunan penghuni sesuai dengan nilai perbandingan proposionalnya;

6) Dalam hal apabila tanah bersama dimiliki bukan dengan hak milik, pemilik satuan rumah susun mengajukan permohonan

22

Boedi Harsono, Op. cit., hlm. 362.

23 Ibid.

perpanjangan jangka waktu atau pembaharuan hak guna bangunan atau hak pakai bagi tanah bersama yang bersangkutan. c. Larangan bagi penghuni satuan rumah susun:

1) Melakukan perbuatan yang membahayakan keamanan, ketertiban dan keselamatan terhadap penghuni lainnya, bangunan dan lingkungannya;

2) Mengubah bentuk dan/atau menambah bangunan di luar satuan rumah susun yang dimiliki, tanpa mendapat persetujuan perhimpunan penghuni.

Pemilik satuan rumah susun mempuniyai kewajiban untuk membentuk perhimpunan penghuni. Perhimpunan penghuni berfungsi membina terciptanya kehidupan lingkungan yang sehat tertib dan aman, mengatur dan membina kepentingan penghuni serta mengelola rumah susun dan lingkungannya. Dalam melaksanakan fungsinya, perhimpunan penghuni memiliki tugas sebagai berikut:24

a. Mengesahkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang disusun oleh pengurus dalam rapat umum perhimpunan penghuni; b. Membina para penghuni ke arah kesadaran hidup bersama yang serasi,

selaras dan seimbang dalam rumah susun dan lingkungannya;

c. Mengawasi pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;

d. Menyelenggarakan tugas-tugas administratif penghunian;

24

e. Menunjuk atau membentuk dan mengawasi badan pengelola dalam pengelolaan rumah susun dan lingkungannya;

f. Menyelenggarakan pembukuan dan administratif keuangan secara terpisah sebagai kekayaan perhimpunan penghuni;

g. Menetapkan sanksi terhadap pelanggaran yang telah ditetapkan dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

Dalam mengelola rumah susun dan lingkunganya, perhimpunan penghuni dapat menunjuk atau membentuk badan pengelola rumah susun. Badan pengelolaan perhumpunan penghuni harus disahkan sebagai badan hukum dan profesional. Badan pengelola dimaksud mempunyai tugas:25

a. Melaksanakan pemeriksaan, pemeliharaan kebersihan dan perbaikan rumah susun dan lingkungannya pada bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama;

b. Mengawasi ketertiban dan keamanan penghuni serta penggunaan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama sesuai dengan peruntukannya;

c. Secara periodik memberikan laporan kepada perhimpunan penghuni disertai permasalahan dan usaha pemecahannya.

UU Rumah Susun mengenal beberapa jenis rumah susun, yakni:26 a. Rumah susun umum

Rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Rumah susun umum

25

Ibid., hlm. 45.

26

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun, Bab I, Pasal 1.

inilah yang kemudian berkembang menjadi rusunami dan rusunawa. Rusunami adalah akronim dari rumah susun umum milik, sedangkan rusunawa adalah akronim dari rumah susun umum sewa.

b. Rumah susun khusus

Merupakan rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus.

c. Rumah susun negara

Yaitu rumah susun yang dimiliki oleh negara yang menjadi tempat tinggal, sarana pembinaan dan penunjang pelaksanaan tugas pejabat dan pegawai negeri.

d. Rumah susun komersial

Adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk mendapatkan keuntungan. Rumah susun komersial oleh pengembang sering disebut apartemen, flat atau kondominium.

Berdasarkan penggunaannya, rumah susun kemudian dikelompokkan menjadi:27

a. Rumah susun hunian

Yaitu rumah susun yang seluruhnya berfungsi sebagai tempat tinggal. b. Rumah susun bukan hunian

Adalah rumah susun yang seluruhnya berfungsi sebagai tempat usaha dan atau kegiatan sosial.

27

Imam Koeswahyono, hukum rumah susun: suatu bekal pengantar pemahaman, (Malang: Bayumedia, 2004), hlm. 13-14.

c. Rumah susun campuran

Merupakan rumah susun yang sebagian berfungsi sebagai tempat tinggal dan sebagian lagi berfungsi sebagai tempat usaha.

Hapusnya hak milik atas satuan rumah susun dapat terjadi karena hak atas tanahnya hapus menurut pertaturan perundangan yang berlaku, misalnya karena adanya pencabutan hak atas tanah dan sebagainya. Apabila hal ini terjadi, maka setiap pemilik berhak memperoleh bagian atas milik bersama, terhadap bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama sesuai dengan nilai perbandingan proporsionalnya.

Hapus dalam pengertian ini hanyalah dalam arti hubungan hukum atau atas haknya. Misalnya karena seluruh satuan rumah susun beralih haknya kepada satu orang atau badan hukum, sehingga bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama tidak ada lagi karena dimiliki oleh satu orang atau badan hukum. Atau hak guna bangunan atas tanah berakhir karena tidak diperpanjang atau diperbaharui.

Hak milik atas satuan rumah susun juga hapus karena tanah dan bangunannya musnah, misalnya karena bencana alam dan sebagainya. Atau karena hak milik atas satuan rumah susun tersebut diserahkan haknya secara sukarela oleh pemiliknya kepada negara.28

28

3. Hukum Kontrak (Perjanjian/Perikatan)

Hukum kontrak merupakan terjemahan dati bahasa Inggris, yaitu contract

of law, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah

overeenscomsrecht. Berikut merupakan beberapa pengertian hukum kontrak:29 a. Menurut Lawrence M. Friedman

Hukum kontrak adalah perangkat hukum yang hanya mengatur aspek tertentu dari pasar dan mengatur jenis perjanjian tersebut.

b. Menurut Michael D. Bayles

Hukum kontrak adalah sebagai aturan hukum yang berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian atau persetujuan.

c. Menurut Charles L. Knapp dan Nathan M. Crystal

Hukum kontrak adalah mekanisme hukum dalam masyarakat untuk melindungi harapan-harapan yang timbul dalam pembuatan persetujuan demi perubahan masa datang yang bervariasi kinerja, seperti pengangkutan kekayaan (yang nyata maupun tidak nyata), kinerja pelayanan dan pembayaran dengan uang.

d. Definisi yang tercantum dalam Ensiklopedia Indonesia

Hukum kontrak adalah rangkaian kaidah-kaidah hukum yang mengatur berbagai persetujuan dan ikatan antara warga-warga hukum.

29

Salim H. S., Hukum Kontrak: Teori dan Penyusunan Kontrak, Cet. Kedelapan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 3.

e. Menurut Salim H. S.

Hukum kontrak adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.

Berdasarkan pengertian-pengertian hukum kontrak dapat dikemukakan beberapa unsur dasar yang terdapat di dalam hukum kontrak, sebagai berikut:30

a. Adanya kaidah hukum

Kaidah dalam hukum kontrak dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1) Kaidah hukum kontrak tertulis

Adalah kaidah-kaidah hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan, traktat dan yurisprudensi

2) Kaidah hukum kontrak tidak tertulis

Adalah kaidah-kaidah hukum yang timbul, tumbuh dan hidup dalam masyarakat. Contoh: jual-beli lepas, jual-beli tahunan, dan lain-lain. Konsep hukum ini berasal dari hukum adat.

b. Subjek hukum

Istilah lain dari subjek hukum adalah rechtperson. Rechtperson

diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban. Yang menjadi subjek hukum dalam hukum kontrak adalah kreditur dan debitur. Kreditur adalah orang yang berpiutang, sedangkan debitur adalah orang yang berutang.

30

c. Adanya prestasi

Prestasi adalah apa yang menjadi hak kreditur dan kewajiban dbitur. Prestasi terdiri dari:

3) Memberikan sesuatu; 4) Berbuat sesuatu; dan 5) Tidak berbuat sesuatu. d. Kata sepakat

Di dalam pasal 1320 KUHPerdata ditentukan empat syarat perjanjian. Salah satunya kata sepakat (konsensus). Kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara para pihak.

e. Akibat hukum

Setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban. Hak adalah suatu kenikmatan dan kewajiban adalah suatu beban. Di dalam hukum kontrak dikenal beberapa azas penting antara lain sebagai berikut:31

a. Asas konsensualisme

Asas konsensualisme adalah asas yang menyatakan bahwa suatu kontrak lahir pada saat terjadinya kesepakatan. Asas konsensualisme ini tidak berlaku bagi semua jenis kontrak karena asas ini hanya berlaku terhadap kontrak konsensual sedangkan terhadap kontrak formal dan kontrak riel tidak berlaku.

31

Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Ed. Pertama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 3.

b. Asas kebebasan berkontrak

Asas kebebasan berkontrak merupakan salah satu asas yang sangat penting dalam hukum kontrak. Kebebasan berkontrak memberikan jaminan kebebasan kepada seseorang untuk secara bebas menentukan beberapa hal yang berkaitan dengan perjanjiannya, seperti:

1) Bebas menentukan apakah ia akan melakukan perjanjian atau tidak;

2) Bebas menentukan dengan siapa ia akan melakukan perjanjian; 3) Bebas menentukan isi atau klausul perjanjian;

4) Bebas menentukan bentuk perjanjian; dan

5) Kebebasan-kebebasan lainnya yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

c. Asas mengikatnya kontrak (Pacta Sunt Servanda)

Asas ini menyatakan bahwa setiap orang yang membuat kontrak terikat untuk memenuhi kontrak tersebut karena kontrak tersebut mengandung janji-janji yang harus dipenuhi dan janji tersebut mengikat para pihak sebagaimana mengikatnya undang-undang. Hal ini dapat dilihat dalam pasal 1338 (1) KUHPerdata yang mencantumkan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

d. Asas itikad baik

Ketentuan mengenai itikad baik ini diatur dalam pasal 1338 (3) KUHPerdata yang menyatakan bahwa perjanjian harus dilaksanakan

dengan itikad baik. Dalam membuat suatu perjanjian, kedua belah pihak yang bersangkutan harus bertindak dengan mengingat kepentingan-kepentingan yang wajar dari pihak lain. Secara umum itikad baik harus selalu ada pada setiap tahap perjanjian sehingga kepentingan pihak yang satu selalu dapat diperhatikan oleh pihak lainnya.

e. Asas kepribadian (Personalitas)32

Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam pasal 1315 dan pasal 1340 KUHPerdata.

Di samping asas-asas yang telah dijelaskan diatas, di dalam Lokakarya Hukum Perikatan yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman dari tanggal 17 sampai dengan tanggal 19 Desember 1985 telah berhasil dirumuskan delapan asas hukum perikatan nasional, sebagai berikut:33

a. Asas kepercayaan

Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang yang akan mengadakan perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan di antara mereka di belakang hari.

32

Salim H. S., Op. cit., hlm. 12.

33

b. Asas persamaan hukum

Yang dimaksud dengan asas persamaan hukum adalah bahwa subjek hukum yang mengadakan perjanjian mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam hukum. Mereka tidak dibeda-bedakan antara satu sama lain, walaupun subjek hukum itu berbeda warna kulit, agama dan ras.

c. Asas keseimbangan

Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur, namun debitur memikil pula kewajiban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik. d. Asas kepastian hukum

Perjanjian sebagai figur hukum harus mengandung kepastian hukum. Kepastian ini terungkap dari kekuatan yang mengikatnya perjanjian, yaitu sebagai undang-undang bagi yang membuatnya.

e. Asas moral

Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar yaitu suatu perbuatan sukarela dari seseorang yang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat prestasi dari pihak debitur. Hal ini terlihat dalam

zaakwarneming, yaitu seseorang melakukan perbuatan dengan sukarela (moral). Yang bersangkutan mempunyai kewajiban hukum untuk meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya. Salah satu faktor

yang memberikan motivasi pada yang bersangkutan melakukan perbuatan hukum itu adalah didasarkan pada kesusilaan (moral) sebagai panggilan hati nuraninya.

f. Asas kepatutan

Asas kepatutan tertuang dalam pasal 1339 KUHPerdata. Asas ini berkaitan dengan ketentuan mengenai isi perjanjian.

g. Asas kebiasaan

Asas ini dipandang sebagai bagian dari perjanjian. Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk apa yang secara tegas diatur, akan tetapi juga hal-hal yang menurut kebiasaan lazim diikuti.

h. Asas perlindungan (protection)

Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara debitur dan kreditur harus dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat perlindungan itu adalah pihak debitur, karena pihak debitur berada pada pihak yang lemah.

4. Perlindungan Konsumen

Beberapa pengertian konsumen, antara lain:

a. Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen: Setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia

dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk di perdagangkan.34 b. Menurut Consumer Protection Act of 1986, No.68 dari India:

Konsumen adalah setiap orang (pembeli) atas barang yang disepakati, menyangkut harga dan cara pembayarannya, tetapi tidak termasuk mereka yang mendapatkan barang untuk dijual kembali atau untuk keperluan komersial lainnya.35

Pengertian Perlindungan Konsumen:

Segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. 36

Tujuan perlindungan konsumen:37

a. Meningkatkan kesadaran, Kemampuan dan kemandirian untuk melindungi diri.

b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa. c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan

dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.

34

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Bab I, Pasal 1, Angka 2.

35

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Cet. Kedua, Ed. Revisi, (Jakarta:

Dokumen terkait