• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi

Wilayah studi Kabupaten Garut terletak di bagian selatan Provinsi Jawa Barat. Daerah ini meliputi areal seluas kira-kira 150.000 hektar, terbentang antara 6°55’ - 7°25’ LS dan 107°42’ - 108° 11’ BT, dengan batas-batas :

- Bagian selatan daerah ini dibatasi oleh punggung perbukitan yang menghubungkan puncak Gunung Cikurai, Mandalawangi, dan Papandayan;

- Bagian timurnya dibatasi oleh punggung perbukitan yang menghubungkan puncak-puncak Gunung Cikurai, Kracak, Telagabodas dan Cakrabuana;

- Bagian barat dibatasi oleh perbukitan yang menghubungkan puncak-puncak Gunung Papandayan, Kendang, Guntur, Haruman dan Calancang;

- Bagian utara dibatasi oleh punggung perbukitan di wilayah Kecamatan Cadasngampar, Kabupaten Sumedang.

Secara administratif sub DAS Cimanuk Hulu ini meliputi 3 wilayah kabupaten, yaitu: wilayah Kabupaten Garut, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Bandung. Bagian terluas terdapat di Kabupaten Garut, mencakup 21 kecamatan atau 292 desa. Sebagian lainnya merupakan bagian dari Kabupaten Sumedang, tercakup dalam 5 kecamatan atau 54 desa. Sedangkan sisanya merupakan bagian dan Kabupaten Bandung, yaitu bagian dari Kecamatan Cicalengka.

Topografi

Ibuko ta Kabupaten Garut berada pada ketinggian 717 mdpl dikelilingi oleh Gunung Karacak (1838 m), Gunung Cikuray (2821 m), Gunung Papandayan (2622 m), dan Gunung Guntur (2249 m).

Karakteristik topografi Kabupaten Garut sebelah Utara terdiri dari dataran tinggi dan pegunungan, sedangkan bagian Selatan sebagian besar

permukaannya memiliki tingkat kecuraman yang terjal dan di beberapa tempat kondisinya cukup labil. Kabupaten Garut mempunyai ketinggian tempat yang bervariasi antara wilayah yang paling rendah yang sejajar dengan permukaan laut hingga wilayah tertinggi di puncak gunung. Wilayah yang berada pada di daratan rendah dengan ketinggian kurang dari 100 mdpl terdapat di Kecamatan Cibalong dan Pameungpeuk. Wilayah yang terletak pada ketinggian 100 -500 mdpl terdapat di Kecamatan Cisompet, Cikelet, Pakenjeng, Pamulihan dan Bungbulang. Sedangkan wilayah yang berada pada ketinggian lebih dari 500 mdpl terdapat di Kecamatan Cikajang, sebagian Pakenjeng -Pamulihan, Cisurupan dan Cisewu.

Berdasarkan arah alirannya, sungai-sungai di wilayah Kabupaten Garut dibagi menjadi dua daerah aliran sungai (DAS) yaitu daerah aliran utara yang bermuara di Laut Jawa dan daerah aliran selatan yang bermuara di Samudera Hindia. Daerah aliran selatan pada umumnya relatif pendek, semp it dan berlembah -lembah dibandingkan dengan daerah aliran utara. Daerah aliran utara merupakan DAS Cimanuk Bagian Utara, sedangkan daerah aliran selatan merupakan DAS Cikaengan dan Sungai Cilaki. Wilayah Kabupaten Garut terdapat 33 buah sungai dan 101 anak sungai dengan panjang sungai seluruhnya 1.397,34 Km; dimana sepanjang 92 Km diantaranya merupakan panjang aliran Sungai Cimanuk dengan 58 buah anak sungai.

Karakteristik Tanah

Berdasarkan data Badan Perencanaan Kabupaten (BAPEKA) Garut tahun 2001, terdapat beberapa jenis tanah di Kabupaten Garut yang tersebar mulai dari wilayah sepanjang pantai timur, bagian selatan hingga bagian tengah

dan pegunungan seperti yang terlihat pada Tabel 3. Kedalam tanah di wilayah studi memiliki variasi antara kurang dari 30 cm sampai lebih dari 90 cm

Tabel 3. Jenis Tanah di Kabupaten Garut

No. Jenis tanah Luas (ha)

Persentase

(%) Sebaran

1 Alluvial 17.816 5,94 S. Cimanuk dan pantai bagian timur

2 Asosiasi podsolik 130.128 42,45 Wilayah bagian selatan

3 Asosiasi andosol 97.707 31,88 Wilayah bagian utara dan sebelah timur S. Cimanuk

4 Asosiasi latosol 33.781 11,02 Wilayah bagian tengah sebelah barat S. Cimanuk

5 Asosiasi mediteran 5.031 1,64 Sebelah barat daerah muara S. Cikaengan

6 Asosiasi regosol 21.656 7,07 Wilayah bagian tengah dan pegunungan

Jumlah 306.519 100,00 Sumber: BAPEKA Garut (2001)

Tabel 4. Sebaran Kedalaman Efektif Tanah di Wilayah Studi

No. Kedalaman efektif (cm) Luas (ha) (%)

1 < 30 15.839 5,16

2 30 – 60 88.327 28,82

3 60 – 90 95.356 31,11

4 > 90 106.997 34,91

Jumlah 306.519 100,00 Sumber: BAPEKA Garut (2001)

Tata Guna Lahan

Data Penggunaan lahan tahun 2000 di Kabupaten Garut menunjukkan bahwa kawasan hutan merupakan bentuk penggunaan lahan yang terluas, yaitu meliputi luasan 83.188 ha atau 27,1 % dari luas total wilayah. Penggunaan lahan lain yang relatif luas adalah kebun campuran (22,2 %), sawah (15,8 %) dan tanah kering/tegalan (14,7 %).

Ditinjau dari penyebaran penggunaan lahan, kawasan hutan tersebar di bagian atas perbukitan dan pegunungan. Sedangkan daerah persawahan, kebun campuran dan pertanian tanah kering tersebar di sekitar aliran-aliran sungai.

Tabel 5 memperlihatkan data penggunaan lahan di Kabupaten Garut dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2000.

Tabel 5. Luas Pengggunaan Lahan di Kabupaten Garut tahun 1996 – 2000 (ha)

No. Penggunaan Lahan 1995 1996 1997 1998 1999 2000

1 Sawah tadah hujan

(1x tanam)

10.353 10.304 10.281 10.281 11.391 11.325

2 Sawah irigasi (2x tanam) 38.701 38.698 38.700 38.214 37.203 37.203

3 Situ/waduk 139 139 139 249 249 176 4 Perikanan kolam 1.202 1.202 1.202 1.654 1.690 1.705 5 Perumahan/pemukiman 11.123 11.202 11.298 11.291 11.338 11.438 6 Industri 20 20 20 34 42 39 7 Tanah kering/tegalan 45.7 72 46.216 46.239 44.906 44.945 44.945 8 Kebun campur 63.212 62.867 62.995 63.074 67.978 67.978 9 Perkebunan 26.869 26.908 26.908 26.535 29.042 28.812 10 Padang rumput 6.546 7.188 7.190 7.110 6.784 6.784

11 Tanah khusus jasa 51 43

12 Hutan 98.561 83.188

13 Jalan/saluran/sungai/kawah 2.294 2.209

Jumlah 306.519 306.519 306.519 306.519 306.519 306.513

Sumber: BAPEKA Garut (2001)

Kondisi penggunaan lahan di 3 kecamatan daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 6. Lahan tegalan umumnya ditanami dengan berbagai tanaman sayuran seperti kentang dan kol, palawija seperti ketela pohon dan ketela rambat, buah-buahan seperti pisang, mangga dan kelapa maupun tanaman tahunan lainnya seperti albasia dan cengkeh. Peta penggunaan lahan di lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 3. Tindakan konservasi pada lahan tegalan terlihat sangat kurang diperhatikan, yaitu hanya berupa teras yang sangat sederhana. Bahkan di lahan sayuran (Kecamatan Banjarwangi) tidak terlihat adanya tindakan konservasi. Bedengan atau barisan sayuran dibuat searah dengan lereng. Lahan sawah di wilayah ini, baik sawah tadah hujan maupun sawah beririgasi teknis, umumnya terletak di daerah miring di sekitar sungai. Lahan sawah dibuat bertingkat-tingkat (teras) dengan beda ketinggian sampai lebih dari 1,5 m seperti terlihat pada Gambar 5 .

Tabel 6. Penggunaan Lahan di tiga Kecamatan Wilayah Studi

Kec. Banjarwangi Kec. Singajaya Kec. Peundey

Penggunaan Lahan

Luas (Ha) (%) Luas (Ha) (%) Luas (Ha) (%)

Perkampungan 187 2 152 2 157 3 Industri - - - - - - Pertambangan - - - - - - Persawahan 1.687 14 1.507 22 852 15 Tegalan 1.788 14 1.574 23 1.549 27 Kebun Campuran 2.861 23 1.597 24 729 13 Perkebunan 1.599 13 105 2 - - Semak Belukar 93 1 866 13 737 13 Hutan 4.096 33 928 14 1.628 29 Perairan Darat 37 0 - - - -

Tanah Terbuka Rusak - - - - - -

Lain-lain 34 0 47 1 27 1

Jumlah 12.382 100 6.769 100 5.679 100

Sumber : Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Garut Tahun 2001.

Gambar 5. Persawahan di Desa Sukawangi Kecamatan Banjarwangi Kawasan hutan, yang umumnya berada di bagian atas perbukitan atau pegunungan, di beberapa tempat terlihat telah berubah menjadi lahan semak dan kebun sayuran. Pohon -pohon yang mampu memberikan perlindungan (konservasi) tanah dan air jumlahnya sangat jarang dan di dominasi oleh jenis

sengon (jeuning). Akibat dari keadaan tersebut sangat mempermudah terjadinya berbagai gangguan keseimbangan lingkungan. Perubahan kondisi lahan seperti ini ditunjukkan pada Gambar 6. Kondisi perbukitan seperti ini terlihat hampir di sebagian besar lokasi studi.

Gambar 6. Kondisi Perbukitan yang Tidak Berhutan

Iklim dan Curah Hujan

Analisis kondisi hujan di Kabupaten Garut dilakukan berdasarkan data dari 2 stasiun pengamat hujan yang berlokasi dekat dengan lokasi penelitian. Stasiun-stasiun tersebut adalah : 1) Garut Kota, dan 2) Tarogong. Hujan di wilayah ini dicirikan oleh hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi dalam waktu singkat. Hasil analisis hujan pada 2 stasiun terpilih menunjukka n rata-rata hujan tahunan di daerah studi selama periode 1991 – 2000 bervariasi dari 1.003 mm – 2.307 mm. Dari pengamatan hari hujan dan curah hujan bulanan di Stasiun Tarogong didapatkan sebaran hujan seperti pada Tabel 7. Pemilihan data di Statsiun Tarogong disebabkan karena lokasi stasiun ini lebih dekat dengan ke 3 lokasi penelitian, yaitu Kecamatan Banjarwangi, Singajaya dan Peundeuy.

Musim hujan di daerah studi secara umum berlangsung pada periode November sampai April dengan bulan terbasah terjadi pada bulan Desember

sampai Januari. Musim kemarau terjadi selama periode Mei sampai Oktober dengan bulan terkering terjadi pada bulan Juli, Agustus dan September.

Tabel 7. Curah Hujan Bulanan di Stasiun Garut Kota (1991- 2000)

Curah Hujan (mm) Bulan 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 Rata2 Januari 636 298 296 458 221 201 282 319 445 445 360 Februari 136 239 147 2 321 255 217 491 262 262 233 Maret 321 351 370 409 372 223 119 483 437 437 352 April 232 253 356 303 313 124 158 288 199 199 242 Mei 47 104 234 22 192 88 115 93 270 270 143 Juni 0 85 199 0 146 23 0 128 145 145 87 Juli 0 0 13 0 22 16 0 214 12 12 29 Agustus 0 244 300 0 0 58 0 289 0 48 94 September 0 55 0 0 177 10 0 145 0 40 43 Oktober 3 210 597 28 131 275 0 166 231 231 187 November 254 277 244 301 340 356 100 183 305 305 266 Desember 205 286 358 331 170 213 221 167 460 289 240 Jumlah 1834 2402 3114 1854 2405 1842 1212 2882 2766 2683 2276 Rata-rata 153 200 259 154 200 153 101 240 230 224 191 Sumber: Dinas Pengairan Garut dalam Mustafril, 2003

Tipe iklim Kabupaten Garut berdasarkan klasifikasi Smith dan Ferguson adalah tipe iklim C dan D. Tipe iklim C menunjukkan kondisi iklim sebagian Kabupaten Garut tergolong agak basah dengan jumlah bulan kering (BK) 3 – 4.5 bulan dan nilai kelembaban nisbi (Q) 0.33 – 0.6. Sedangkan tipe iklim D menunjukkan keadaan iklim sedang dengan jumlah bulan kering (BK) 4.5 – 6 dengan kelembaban nisbi (Q) 0.6 – 1. Curah hujan tahunan berkisar antara 1.500 sampai 3.000 mm dengan rata -rata 2.500 mm/tahun dan curah hujan bulanan rata-rata antara 119,5 mm sampai 226,13 mm. Variasi temperatur

26° - 28°C, sedangkan di dataran tinggi antara 15° - 17°C. Kecepatan angin relatif rendah yaitu rata -rata 1,13 m/detik pada ketinggian 1,5 meter di atas permukaan tanah dan 1,85 m/detik pada ketinggian 8 meter di atas permukaan tanah. Kelembaban udara bervariasi yaitu antara 80 - 90 % yang dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Kelembaban udara tertinggi terjadi bulan Januari dan terendah pada bulan September.

Tabel 8. Curah Hujan Bulanan di Stasiun Tarogong (1991 – 2000)

Curah Hujan (mm) Bulan 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 Rata2 Januari 358 299 358 370 305 231 144 236 241 169 271 Februari 132 287 303 218 305 132 92 251 97 132 195 Maret 209 468 345 290 315 68 62 404 175 149 248 April 217 260 190 213 220 79 143 241 20 272 185 Mei 47 121 30 12 229 50 51 16 67 154 78 Juni 0 18 85 0 212 24 0 80 151 43 61 Juli 0 21 4 0 0 12 0 117 1 11 17 Agustus 0 273 72 0 0 137 0 38 10 30 56 September 0 125 11 0 145 16 0 62 0 10 37 Oktober 0 249 11 40 173 137 22 162 163 316 127 November 254 251 159 276 217 246 87 208 210 382 229 Desember 148 291 265 97 191 236 177 481 205 121 221 Jumlah 1365 2663 1833 1516 2312 1368 778 2296 1340 1789 1726 Rata-rata 114 222 153 126 193 114 65 191 112 149 144 Sumber: Dinas Pengairan Garut dalam Mustafril, 2003

Gambar 7. Distribusi Hujan Bulanan

Hujan bulanan dan Hari hujan di Sts Tarogong, Garut (1991-2000) 0 50 100 150 200 250 300

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des

Bulan Hujan (mm) 0 5 10 15 20 25

Hari Hujan (hari)

Dokumen terkait