• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS .................................................... 10-36

C. Tinjauan Mengenai Asas Sederhana, Cepat, dan

a. Asas Personalita Keislaman

Asas ini berarti yang tunduk dan ditundukkan kepada kekuasaan Peradilan dalam lingkungan Peradilan Agama, hanya mereka yang mengaku dirinya beragama islam. Sedangkan pemeluk agama lain (non islam) tidak tunduk kepada kekuasaan badan peradilan tersebut.36

b. Asas Kebebasan

Asas kebabsan melekat pada hakim dan badan peradilan yang

melaksanakan kekuasaan kehakiman. Sebagaimana yang telah

dikemukakan, bahwa kekuasaan kehakiman merupakan salah satu kekuasaan Negara yang bebas dari campur tangan kekuasaan Negara lainnya dan dari pihak luar.37

c. Asas Wajib Mendamaikan

Merupakan asas umum dalam berperkara perdata dan sejalan dengan tuntutan ajaran islam, yang dikenal dengan islah. Asas perdamaian sangat penting karena Peradilan Agama identik dengan Pengadilan Keluarga. Bushtanul Arifin menegaskan bahwa peradilan agama sebagai peradilan keluarga memiliki dua fungsi; tidak hanya sebagai kekuasaan kehakiman atau lembaga hukum (court of law), yang menerapkan hukum keluarga secara tegar, tetapi lebih diarahkan kepada upaya penyelesaian sengketa-sengketa keluarga untuk memperkecil kerusakan rohani dan keretakan social di kalangan pencarian keadilan.38

d. Asas Sederhana, Cepat Dan Biaya Ringan

Meliputi tiga aspek. Sederhana berhubungan dengan prosedur penerimaan sampai dengan penyelesaian suatu perkara. Cepat berhubungan alokasi waktu yang tersedia dalam proses peradilan. Biaya ringan berhubungan dengan jangkauan biaya perkara oleh para pencari keadilan. Asas ini

tercantum dalam ketentuan Pasal 4 ayat (2) “peradilan dilakukan dengan

37Irfan Idris, Prospek Peradilan Agama Sebagai Peradilan Negara dan Peradilan Keluarga dalam Sistem Politik Hukum Islam,(Makassar : Alauddin University Press, 2012), h. 63.

38Irfan Idris, Prospek Peradilan Agama Sebagai Peradilan Negara Dan Peradilan

sederhana, cepat dan biaya ringan”. Rumusan yang sama juga tercantum

dalam pasal 57 (3) ayat 3 UU Nomor 7 Tahun 1989.39 e. Asas Persidangan Terbuka Untuk Umum

Digariskan dalam Pasal 59 UU No. 7 Tahun 1989 jo. Pasal 17 UU No. 14 Tahun 1970. Asas ini harus diterapkan dalam acuan yang luwes, bijaksana, dan moderasi menurut kemauan jiwa dan semangat pembaruan hukum secara dinamik menyejajari perkembangan dan pertumbuhan kesadaran paham civil libertarian mengenai jalannya proses persidangan pengadilan.40

f. Asas legalitas dan persamaan

Maksudnya adalah semua tindakan yang dilakaukan berdassarkan hukum, ia memiliki makna yang sama dengan bertindak menurut hukum. Asas ini menunjukkan tentang pengakuan terhadap otoritas dan supremasi hukum, oleh karena Indonesia merupakan Negara yang berdasarkan hukum.41 g. Asas Aktif Memberi Bantuan

Dalam proses pemeriksaan perkara di sidang Pengadilan hakim bertindak memimpin jalannya persidangan. Hakim yang mengatur dan mengarahkan tata tertib pemeriksaan. Hakim yang berwenang menetukan hukum yang diterapkan.42

2. Asas Peradilan Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan

39Irfan Idris, Prospek Peradilan Agama Sebagai Peradilan Negara Dan Peradilan Keluarga Dalam Sistem Politik Hukum Islam, (Makassar : Alauddin Press, 2012), h. 68.

40Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan Dan Acara Peradilan Agama UU No. 7 Tahun 1989,(Jakarta : Sinar Grafika, 2012), h. 72.

Asas peradilan sederhana, cepat, dan biaya ringan dalam UU No. 7 tahun 1989 diatur dalam Pasal 57 ayat (3). Pada dasarnya asas ini berasal dari Pasal 4 ayat (2) UU No. 14 tahun 1970. Kemudian makna yang lebih luas dari asas ini diutarakan penjelasan umum dan penjelasan Pasal 4 ayat (2) itu sendiri. Dalam penjelasan umum yang dicantumkan dalam angka 8 yang lengkapnya berbunyi :43

Ketentuan bahwa peradilan dilakukan dengan sderhana, cepat, dan biaya ringan tetap harus dipegang teguh yang tercermin dalam undang-undang tentang Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata yang memuat peraturan-peraturan tentang pemeriksaan dan pembuktian yang jauh dari sederhana.

Selanjutnya, maksud dan tujuan asas ini lebih dipertegas dalam penjelasan Pasal 4 ayat (2) yang berbunyi :

Peradilan harus memenuhi harapan dari pencari keadilan yang selalu menghendaki peradilan yang cepat, tepat, adil, dan biaya ringan. Tidak diperlukan pemeriksaan dan acara yang berbelit-belit yang dapat menyebabkan proses sampai bertahun-tahun, bahkan kadang-kadang harus dilanjutkan oleh para ahli waris para pencaari keadilan. Biaya ringan artinya biaya yang serendah mungkin sehingga dapat terpikul oleh rakyat. Ini semua dengan tanpa pengorbanan ketelitian untuk mencari kebenaran dan keadilan. Bagaimana penjelasan asas ini dalam UU No. 7 Tahun 1989? Undang-undang ini tidak member penjelasan yang ada hanya memperingatkan kembali mkana dan tujuan asas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan yang diatur dalam UU No. 14 Tahun 1970 berlaku sepenuhnya dalam undang-undang ini. Hal ini dapat dibaca dalam penjelasan umum angka 5 alinea kelima yang berbunyi :

Prinsip-prinsip pokok yang telah ditetapkan dalam undang-undang No. 14 Tahun 1970, antara lain sidang terbuka untuk umum, setiap keputusan dimulai dengan DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA, peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan dan ketentuan-ketentuan lain, dalam undang-undang in lebih ditegaskan dan dicantumkan kembali.

Nyatanya, bunyi penjelasan umum ini tidak benar-benar konsisten. Ketidakkonsistenan itu terdapat kata-kata “lebih ditegaskan” kembali. Padahal,

43Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan Dan Acara Peradilan Agama UU No. 7 Tahun 1989, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), h. 69.

yang terjadi hanya pencantuman kembali asas-asas yang terdapat dalam UU No. 14 Tahun 1970 tetapi dibarengi penjelasan dan penegasan yang lebih luas. Bahkan sama sekali tidak ditemukan penjelasan dan penegasan. Sehingga jika ingin menemukan dan mengetahui makna dan tujuan asas-asas itu, terpaksa dicari dalam penjelasan UU No. 14 Tahun 1970. Tidak ada penjelasan dan penegasan terhadap rumusan penjelasan yang terdapat dalam undang-undang itu. Kalau begitu jika hendak memahami makna dan tujuan asas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan harus merujuk kepada penjelasan UU No. 14 Tahun 1970.

Dalam bunyi penjelasan umum yang terdapat dalam angka 5 alinea ke 5 UU No. 14 Tahun 1970, pembuat undang-undang mencoba menggambarkan perbandingan hukum acara yang terdapat pada HIR dan RBG pada satu pihak dengan hukum acara yang terdapat pada Reglement of de Straaf Voordering (hukum avara pidana) dan Rechtvoordering (hukum acara perdata). Tanpa bantuan pembela atau pengacara tidak mungkin seseorang dapat membela suatu hak atas kewajibannya. Semua proses pemeriksaan diproses secara tertulis. Lain halnya dengan hukum acara perdata, proses dan prosedurnya sangat sederhana dengan sistem langsung secara lisan di persidangan. Tahap pembuktian tidak memerlukan bentuk-bentuk putusan sela. Kesederhanaan ini yang dipertahankan asas peradilan sederhana, cepat, dan biaya ringan, sehingga kalau bertitik tolak dari asas ini, dalam pembaharuan hukum acara perdata di masa yang akan datangpun dinamikanya tidak boleh menyimpang dari sifat kesederhanaan, cepat dan biaya ringan.

Akan tetapi makna dan tujuan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan bukan hanya sekedar menitikberatkan unsure kecepatan dan biaya ringan. Bukan berarti perkara diselesaikan seperti ban beredar, tak ubahnya seperti mesin

untuk menyuruh hakim memeriksa dan memutus perkara perceraian dalam tempo satu jam atau setengah jam. Yang dicita-citakan ialah suatu proses pemeriksaan yang relative tidak memakan jangka waktu lama sampai bertahun-tahun sesuai dengan kesederhanaan hukum acara itu sendiri. Apa yang sudah memang sederhana, jangan sengaja dipersulit oleh hakim kea rah proses pemeriksaan yang berbelit-belit dan tersendat-sendat.44

Jangan sampai jalannya persidangan “mundur terus” untuk sekian puluh

kali atas berbagai alasan yang tidak sah menurut hukum. Hakim pilek persidangan mundur, hakim masuk kantor jam sebelas pemeriksaan mundur, hakim malas pemeriksaan mundur, keluarga panitera atau hakim menyunat rasul anak dijadikan alasan untuk mengundurkan pemeriksaan persidangan, sekalipun para pihak dari jauh sudah berupaya mengongkosi para saksi yang akan mereka hadapkan, penasehat hukum pergi pesiar dibenarkan sebagai alasan untuk mengundurkan pemeriksaan sidang. Padahala dalam kondisi yang seperti itu pemeriksaan dapat dilanjutkan secara contradictoir tanpa jawaban bantahan dari pihak yang tridak hadir tanpa alasan yang sah.

Allah berfirman dalam QS. Al-Maidah/5. 49.

                                  



44 Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan Dan Acara Peradilan Agama UU No. 7 Tahun 1989(Jakarta: Sinar Grafika, 2012), h. 71.

Terjemahnya :

Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang Telah diturunkan Allah kepadamu. jika mereka berpaling (dari hukum yang Telah diturunkan Allah), Maka Ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. dan Sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.45

Dokumen terkait