• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.8 Tinjauan Penelitian Konsolidasi Tanah Gambut

Beberapa peneliti terdahulu telah melakukan banyak penelitian tentang tanah gambut, baik sifat fisik tanah gambut itu sendiri maupun penurunan dan kuat geser langsung yang terjadi pada tanah gambut. Hasil Penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan tes konsolidasi dan kuat geser tersebut dan sebagai bahan acuan terhadap data tanah gambut. Adapun beberapa hasil penelitiannya adalah sebagai berikut:

Nababan (2020) meneliti tentang klasifikasi dan uji konsolidasi tanah gambut Kabupaten Humbang Hasundutan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kecepatan dilapangan tidak dapat di prediksi secara akurat karena kuantitas sampel yang diuji di laboratorium dan titik-titik pengambilan sampel tidak mewakili seluruh area sampel di lapangan. Tanah gambut memiliki kadar air yang tinggi dan cukup berserat, sehingga memiliki pori-pori yang besar pula. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa konstruksi yang akan dikerjakan di atas lahan tanah gambut akan menjadi kurang baik. Oleh karena itu perlu dilakukan stabilisasi terhadap tanah gambut tersebut.

Roesyanto dan Ramayanti (2019) melakukan penelitian tentang tinjauan uji konsolidasi pada tanah gambut di Kabupaten Batubara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisik tanah gambut, menentukan klasifikasi tanah gambut dan untuk menganalisis indeks kompresi (𝐢𝑐) dan koefisien konsolidasi (𝐢𝑣) dengan uji konsolidasi pembebanan bertahap dan pembebanan langsung selama 7 hari. Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa tanah gambut perkebunan Paya Pinang, Kabupaten Batubara memiliki kadar air (w) 732,0%, gravitasi spesifik (Gs) 1.533, angka pori (e) 8.235, berat isi basah (𝛾w) 1.008 gr/cm3, berat isi kering (𝛾d) 0,166 gr/cm3, kadar abu 22.424%, kadar organik 77.576% dan keasaman/pH 6. Indeks kompresi (𝐢𝑐) sebesar 0,693 dan koefisien konsolidasi (𝐢𝑣) 0,275 cm2/detik. Indeks kompresi dan koefisien konsolidasi di tanah gambut sangat besar dibandingkan dengan indeks kompresi dan koefisien konsolidasi tanah lempung. Tanah gambut Kabupaten Batubara adalah tanah yang buruk untuk konstruksi bangunan karena indeks kompresinya sangat besar sehingga akan mengalami penurunan yang sangat besar.

Roesyanto dan Shakila (2019) melakukan penelitian tentang klasifikasi dan uji konsolidasi pada tanah gambut di Kabupaten Asahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisik dan klasifikasi tanah gambut dan untuk menganalisis indeks kompresi (𝐢𝑐) dan koefisien konsolidasi (𝐢𝑣) tanah gambut, dengan melakukan uji konsolidasi pembebanan bertahap dan pembebanan langsung selama 7 hari. Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa tanah gambut Desa Pertahan Kecamatan Sei Kepayang Kabupaten Asahan memiliki kadar air (w) 726,34%, berat jenis (Gs) 1.302, berat isi basah (𝛾w) 0,764 gr/cm3 , berat isi kering (𝛾d) 0,144gr/cm3 , angka pori (e) 8,06, kadar abu 45.032% dan pH 6. Indeks kompresi (𝐢𝑐) sebesar 0,659 dan koefisien konsolidasi (𝐢𝑣) 0,317 cm2/detik. Indeks kompresi dan koefisien konsolidasi di tanah gambut relatif sangat besar dibandingkan dengan tanah liat. Tanah gambut di Kabupaten Asahan adalah tanah yang buruk untuk konstruksi bangunan karena memiliki kadar air yang tinggi dan tanah berserat dengan indeks pemampatan yang realtif besar.

Tifani (2019) menyatakan bahwa hasil penelitian yang diperoleh memberikan hasil yang sesuai dengan beberapa ketentuan Taylor (1948) dengan kesimpulan penurunan (kompresi) pada saat terjadi konsolidasi primer (primary consolidation) terjadi dalam waktu yang sangat cepat pada waktu t90 (waktu yang diperlukan untuk mencapai penurunan pada derajat konsolidasi 90% (U=90%)) dengan kurva yang dihasilkan berbentuk linier.

Waruwu (2012) telah melakukan penelitian tentang kajian perilaku konsolidasi tanah gambut dengan oedometer. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa, konsolidasi dengan beban bertahap menunjukkan penurunan yang lebih besar pada waktu 10 menit pertama, dengan demikian pemampatan tanah gambut lebih dominan terjadi pada menit-menit awal. Hal yang sama terlihat pada hubungan angka pori dengan waktu di pengujian konsolidasi dengan beban langsung semua variasi beban yang diberikan memperlihatkan proses pemampatan primer yang cukup cepat di menit-menit awal.

Roesyanto dan Putri (2020) mengatakan bahwa tanah gambut adalah tanah organik dan biasanya ditemukan di daerah dataran rendah di mana permukaan air dekat dengan permukaan tanah. Tanah gambut memiliki cadangan air yang sangat

besar, kompresi tinggi dan memiliki daya dukung yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk memastikan sifat indeks untuk mengklasifikasikan tanah gambut menurut ASTM 4427-92 (2002). Untuk mendapatkan kadar air optimum dan berat isi kering maksimum dilakukan uji Proctor Standar dan untuk menganalisis kekuatan geser tanah gambut dilakukan dengan uji geser langsung. Tanah gambut memiliki kadar air (w) 752,833% dan berat jenis (Gs) 1,533. Menurut ASTM 4427-92 (2002), tanah gambut diklasifikasikan sebagai high-ash peat dengan lebih dari 15% abu dan dengan pH antara 4,5 dan 6,5. Dari uji Proctor Standar, tanah gambut memiliki kadar air optimum 37,235% dan berat isi kering maksimum (𝛾dmax) 0,474 gr/cm. Uji Proctor Standar meningkatkan nilai berat isi kering (Ξ³d) dari 0,169 gr/cm menjadi 0,519 gr/cm.

Roesyanto dan Ritonga (2020) mengatakan bahwa Gambut merupakan ekosistem lahan basah yang ditandai dengan adanya penumpukan bahan organik terjadi untuk waktu yang lama. Akumulasi ini terjadi karena laju dekomposisi yang lambat dibandingkan dengan laju akumulasi organik yang ditemukan di hutan lahan basah. Perencanaan pembangunan di atas tanah gambut membutuhkan pemahaman tentang perilaku tanah gambut mengingat besarnya potensi kerusakan yang dapat terjadi pada bangunan di atas gambut. Selain itu gambut memiliki karakteristik yang bervariasi dari lokasi ke lokasi dan karena itu setiap perencanaan pembangunan mengharuskan dilakukannya penelitian tanah gambut di tempat tersebut.

Muslim.R dkk (2018) meneliti tentang kuat geser tanah gambut akibat pemampatan menjelaskan bahwa tanah gambut mempunyai karakteristik berbeda dengan tanah lempung, secara fisik dikenal tanah yang mempunyai kandungan bahan organik, kadar air yang sangat tinggi, angka pori yang besar dan adanya serat-serat sedangkan secara teknis mempunyai pemampatan yang tinggi dan kuat geser yang rendah. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemampatan terhadap peningkatan kuat geser pada tanah gambut dilakukan pengujian konsolidasi dan pengujian vane shear untuk mendapat metode yang tepat dalam pelaksanaan konstruksi di atas tanah gambut. Beban diberikan secara bertahap sebesar 10 kPa, 20 kPa, 40 kPa, 80 kPa, 160 kPa dan 320 kPa, masing-masing beban dinaikkan

setiap Β±14 hari dan sebelum beban dinaikkan dilakukan pengujian kuat geser dengan vane shear. Nilai kuat geser mengalami peningkatan akibat semakin besarnya pemampatan, begitu juga dengan angka pori, semakin kecil angka pori maka kuat geser semakin meningkat. Dengan meningkatnya kuat geser maka daya dukung tanah gambut meningkat pula. Sehingga setelah dilakukan penelitian ini mendapatkan bahawa tanah gambut tersebut dapat digunakan sebagai tanah dasar dalam konstruksi.

Nurdin (2011) mengenai analisa perubahan kadar air dan kuat geser tanah gambut akibat pengaruh temperatur dan waktu pemanasan. Pemeriksaan fisik tanah gambut meliputi pemeriksaan uji kadar air asli dengan tingkat pemanasan dan waktu pemanasan yang berbeda, uji kadar abu dan organik, uji berat isi, uji batas-batas Atterberg, uji berat jenis, uji penyerapan tanah dan uji kuat geser tanah dengan alat Vane Shear Test. Proses pemanasan tanah gambut dengan temperatur dan waktu pemanasan yang berbeda dapat mempengaruhi kadar air yang hilang dan kadar air yang tersisa di dalam rongga tanah gambut. Semakin tinggi temperatur dan lama waktu pemanasan, maka kadar air yang hilang semakin besar. Nilai kuat geser tanah gambut meningkat seiring bertambahnya suhu pemanasan dan lama waktu pemanasan, nilai kuat geser maksimum tanah gambut adalah mencapai 38 kPa pada temperature 100℃ dan lama waktu pemanasan 72 jam.

Siregar (2018) mengatakan bahwa tanah gambut merupakan tanah yang terbentuk dari material organik yang berasal dari tanaman-tanaman yang telah membusuk. Tanah gambut merupakan tanah yang secara fisik dan teknik kurang memenuhi persyaratan dan ketentuan dalam perkerjaan konstruksi karena memiliki karakteristik kandungan air yang cukup tinggi, kuat geser rendah dan perilaku tanah gambut berbeda pada lokasi yang satu dengan yang lain. Hal ini merupakan tantangan berat dalam merencanakan suatu konstruksi bangunan sipil untuk dibangun diatasnya. Nilai sudut geser dalam (Ο•) tanah gambut pada jenis sampel disturbed 113% Standard Proctor/Proctor Standar yaitu 8,491Β° dan nilai kohesi 0,020 Mpa dibandingkan dengan jenis sampel undisturbed hanya memiliki sudut geser dalam 1,474Β° dan kohesi 0,019 MPa. Compaction test yang dilakukan tidak besar pengaruhnya terhadap nilai kohesi tanah gambut tetapi terhadap nilai sudut geser dalam tanah gambut mengalami peningkatan yang signifikan dari jenis

sampel undisturbed 1,474Β° dengan kepadatan relatif 64,353 % sampai pada jenis sampel disturbed 113% yaitu 8,491Β°dengan kepadatan relatif 113,854 % Standard Proctor/ Proctor Standar.

Nugroho (2011) juga menjelaskan bahwa pembangunan konstruksi di atas tanah gambut mempunyai banyak masalah, diantaranya adalah daya dukung tanah yang rendah dan penurunan yang besar. Penggunaan kombinasi grid bambu dan geotekstil diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Penambahan grid bambu dan geotekstil dapat meningkatkan daya dukung pondasi di atas tanah gambut yang ditinjau dari nilai daya dukung yang dihasilkan sehingga perkuatan grid bambu dan geotekstil dapat dijadikan salah satu alternatif bahan perkuatan tanah. Secara umum penambahan lapisan perkuatan berupa geotekstil dan grid bambu memberikan kontribusi yang signifikan untuk meningkatkan daya dukung pondasi. Hasil dari penelitian ini perkuatan komposit grid bambu dan geotekstil yang memberikan daya dukung terbesar pada rasio L/B 4 dan d/B 0,25 menghasilkan rasio daya dukung (BCR) sebesar 4 serta sudut penyebaran tegangan sebesar 78,79Β° serta nilai S/B optimal adalah 0,5 yakni memberikan kenaikan BCR sebesar 4,32.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kegiatan Penelitian

Kegiatan penelitian diawali dengan menentukan lokasi sampel tanah gambut yang akan diuji. Lokasi sampel tanah gambut yang ditetapkan berasal dari Desa. Selanjutnya yaitu pengambilan sampel tanah gambut yang tidak terganggu (undisturbed) dan terganggu (disturbed). Kemudian sampel tanah gambut dibawa dari lokasi ke laboratorium untuk kemudian diteliti dan dilakukan pengujian.

Kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi pengujian sifat fisik tanah gambut yang dilakukan menggunakan sampel tanah tidak terganggu dan sampel tanah terganggu di Laboratorium Mekanika Tanah, Universitas Sumatera Utara.

Dan pengujian konsolidasi tanah dan pengujian kuat geser tanah di Laboratorium CV. Lima Saudara.

Kegiatan penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahapan persiapan contoh tanah, tahapan pengujian kadar gambut yaitu uji kadar abu, uji keasaman tanah dan unsur mineral, tahapan pengujian sifat fisik tanah (index properties), tahapan pemadatan dan tahapan uji geser langsung. Diagram alir kegiatan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Mulai

KEGIATAN AWAL

οƒΌ Instalasi Alat Uji

οƒΌ Pengambilan Sampel

Penentuan indeks properties tanah gambut:

1. Kadar abu dan kadar organik (2 sampel disturbed)

2. Berat spesifik (specific gravity) (2 sampel undisturbed)

3. Kadar air (2 sampel undisturbed) 4. Berat isi basah dan berat isi kering (4

sampel undisturbed)

5. Angka pori (2 sampel undisturbed) 6. pH (1 sampel undisturbed) 7. Kandungan mineral (5 sampel

undisturbed) secara bertahap sebesar 9,81 N, 19,613 N, 39,226 N, dan 78,453 N (2 sampel undisturbed)

Compaction test (5 sample disturbed)

Direct shear test:

1. 3 sampel

Pengujian Konsolidasi dan Direct Shear Test

3.2. Contoh Tanah Uji

Keakuratan data hasil pengujian laboratorium tergantung pada penentuan lokasi, prosedur pengambilan contoh tanah di lapangan, dan pembuatan contoh tanah di laboratorium.

3.3. Lokasi Pengambilan Sampel Tanah Gambut

Sampel tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah gambut dari Desa Pulo Tagor Baru, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang.

Gambar 3.2 menunjukkan peta lokasi pengambilan sampel.

Gambar 3.2 Peta lokasi pengambilan sampel tanah gambut (Google earth, 2021)

Gambar 3.3 Model 3D peta pengambilan sampel tanah gambut (Google earth, 2021)

3.4. Instalasi Alat dan Pengambilan Sampel Tanah Gambut 3.4.1 Instalasi Alat

Pada proses pengambilan sampel tanah gambut tidak terganggu (undisturbed) menggunakan tabung undisturbed yang dipasangkan pada batang bor kemudian ditekan dengan menggunakan hammer.

3.4.2 Pengambilan Sampel

Sampel tanah yang digunakan adalah sampel tanah gambut Desa Pulo Tagor Baru, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang. Ada dua jenis contoh tanah yang akan diambil, yaitu contoh tanah yang terganggu (disturbed sample) dan tanah yang tidak terganggu (undisturbed sample). Contoh tanah dikatakan terganggu apabila struktur tanah tersebut sebagian atau seluruhnya termodifikasi dan rusak.

Contoh tanah tidak terganggu adalah contoh tanah dimana struktur asli dan propertis dari tanah masih tetap terjaga.

Proses pengambilan sampel dilakukan dengan pembesihan top soil pada tanah, kemudian menekan batang bor yang telah dihubungkan dengan tabung ke dalam tanah dengan kedalaman Β± 80 π‘π‘š. Kemudian angkat batang bor, dan potong bagian atas dan bawah tabung dengan menggunakan pisau tipis, selanjutnya kedua ujung tabung ditutupi dengan menggunakan lilin yang dipanasi dan setelah lilin membeku, kedua ujung tabung ditutupi dengan plastik. Hal itu dilakukan untuk menjaga kadar air agar terjaga, tidak tumpah, maupun keluar atau kering saat perjalanan menuju lokasi penelitian di Laboratorium Mekanika Tanah. Adapun prosedur pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

1. Menentukan lokasi pengambilan sampel yaitu Desa Pulo Tagor Baru, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang.

2. Membersihkan permukaan tanah (top soil) untuk menghindari humus dan akar - akar tanaman.

3. Melakukan pengambilan sampel tanah, untuk pengujian index properties tanah, direct shear dan konsolidasi tanah dengan menggunakan sampel tanah tidak terganggu.

Pengambilan sampel tanah yang terganggu (disturbed sample) dilakukan dengan melakukan penggalian secara konvensional dengan cangkul maka untuk mengambil contoh tanah disturbed, permukaan tanah gambut dibuang terlebih dahulu setebal 20 cm agar menghindari tanah humus dan akar-akar tanaman. Tanah hasil penggalian tersebut dimasukkan ke dalam plastik lalu dibungkus karung plastik kemudian diikat dengan kuat agar contoh tanah tidak berhubungan langsung dengan udara karena dapat mempengaruhi kadar air di dalam tanah gambut.

3.5. Pelaksanaan Pengujian

3.5.1. Pengujian Sifat Fisik (Index Properties)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah gambut.

Adapun pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Uji kadar air (water content) 2. Uji berat spesifik (specific gravity) 3. Uji angka pori

4. Uji keasaman (pH)

5. Uji kadar abu dan kadar organik 6. Uji berat isi basah dan berat isi kering 7. Uji kandungan mineral

Pengujian dilakukan di Laboratorium Soil investigation CV. Lima Saudara dan Balai Riset Kementerian Perindustrian Sumatera Utara.

3.5.2. Pengujian Konsolidasi

Pada pengujian ini, peralatan yang digunakan yaitu alat konsolidasi oedometer yang terdapat pada Laboratorium CV. Lima Saudara. Pengujian konsolidasi merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui penurunan dari sampel tersebut dengan cara pemberian beban tertentu. Pengujian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu pengujian konsolidasi bertahap dan langsung. Adapun langkah-langkah yang dilakukan, antara lain:

1. Mengeluarkan contoh tanah dari tabung sampel dengan menggunakan extruder lalu dipotong dengan pisau tipis dan diratakan.

2. Meratakan tanah yang terlihat menonjol dikedua ujung cetakan benda uji dengan pisau pemotong dan perata.

3. Kemudian memasukkan sampel uji ke dalam sel konsolidasi dengan posisi sampel berada diantara dua batu pori. Dan mengisi sel konsolidasi dengan air, agar tanah berada dalam kondisi jenuh air.

4. Memberikan pembebanan secara bertahap, dimana beban yang akan diberikan 9,81 N, 19,613 N, 39,226 N, dan 78,453 N serta pemberian beban secara langsung, dimana beban yang akan diberikan sebesar 9,81 N dan 39,226 N.

Masing-masing beban mempunyai variasi waktu selama 24 jam dan selama seminggu.

5. Setelah sampel uji dibebani, lakukan pembacaan dial sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Masing-masing beban mempunyai variasi waktu 24 jam selama 1 minggu.

Sehingga melalui uji ini diharapkan dapat mengetahui waktu penurunan terhadap pembebanan pada konsolidasi tanah gambut. Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebelum pembebanan adalah :

1. Meletakan sampel uji pada alat konsolidasi.

2. Atur posisi penekan agar horizontal dengan cara memutar skrup pada bagian belakang.

3. Mengatur ketinggian baut penekan agar dapat menyentuh permukaan benda uji.

4. Mengatur posisi dial deformasi dalam posisi tertekan kemudian atur menjadi angka nol.

5. Memasang beban pertama yang menghasilkan tekanan pada benda uji sebesar 9,81 N

6. Pembacaan deformasi tanah pada detik 9.6, 21.4, 38.4, kemudian pada menit ke 1, 2.15, 4, 9,16, 25, 36, 49, dan pada jam 24. Setelah dibebani selama satu menit, sel konsolidasi diisi air sampai penuh.

7. Kemudian pasang beban kedua yang nilainya dua kali lebih besar dari beban pertama dan lakukan pembacaan dial.

8. Melakukan hal yang sama untuk beban-beban berikutnya yang lebih besar.

9. Setelah sampai pada beban maksimum, lakukan penurunan beban atau mengurangi beban sebanyak dua tahap sampai beban pertama.

10. Lalu keluarkan sampel uji dari dalam ring dan lakukan penimbangan.

Kemudian oven sampel hingga 24 jam dan lakukan penimbangan kembali.

3.5.3. Compaction Test

Pemadatan tanah gambut yang dilakukan di laboratorium berpedoman pada standar SNI 1742-2008, yaitu menggunakan pengujian Standard Proctor dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Diameter mould = 101,600 mm

2. Tinggi mould = 116,430 mm Β± 0,13 mm 3. Berat hammer = 2,495 kg Β± 0,009 kg 4. Tinggi jatuh = 305 mm Β± 2 mm 5. Jumlah lapis = 3 lapis

6. Jumlah tumbukan/lapis = 25 tumbukan/lapis 7. Volume tanah = 943 cm3

Nilai yang akan didapatkan dari pengujian ini adalah kadar air optimum (π‘€π‘œπ‘π‘‘) dan berat isi kering (

Ξ³

π‘‘π‘šπ‘Žπ‘˜π‘ ) tanah gambut. Dalam pengujian ini dilakukan dengan menggunakan 5 variasi kadar air dengan penambahan air 3% di tiap variasi kadar air. Tahapan proses pemadatan contoh tanah gambut adalah sebagai berikut:

1. Persiapan percobaan

a. Menyiapkan contoh tanah gambut yang telah kering paling sedikit 2 kg yang lolos saringan no.4.

b. Menyiapkan kadar air yang akan ditambahkan ke dalam tanah gambut kira-kira mendekati kadar air optimum tetapi dibawah kadar air optimum.

c. Pada tahap awal, penambahan air sebesar 3% sampai dengan 15%.

Penambahan air tahap berikutnya dilakukan setelah pemadatan dan pemecahan kembali benda uji. Perbedaan kadar air masing-masing tahap sekitar 3%.

d. Masing-masing contoh uji dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diikat dengan erat, kemudian didiamkan selama 24 jam.

2. Pemadatan tanah

a. Timbang massa cetakan dan keping alas dengan ketelitian 1 gram serta ukur diameter dalam dan tingginya dengan ketelitian 0,1 mm.

b. Pasang leher sambung pada cetakan dan keping alas, kemudian dikunci dan ditempatkan pada landasan.

c. Ambil contoh uji yang akan dipadatkan, tuangkan ke dalam baki dan aduk sampai merata.

d. Padatkan contoh uji di dalam cetakan (dengan leher sambung) dalam 3 lapis dengan ketebalan yang sama sehingga ketebalan total setelah dipadatkan kirakira 125 mm. Pemadatan dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut:

οƒΌ

Untuk lapis 1, isi contoh uji ke dalam cetakan dengan jumlah sedikit melebihi 1/3 dari ketebalan padat total, sebarkan secara merata dan ditekan sedikit dengan alat penumbuk atau alat lain yang serupa agar tidak lepas atau rata. Padatkan secara merata pada seluruh bagian permukaan contoh uji di dalam cetakan dengan menggunakan alat penumbuk dengan massa 2,5 kg yang dijatuhkan secara bebas dari ketinggian 305 mm di atas permukaan contoh uji tersebut sebanyak 25 kali.

οƒΌ

Lakukan pemadatan untuk lapis 2 dan lapis 3 dengan cara yang sama seperti pada lapis 1.

e. Lepaskan leher sambung, potong kelebihan contoh uji yang telah dipadatkan dan ratakan permukaannya menggunakan pisau perata sehingga betul-betul rata dengan permukaan cetakan.

f. Timbang massa cetakan yang berisi benda uji dan keping alasnya dengan ketelitian 1 gram.

g. Buka keping alas dan keluarkan benda uji dari dalam cetakan menggunakan alat pengeluar benda uji (extruder). Belah benda uji secara vertikal menjadi 2 bagian yang sama, kemudian ambil sejumlah contoh yang mewakili dari salah satu bagian untuk pengujian kadar air, sesuai SNI 03-1966-1990 (2005).

h. Pecahkan benda uji sampai secara visual lolos saringan No.4 (4,75 mm) dan campurkan dengan sisa contoh uji di dalam baki. Tambahkan air secukupnya sehingga kadar airnya meningkat 1% sampai dengan 2%

dari kadar air benda uji pertama, kemudian diaduk sampai merata.

i. Ulangi langkah-langkah seperti diuraikan dalam langkah satu sampai dengan langkah 8 di atas beberapa kali sampai massa benda uji berkurang atau tetap.

3.5.4. Direct Shear Test 1. Persiapan percobaan

Dilakukan persiapan benda uji untuk tanah disturbed dan undisturbed.

Untuk tanah undisturbed permukaan benda uji tanah asli dari tabung harus diratakan dengan pisau perata. Sedangkan untuk benda uji disturbed 99%, 97%

dan 95% disiapkan dari compaction test. Jumlah benda uji minimal tiga buah untuk setiap sampel yang diuji. Tebal minimal benda uji 1,3 cm tidak kurang dari enam kali diameter maksimum butiran tanah dan memiliki perbandingan diameter terhadap tebal benda uji minimal 3:1 lalu benda uji diberi label.

2. Uji geser langsung

Pengujian kuat geser langsung dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

1. Ukur diameter serta volume cincin dan timbang massanya.

2. Cetak benda uji dengan cincin atau ring, ratakan kedua permukaannya dengan pisau lalu timbang massanya.

3. Dilakukan pengujian kadar air pada benda uji sesuai SNI 1965 (2008).

4. Dilakukan pengujian berat isi pada benda uji sesuai SNI 03- 363(1994).

5. Masukan benda uji ke dalam kotak geser pengujian yang telah terkunci menjadi satu serta pasangkan batu pori yang sudah dilapisi dengan kertas saring pada bagian bawah dan atas benda uji.

6. Pasang kotak geser pada arah mendatar dan pasang piston penekan vertikal untuk memberi beban normal pada benda uji. Piston harus dipasang tegak lurus permukaan benda uji sehingga beban yang diterima oleh benda uji sama dengan beban yang diberikan pada piston tersebut.

7. Berikan beban normal pertama 19,620 N lalu isi kotak geser pengujian dengan air sampai penuh di atas permukaan benda uji.

8. Buka kunci kotak geser, setel arloji ukur beban dan arloji ukur regangan sehingga jarum ada pada posisi nol.

9. Pengujian dihentikan apabila nilai pada pengukur beban menunjukkan nilai yang sama berturut-turut atau terjadi penurun nilai pada pengukur.

10. Turunkan beban yang terpasang, keluarkan benda uji ambil sebagian

10. Turunkan beban yang terpasang, keluarkan benda uji ambil sebagian

Dokumen terkait