• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

2.2.1. Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)

Penelitian mengenai program PEMP pernah dilakukan oleh Subagio (2007) dengan tujuan untuk menganalisis dampak PEMP terhadap pendapatan sasaran program dan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan sasaran program. Hasilnya menunjukkan bahwa program PEMP di Subang dan Cirebon memberikan dampak nyata pada peningkatan pendapatan masyarakat.

Bandjar (2009) meneliti tentang program PEMP dari sisi strategi peningkatan mutu program PEMP di Kabupaten Maluku Tenggara. Dalam penelitiannya, Bandjar menggunakan 5 elemen kinerja program antara lain kelembagaan PEMP, pengelolaan Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir (LEPP), kapasitas pemanfaat, kemitraan dan pemangku kepentingan. Analisis yang digunakan adalah

Multi Dimentional Scalling (MDS) yang hasilnya menunjukkan bahwa kinerja

program PEMP secara menyuluruh tergolong cukup.

Penelitian Astuti (2004) mengenai Manfaat PEMP terhadap Pendapatan Masyarakat Nelayan Tradisional di Kabupaten Lamongan memberikan hasil bahwa selisih pendapatan sesudah dan sebelum mengikuti program PEMP terdapat perbedaan peningkatan pendapatan nelayan dengan taraf signifikansi sebesar 0,037.

Penelitian mengenai adanya program PEMP tidak selalu memberikan hasil yang positif, terutama dari sisi mekanisme pengelolaan program pelaksanaannya. Kajian yang dilakukan oleh Aisyah et. al. (2010) mengenai Prestasi Program PEMP di Jakarta Utara diperoleh temuan sebagai berikut: 1)Pelaksanaan program di tingkat kabupaten dan kecamatan tidak sesuai prosedur yang sudah ditentukan. 2) Hasil evaluasi menunjukkan bahwa Dana Ekonomi Produktif banyak dimanfaatkan oleh pedagang yang tidak miskin. 3) Masyarakat pesisir tidak mampu untuk mengajukan pinjaman, jika meminjam umumnya tidak mampu untuk melunasi pinjaman.

2.2.2. Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Ketimpangan Pendapatan

Penelitian mengenai hubungan korelasi yang positif antara pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan pendapatan dilakukan dengan fokus negara tunggal. Ravallion dan Datt (1996) menggunakan data time series (1951-1991), melakukan penelitian di India mengenai dampak pertumbuhan ekonomi sektoral dan migrasi dari desa ke kota terhadap kemiskinan di daerah perkotaan dan perdesaan. Sebagai pendekatan pendapatan per kapita, digunakan jumlah produk domestik (GDP) riil per kapita, sedangkan indikator ketimpangan pendapatan menggunakan indeks gini yang dihitung berdasarkan konsumsi per kapita. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa selama periode tersebut, rata-rata pendapatan per kapita meningkat. Sementara itu, pada waktu yang bersamaan tingkat ketimpangan pendapatan terjadi kecenderungan penurunan.

Wodon (1999) dengan menggunakan spesifikasi model data panel dalam bentuk log-log dan melibatkan 70 observasi secara nasional (30 observasi untuk daerah perkotaan dan 40 observasi untuk daerah perdesaan) selama periode tahun 1983-1996, juga melakukan penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan ketimpangan pendapatan baik secara nasional maupun menurut daerah perkotaan dan daerah perdesaan di Bangladesh. Untuk menggambarkan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan ketidakmerataan, Wodon mengajukan model:

Log Gkt = αk + β Log Rkt + ξkt (2.11) dimana:

Gk t : indeks Gini untuk area ke k-periode ke t,

Rkt : pertumbuhan ekonomi untuk area ke k periode ke t,

αk : common/fixed/random effect untuk area ke k,

ξkt : disturbance term

Berdasarkan hasil penelitiannya, Wodon menyimpulkan bahwa terdapat hubungan korelasi yang positif antara pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan pendapatan baik secara nasional maupun di daerah perkotaan, dimana nilai estimasi parameternya untuk daerah perkotaan lebih besar daripada secara

nasional. Sedangkan untuk daerah perdesaan tidak terdapat hubungan yang sistematik antara pertumbuhan ekonomi dengan ketidakmerataan pendapatan.

Ketimpangan pendapatan yang telah diterima oleh berbagai kelompok masyarakat (kondisi awal), dalam jangka panjang akan mengakibatkan terjadinya ketimpangan dalam distribusi kekayaan. Ketimpangan ini mendorong terjadinya perbedaan baik dalam kepemilikan aset dan tabungan masyarakat (investasi) serta status sosial-politik, bahkan dapat mendorong terjadinya ketidakstabilan politik. Penelitian yang telah dilakukan peneliti-peneliti berikut ini telah menunjukkan adanya pengaruh dari ketimpangan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Alesina dan Rodrik (1994), melakukan penelitian mengenai pengaruh dari ketidakmerataan pendapatan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui ekonomi politik, yaitu dengan menggunakan indeks Gini pendapatan dan kepemilikan tanah sebagai dua indikator ketidakmerataan. Hasilnya ketidakmerataan pendapatan dan kepemilikan tanah mempunyai korelasi negatif dengan laju pertumbuhan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmerataan pendapatan dan kepemilikan tanah yang semakin membesar akan mengurangi laju pertumbuhan ekonomi selanjutnya.

Alesina dan Perotti (1996), meneliti pengaruh ketidakmerataan pendapatan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui ketidakstabilan politik dan investasi. Hasilnya ketidakmerataan pendapatan meningkatkan ketidakstabilan politik dan pada gilirannya menurunkan investasi. Konskwensinya, ketidakmerataan pendapatan dengan investasi mempunyai mempunyai hubungan korelasi yang negatif. Karena investasi adalah pendorong utama dari pertumbuhan ekonomi, maka peningkatan ketidakmerataan pendapatan akan menurunkan laju pertumbuhan ekonomi .

Chambers (2003), meneliti hubungan antara ketidakmerataan pendapatan, investasi dan pengeluaran pemerintah dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasilnya adalah tanpa investasi dan atau pengeluaran pemerintah yang cukup, ketidakmerataan pendapatan yang lebih tinggi justru meningkatkan pertumbuhan ekonomi selanjutnya. Akan tetapi, jika investasi dan atau pengeluaran pemerintah adalah hal yang substansil, ketimpangan pendapatan yang lebih tinggi boleh jadi mengurangi pertumbuhan ekonomi selanjutnya.

2.2.3. Hubungan antara Tingkat Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan

Dalam penelitiannya mengenai kemiskinan di daerah pedesaan di Republik Rakyat China (RRC), Lin (2003) menggunakan data time series yang terdiri dari data pendapatan bersih per kapita, indeks gini, dan berbagai ukuran kemiskinan, serta dengan mengasumsikan bahwa distribusi pendapatan mengikuti suatu pola distribusi log normal dan dengan melakukan dekomposisi indeks pengurangan kemiskinan menurut pendapatan per kapita dan ketimpangan pendapatan. Lin (2003) menemukan fakta bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi di RRC antara tahun 1985 dan 2001 selain mengurangi kemiskinan juga meningkatkan ketimpangan yang pada akhirnya mengurangi efektifitas pengurangan kemiskinan.

Telah diuraikan pada bagian sebelumnya bahwa pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh yang positif terhadap pengurangan kemiskinan, yang berarti terdapat hubungan korelasi negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan angka kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi juga diasosiasikan dengan ketidakmerataan pendapatan, dimana meningkatnya ketidakmerataan pendapatan akan mengurangi efektifitas pengurangan kemiskinan, terdapat trade-off antara ketidakmerataan pendapatan dengan pengurangan kemiskinan. Untuk itu telah banyak dilakukan penelitian dengan tujuan melakukan dekomposisi terhadap pengurangan kemiskinan, yaitu yang berasal dari pertumbuhan ekonomi dan dari ketimpangan pendapatan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lin (2003) di daerah perdesaan (RRC) menunjukkan adanya konsistensi terhadap komposisi penyebab terjadi penurunan kemiskinan, dimana pertumbuhan ekonomi selalu mengurangi kemiskinan sedangkan ketidakmerataan pendapatan juga selalu mengurangi efektifitas pengurangan kemiskinan yang disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi.

Adam (2004) melakukan penelitian mengenai elastisitas kemiskinan terhadap pertumbuhan ekonomi (komponen pengurangan kemiskinan yang berasal dari pertumbuhan ekonomi), yaitu dengan menggunakan panel data 60 negara berkembang (tidak termasuk negara-negara Eropa Timur dan Asia Tengah), garis kemiskinan sebesar 1 Dollar/ kapita/ hari, dan dengan model first

difference log-log. Penelitiannya menghasilkan kesimpulan bahwa elastisitas kemiskinan terhadap pertumbuhan ekonomi mempunyai nilai berbeda tergantung proxy terhadap data pertumbuhan ekonomi yang digunakannya. Jika menggunakan data konsumsi, elastisitasnya adalah -2,79, yang berarti bahwa kenaikan 10 persen dari konsumsi akan menurunkan kemiskinan sebesar 27,9 persen. Sedangkan bila pertumbuhan ekonomi diukur dengan menggunakan data perubahan GDP per kapita akan menghasilkan elastisitas sebesar -2,27 (tidak signifikan).

Wodon (1999) juga melakukan dekomposisi terhadap pengurangan kemiskinan, yaitu dengan mengukur elastisitas (gross) dari kemiskinan terhadap pertumbuhan ekonomi (J),elastisitas dari ketidakmerataan pendapatan terhadap pertumbuhan ekonomi (E), elastisitas dari kemiskinan terhadap ketidakmerataan pendapatan (G ) dan elastisitas (net) dari kemiskinan terhadap pertumbuhan ekonomi (O ). Untuk mengukur elastisitas-elastisitas tersebut diatas, Wodon menggunakan model sebagai berikut:

Log Pkt = ϖ k + γ LogRkt + δ LogGkt + vkt (2.12) dimana:

kt

P : angka kemiskinan (Head Count Index) untuk area ke k, periode ke t, Rkt : Pertumbuhan ekonomi untuk area ke k, periode ke t,

Gkt : Indeks Gini untuk area ke k, periode ke t, k

ϖ : common/fixed/random effect untuk area ke k,

vkt : disturbance term

Hasil penelitian Wodon untuk angka kemiskinan (HCI) dengan menggunakan batas bawah dari garis kemiskinan dan model fixed effect, terlihat adanya konsistensi arah (positif/negatif) untuk setiap estimasi parameter elastisitas baik secara nasional, daerah perkotaan maupun untuk daerah perdesaan. Namun ada parameter yang tidak signifikan untuk daerah perdesaan, yaitu parameter antara pertumbuhan ekonomi dengan ketidakmerataan pendapatan. Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penurunan kemiskinan lebih terasa didaerah perdesaan daripada secara nasional maupun daerah perkotaan.

2.2.4. Hubungan antara Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, Ketimpangan Pendapatan dan Pengangguran

Model regresi yang dipakai untuk menjelaskan hubungan antara kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan dan pengangguran mengacu kepada model yang dikembangkan oleh Xin Meng dkk pada tahun 2005 dalam penelitiannya yang berjudul “Poverty, Inequality, and Growth in

Urban China, 1986-2000”. Dalam penelitiannya, Xin Meng et. al. (2005)

mengembangkan suatu model kemiskinan, dalam modelnya tersebut kemiskinan merupakan fungsi dari pendapatan, tingkat ketimpangan, tingkat tabungan, tingkat kenaikan harga, persentase pengeluaran untuk pendidikan, perumahan dan kesehatan terhadap total pengeluaran serta fungsi dari suatu variabel kontrol dalam hal ini pengangguran.

Mengacu kepada model Xin Meng, model persamaan regresi yang dibentuk yaitu untuk peubah tidak bebas (dependent variable) digunakan persentase penduduk miskin sedangkan peubah bebasnya (independent variable) adalah PDRB harga konstan, gini rasio, tingkat pengangguran terbuka (TPT). Data yang digunakan adalah data kabupaten/kota (cross section).

Model selengkapnya adalah sebagai berikut:

P0it = β 0 + β 1 * (PDRBit ) + β 2 * (Giniit) + β 3* (TPTit ) + eit (2.13)

dimana:

P0 = % penduduk miskin (Head Count Index) PDRBHK = Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan Gini = Gini rasio

TPT = Tingkat Pengangguran Terbuka i = Kabupaten/kota ke-i

t = Tahun pengamatan eit = disturbance term

2.3. Kerangka Pemikiran

Untuk mendapatkan keterkaitan antara program PEMP dengan pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan, pengangguran dan kemiskinan, berikut dalam penelitian ini disampaikan kerangka penelitian yang dibangun (Gambar 2.3).

Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian IMPLEMENTASI

PROGRAM PEMP

ANALISIS DATA PANEL ANALISIS

PRO POOR GROWTH /GIC ANALISIS

KUADRAN

Hasil Penelitian dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran Dinamika Kabupaten/Kota Pesisir (ANALISIS DESKRIPTIF) Perekonomian Penyerapan Tenaga Kerja Peningkatan Pendapatan Riil/Konsumsi Maasyarakat Peningkatan Pertumbuhan Penurunan Pengangguran Penurunan Ketimpangan Pendapatan PROGRAM PEMP DI KABUPATEN PESISIR KEBIJAKAN KKP (3 PILAR PEMBANGUNAN KKP) Penurunan Kemiskinan

Dokumen terkait