• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dalam dokumen BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 28-33)

4) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

2.12 Tinjauan Penelitian Terdahulu yang Relevan

Tahun 1990-an merupakan kurun waktu penting dalam perkembangan Manajemen Pengetahuan. Pada kurun waktu tersebut banyak ilmuwan mengemukakan konsep-konsep baru yang penting bagi pengembangan Manajemen Pengetahuan sebagai ilmu. Kurun waktu berikutnya para ilmuwan berusaha menguji konsep-konsep tersebut dengan penelitian empiris di berbagai wilayah.

Salah satu konsep yang lahir di era 1990-an yang banyak dijadikan landasan dalam kajian tentang penciptaan pengetahuan organisasi adalah konsep yang dikemukakan Nonaka dan Takeuchi (1995) melalui bukunya The Knowledge Creating Company: How Japanese Companies Create the Dynamic of Innovation.

mengemukakan bahwa penciptaan pengetahuan organisasi membutuhkan interaksi yang dinamis dan intensif serta membutuhkan bnayak tenaga dari para anggota tim. Keahlian dalam penciptaan pengetahuan organisasi ini menurut Nonaka dan Takeuchi merupakan kunci dari keberhasilan perusahaan-perusahaan Jepang. Pada buku ini Nonaka dan Takeuchi menggunakan pengetahuan sebagai unit analisisnya dalam menjelaskan perilaku organisasi perusahaan. Kajian ini juga berangkat dari keyakinan bahwa organisasi bisnis tidak hanya memproses pengetahuan tetapi sekaligus juga menciptakannya. Menurut kedua ahli ini penciptaan pengetahuan terjadi dalam tiga tingkatan, yakni individu , kelompok

35 dan organisasi. Studi ini bertujuan merumuskan model generik dari penciptaan pengetahuan organisasi. Kajian ini ditulis setelah keduanya bertahun-tahun melakukan penyelidikan secara mendalam terhadap perusahaan-perusahaan Jepang.

Pada kurun waktu berikutnya, Soo et al (2002b) melakukan studi empirik mengenai proses penciptaan pengetahuan di dalam organisasi. Kelompok peneliti ini menguji model melalui kajian yang bersifat komprehensif tentang penciptaan pengetahuan organisasi dan dampaknya terhadap inovasi dengan melakukan eksplorasi untuk menemukan variabel-variabel yang berperan penting dalam penciptaan pengetahuan. Studi ini dilakukan terhadap 317 perusahaan manufaktur dan empat sektor industri jasa, dimana satu perusahaan diwakili satu responden yakni para pemimpin perusahaan dan data dianalisis dengan Partial Least Square (PLS). Meskipun studinya dilakukan di industri berbeda secara bersamaan namun tidak dijelaskan disini apakah masing-masing industri tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Temuan penting dari studi tersebut adalah, adanya konsisten dengan proposisi Nonaka dan Takeuchi (1995) bahwa integrasi antara pengetahuan yang telah ada di dalam organisasi merupakan kunci penting bagi inovasi dan kinerja organisasi.

Penelitian serupa dengan kajian Soo et al (2002b) dilakukan Susatyo-Munir (2004) terhadap perusahaan kosmetika modern di Indonesia (Full Manufacturing).

Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa variabel pengetahuan baru mempunyai pengaruh langsung dan positif pada keluaran inovasi perusahaan. Penelitian ini merupakan konfimasi model yang telah dikembangkan oleh Soo et al (2002b).

Dan menghasilkan temuan, struktur model penciptaan pengetahuan perusahaan-perusahaan kosmetik di Indonesia berbeda dengan struktur model yang dikembangkan Soo et al (2002b). Perbedaan tersebut dikarenakan jenis industri dan serta instrumen yang digunakan. Selanjutnya, penelusuran pustaka lebih lanjut untuk dapat mengetahui state-of-the art ilmu Manajemen Pengetahuan khususnya proses penciptaan pengetahuan dan inovasi disarikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Penelitian Terdahulu yang Relevan

No Tahun Pengarang Kesimpulan

1 1999 Sukmawati A Industri pengolahan susu di Indonesia berada pada tahap factor driven yang merupakan tahap awal pembangunan suatu industri dengan determinan industri terkait dan industri pendukung berupa industri pemasok bahan baku utama merupakan titik kritis bagi keunggulan kompetitifnya.

2 2001 Canny A Prioritas strategi dan program pengembangan agroindustri susu berbasis usaha lepas panen susu adalah mengembangkan usaha industri pengolahan susu tingkat pedesaan dan merintis jaringan kemitraan usaha untuk diversifikasi produk susu.

3 2002 Traill WB &

Meulenberg M

Inovasi yang dihasilkan

perusahaan-perusahaan industri pangan di Eropa berbeda tergantung kepada pemilihan orientasi dominan inovasinya, yaitu produk, proses atau pasar.

4 2002b Soo et al. Penciptaan pengetahuan baru lebih

dipengaruhi oleh jejaring informal dan daya serap individual dengan skenario pemecahan masalah pada tingkat konsensus.

5 2004 Chou SW & He MY

Aset pengetahuan merupakan faktor kunci yang memfasilitasi proses penciptaan pengetahuan. Aset pengetahuan konseptual mempunyai pengaruh paling nyata terhadap proses penciptaan pengetahuan, sedangkan aset sistemik memberikan pengaruh paling kecil.

6 2004 Al-Hawari M. Model K-space memberikan basis pengetahuan baru dalam konseptualisasi proses penciptaan pengetahuan dalam organisasi. Gaya manajemen pengetahuan berkontribusi positif terhadap kodifikasi dan ketersediaan pengetahuan.

7 2005 Indarti N & van Geenhuizen M

Sumber pengetahuan paling penting yang mendorong inovasi pada industri kecil mebel di Indonesia adalah learning-by-doing dan pembeli. Transfer pengetahuan masih dilakukan secara informal.

8 2005 Irsan I Faktor mobilisasi penggerak pengetahuan, dalam hal ini dipegang direksi, merupakan faktor yang paling mendukung proses penciptaan pengetahuan.

37 Dari sisi objek penelitian, hasil penelitian terdahulu mengenai posisi Industri Pengolahan Susu (IPS) di Indonesia menyimpulkan bahwa IPS berada pada tahap sumber daya (factor driven) sebagai pendorong keunggulan yang merupakan tahap awal pembangunan suatu industri. Hal ini berarti bahwa keunggulan bersaingnya masih berbasis sumber daya dasar, antara lain ketersediaan sumber daya alam dan tenaga kerja. Industri pada tahap ini dicirikan dengan teknologi proses yang murah dan tersedia secara luas. Biasanya teknologi berasal dari negara lain dan transfer teknologi dilakukan melalui investasi langsung, imitasi atau akuisisi. Hal ini sejalan dengan kondisi faktual, selama ini IPS dikembangkan sebagai industri substitusi impor, bukan industri yang tumbuh dari keunggulan sumber daya lokal maupun keunggulan teknologi (Sukmawati 1999). Diperlukan penelitian selanjutnya untuk mengidentifikasi basis keunggulan bersaing lainnya yang harus dikembangkan oleh IPS agar mampu bergeser pada tahap keunggulan kompetitif berikutnya (Gambar 4).

Gambar 4 Tahapan Pembangunan Keunggulan Kompetitif IPS (Sukmawati 1999)

Identifikasi terhadap tingkat kepentingan determinan-determinan yang merupakan determinan penting dalam upaya meningkatkan keunggulan bersaing IPS menggunakan model berlian keunggulan bersaing (Porter’s Diamond Model) menunjukkan bahwa determinan sumber daya menempati urutan pertama.

Determinan industri pendukung dan industri terkait mempunyai tingkat kepentingan kedua dengan keunggulan kompetitif industri pemasok bahan baku utama menjadi faktor terpenting dalam determinan ini. Urutan ketiga tingkat kepentingan untuk ditingkatkan adalah determinan strategi perusahaan, struktur dan persaingan dengan faktor terpenting dalam determinan ini adalah kemauan dan kemampuan perusahaan bersaing di pasar global. Selengkapnya hasil penelitian tersebut diilustrasikan pada Gambar 5.

IPS Investasi Inovasi Kekayaan

Gambar 5 Model Berlian Keunggulan Bersaing IPS di Indonesia (Sukmawati 1999)

Penelitian Canny (2001) menghasilkan identifikasi faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan agroindustri susu berbasis usaha lepas panen susu. Faktor-faktor internal yang berhasil diidentifkasi adalah: budaya usaha dan nilai-nilai kepercayaan peternak, pembinaan oleh usaha lepas panen susu kepada peternak, dukungan pemerintah, potensi integrasi vertikal dalam membangun aliansi strategis, potensi pengembangan menuju industri hilir, produktivitas dan kualitas susu segar dalam negeri (SSDN).

Idenfitikasi faktor-faktor eksternal adalah potensi pasar, globalisasi perdagangan, persaingan dengan bahan baku susu impor (BBSI), kebijakan negara asal BBSI, resiko terhadap fluktuasi nilai tukar dan perubahan geopolitik dalam negeri.

Identifikasi faktor penting yang mempengaruhi sistem pengembangan agroindustri susu, antara lain adalah potensi pengembangan industri hilir dan kemampuan manajemen serta sumberdaya manusia (Canny 2001). Salah satu temuannya mengenai solusi pengembangan agroindustri susu dalam negeri adalah peningkatan proporsi susu olahan dengan salah satu programnya adalah diversifikasi produk. Disarankan pula perlunya kajian lebih lanjut terhadap

STRATEGI, STRUKTUR,

DAN PERSAINGAN

(penting) KESEMPATAN

(kurang penting)

PEMERINTAH (kurang penting) SUMBERDAYA

(sangat penting)

PERMINTAAN (kurang penting)

INDUSTRI PENDUKUNG

& TERKAIT (sangat penting)

39 variabel sosial sehingga dapat memberikan manfaat sosial yang seharusnya diterima peternak sapi perah mengingat 90 persen produsen SSDN adalah peternakan rakyat.

Rekomendasi kedua penelitian tersebut yang menjadi pertimbangan pemilihan koperasi susu sebagai sebagai obyek penelitian untuk menghasilkan model penciptaan pengetahuan yang tepat dalam rangka mendorong inovasi.

Dalam dokumen BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 28-33)

Dokumen terkait