• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Tinjauan tentang Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu “pola dan “asuh”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 54) kata “pola” berarti corak, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tepat, sedangkan “asuh” berarti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu,

melatih dll) supaya dapat berdiri sendiri (orang atau negeri) dan

memimpin (mengepalai, menyelenggarakan) badan kelembagaan. Dalam

hal itu, kata asuh dimaksudkan segala aspek yang berkaitan dengan

merawat, mendidik, membimbing guna membantu dan melatih anak

dalam menjalani kehidupan.

Menurut Noor Rohinah (2012: 134) pola asuh dapat didefinisikan

sebagai pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi

pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum dan lain-lain) dan

hidup selaras dengan lingkungannya. Casmini (2007: 47) berpendapat

pola asuh orang tua atau yang sering disebut pengasuhan berarti

bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing dan

mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses

kedewasaan, hingga kepada upaya pembentukan pembentukan norma-

norma yang diharapkan oleh masyarakat pada umumnya. Sugihartono

dkk (2012: 31) menambahkan, pola asuh orang tua adalah pola perilaku

yang digunakan untuk berhubungan dengan anak-anak. Pola asuh yang

diterapkan tiap keluarga berbeda dengan keluarga lainnya

Dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pola

asuh orang tua ialah bentuk perlakuan orang tua kepada anaknya yang

meliputi menjaga, membimbing, pemenuhan kebutuhan fisik,

pemenuhan kebutuhan psikologi serta mendidik dan mendisiplinkan

anak untuk mencapai tujuan hidup.

2. Tipe-Tipe Pola Asuh Orang Tua

Menurut Diana Baumrind yang dikutip oleh Kusdwiratri Setiono

(2011: 92-93) ada 3 macam pola asuh orang tua yaitu pola asuh

authoritarian, pola asuh authoritative dan pola asuh permissive. Adapaun penjelasannya sebagai berikut:

1. Pola asuh authoritarian

Orang tua berusaha membentuk, mengontrol dan mengevaluasi

anak dengan menggunakan sejumlah standart. Orang tua

membentuk tingkah laku yag dikehendaki. Orang tua tidak

memberikan kesempatan memberi dan menerima secara verbal,

tetapi lebih menyukai anak yang menerima apa yag diucapkan oleh

orang tua adalah yag benar. Tipe orang tua seperti ini menegakkan

aturan dengan ketat, memberi sanksi dan hukuman yang didasari

oleh kesalahan pada anak, serta tidak mendorong terjadinya

kemandirian dan individualitas pada anak.

Baumrind (Casmini, 2007: 48) menambahkan, bentuk pengasuhan

otoriter memiliki ciri-ciri antara lain: orang tua dalam bertindak

kepada anaknya tegas, suka menghukum, kurang memiliki kasih

sayang, kurang simpatik. Pada tipe otoriter ini orang tua suka

memaksa anak-anaknya untuk patuh terhadap aturan-aturan yang

dibuat, orang tua cenderung mengekang keinginan anaknya. Orang

tua tidak mendorong untuk mandiri, jarang memberikan pujian

walaupun anak mendapatkan prestasi, hak anak sangat dibatasi tetapi

dituntut mempunyai tanggung jawab sebagaimana halnya dengan

orang dewasa. Pengontrolan tingkah laku anak sangat ketat, sering

menghukum anak dengan hukuman fisik, serta orang tua terlalu

banyak mengatur kehidupan anak.

Menurut Syamsu Yusuf (2009: 51) sikap atau perilaku orang tua

dari bentuk pola asuh otoriter yaitu sikap penerimaan terhadap anak

bersikap mengomando (mengharuskan/ memerintah anak untuk

melakukan sesuatu tanpa kompromi.

2. Pola asuh Authoritative

Orang tua berusaha mengarahkan anak secara rasional, dengan

berorientasi pada isu. Orang tua mendorong terjadinya memberi dan

menerima secara verbal, memberikan alasan atas keputusan yang

diambil dan memperhitungkan pendapat anak. Orang tua tipe ini

ketat dalam menegakkan aturan dan menindak tegas tingkah laku

bermasalah tetapi mendorong terjadinya kemandirian dan

individualitas.

Adapun ciri-ciri dari pola asuh demokratis menurut Baumrind

(Casmini, 2007: 50), yaitu sebagai berikut: bersikap hangat namun

tegas; mengatur standar agar dapat melaksanakannya dan memberi

harapan yang konsisten terhadap kebutuhan dan kemampuan anak;

memberi kesempatan anak untuk berkembang oto`nomi dan mampu

mengarahkan diri namun anak harus tanggungjawab terhadap

tingkah lakunya; menghadapi anak secara rasional, memberi pujian

atau hadiah kepada kepada perilaku benar, hukuman diberikan akibat

perilaku salah, orientasi pada masalah-masalah memberi dorongan

dalam diskusi keluarga dan menjelaskan disiplin yang mereka

berikan.

Sikap atau perilaku orang tua yang ada pada pola asuh bentuk

responsif terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk

menyatukan pendapat atau pertanyaan, memberikan penjelasan

tentang dampak perbuatan yang baik dan yang buruk (Syamsu

Yusuf, 2009: 51).

3. Pola asuh permissive

Orang tua tidak pernah memberikan hukuman dan menerima apa

yag dilakukan anak tanpa memberikan intervensi. Orang tua tipe ini

memberikan respon pada anak dengan cara menerima apapun

tindakan anak orang tua memberikan tuntutan sedikit terhadap anak

sehingga anak juga kurang memiliki rasa tanggung jawab dalam

rumah tangga. Orang tua tipe ini tidak menegakkan aturan secara

ketat dan cenderung untuk mengacuhkan dan memaafkan tingkah

laku bermasalah tetapi mendorong kemandirian dan individualitas

anak.

Adapun ciri-ciri pola asuh orang tua permisif menurut Baumrind

(Casmini, 2012: 49) antara lain: orang tua memberikan kebebasan

seluas mungkin, ibu memberikan kasih sayang dan bapak bersikap

sangat longgar; anak tidak dituntut untuk belajar bertanggung jawab;

anak diberikan hak yang sama dengan orang dewasa; anak diberikan

kesempatan mandiri dan mengembangkan control internalnya

sendiri. Syamsu Yusuf (2009: 51) menambahkan sikap atau perilaku

kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau

keinginannya.

Menurut Sugihartono dkk (2012: 31) menyebutkan bahwa pola

asuh orang tua dibagi menjadi 3 macam yaitu sebagai berikut:

1. Pola asuh otoriter

Pola asuh otoriter adalah bentuk pola asuh yang menekankan pada

pengawasan orang tua kepada anak untuk mendapatkan ketaatan dan

kepatuhan. Orang tua bersikap tegas, suka menghukum dan

cenderung mengekang keinginan anak.

2. Pola asuh permisif

Pola asuh permisif adalah bentuk pengasuhan dimana orag tua

memberi kebebasan sebanyak mungkin pada anak untuk mengatur

dirinya, anak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak bayak

dikontrol oleh orang tua.

3. Pola asuh authoritatif

Pola asuh authoritatif bercirikan adanya hak dan kewajiban orang tua

yang sama-sama saling melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung

jawab dan menentukan perilakunya sendiri agar dapat disiplin.

Dari pendapat para ahli diatas, tipe pola asuh orang tua ada 3

yaitu pola asuh authorian, pola asuh authoritative dan pola asuh

3. Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua

Menurut Supartini Y (2004: 36) faktor-faktor yag mempengaruhi pola

asuh adalah sebagai berikut:

a. Usia Orang Tua

Rentang usia tertentu adalah baik untuk menjalankan peran

pengasuhan. Apabila terlalu muda atau tua mungkin tidak dapat

menjalankan peran tersebut secara optimal karena diperlukan

kekuatan fisik atau psikososial.

b. Keterlibatan orang tua

Kedekatan hubungan ibu dan anak sama pentingnya dengan ayah

walaupun secara kodrati akan ada perbedaan. Di dalam rumah

tangga ayah dapat melibatkan dirinya melaukan peran pengasuhan

kepada anaknya. Seorang ayah tidak saja bertnggung jawab dalam

memberikan nafkah tetapi dapat pula bekerja sama dengan ibu

dalam melakukan perawatan kepada anak.

c. Pendidikan orang tua

d. Pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak

Orang tua yang telah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam

merawat anak akan lebih siap menjalankan pengasuhan dan lebih

rileks.

Stres yang dialami orang tua akan mempengaruhi kemampuan orang

tua dalam menjalankan peran pengasuhannya terutama dalam

kaitannya dengan strategi koping yang dimiliki oleh anak.

f. Hubungan suami istri

Hubungan yang kurang harmonis antara suami istri akan berdampak

pada kemampuan dalam menjalankan perannya sebagai orang tua

dan merawat serta mengasuh anak dengan penuh rasa bahagia karena

satu sama lain dapat saling memberi dukungan dan menghadapi

segala masalah dengan koping yag positif.

C. Tinjauan Tentang Kemandirian Bina Diri Anak Cerebral palsy Tipe