• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Proses Pengiriman Logistik Komoditi Garam

BAB IV GAMBARAN UMUM

4.2. Tinjauan Proses Pengiriman Logistik Komoditi Garam

Gambar 4. 6 Proses Pengiriman Garam

Secara ringkas proses pengiriman garam terlihat pada diagram diatas yang menjelaskan bahwa awal dari proses pengiriman dimulai dari tambak garam sebagai

36 produsen garam bahan baku atau bisa disebut garam krosok. Di area meja garam, kemudian garam ditumpuk menggunung disamping tambak garam.

Gambar 4. 7 Proses Pengarungan Garam

Tumpukan garam krosok tersebut kemudian dikemas dalam bentuk karung berwarna biru dimana satu karung berisi 50 kg garam krosok atau garam bahan baku. Setelah garam di packing dalam karung, maka para petani biasanya menempatkan garam di tepi jalan dengan ditumpuk dan biasanya hanya ditutup seadanya dengan terpal. Selain itu, bagi petani yang mempunyai gudang, garam karung tersebut disimpan dalam gudang sekaligus untuk stok pada musim penghujan karena pada musim penghujan semua proses produksi garam akan berhenti. Selain untuk stok, kegunaan gudang juga sebagai pelindung agar kualitas garam terjaga dengan baik, tidak menyusut, tercecer ataupun tercampur dengan tanah.

Gambar 4. 8 Proses Pemuatan Garam ke Kapal

Garam yang berada di gudang ataupun tepi jalan kemudian diangkut menggunakan truk dan kapal untuk di distribusikan ke Pabrik Pengolahan Garam yang berada di Gresik, Surabaya dan Sidoarjo.

37

Gambar 4. 9 Garam Beryodium Siap Konsumsi

Setelah melalui proses penjernihan dan pengolahan agar menjadi garam siap konsumsi, garam tersebut kemudian di packing dalam plastik kemasan dengan ukuran 200 gram. Bagi konsumen dapat membeli garam langsung dari pabrik dengan minimum pembelian sebesar 10 Kg. Umumnya para konsumen atau agen mengambil dan menanggug secara langsung biaya pengiriman dari pabrik.

Gambar 4. 10 Arus pembelian dan penjualan garam Jawa Timur

Produk garam dari Jawa Timur paling besar dikonsumsi di wilayah Jawa Timur sendiri sebesar 63,50 %. Tetapi dengan wilayah yang dekat dengan Pabrik, maka tidak ada perlakuan khusus dan hanya menggunakan moda truk saja. Sedangkan daerah konsumen garam Jawa Timur terbesar kedua di tempati oleh Jakarta dengan 18% . Daerah tujuan Jakarta cukup jauh sehingga memiliki banyak moda pilihan pengangkutan yang tentunya membutuhkan perlakuan secara khusus untuk menghindari penyusutan dan menjaga kualitas garam agar tetap baik.

Dalam proses rantai pasok garam dari hulu sampai hilir melibatkan beberapa pihak dalam saluran pemasaran garam. Saluran pemasaran adalah organisasi suatu produk atau lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses penyaluran atau rantai pasok

38 pemasaran suatu produk dan jasa, sehingga produk dan jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen. Sebagian besar produsen yang membuat suatu produk tidak menjual secara langsung produknya kepada konsumen akhir, hal ini disebabkan karena produsen tidak mampu menanggung biaya besarnya distribusi dan pengolahan. Kondisi dari masing-masing lembaga pemasaran yang ada pada saluran pemasaran garam rakyat di wilayah Madura dijelaskan sebagai berikut :

1) Pegaram

Ada beberapa kriteria penentuan pegaram yang dijadikan sebagai saluran pemasaran yaitu pegaram yang melakukan kegiatan produksi dan pemasaran dengan lahan yang dimiliki sendiri sewa dan bagi hasil sedangkan pegaram yang hanya sebagai penggarap saja tidak diikutkan, karena pegaram tersebut hanya melakukan kegiatan produksi sedangkan proses transaksi dilakukan oleh pemilik lahan. Dalam proses transaksinya pegaram menjual garam ke tengkulak dalam bentuk curah dan yang kemudian dikemas oleh tengkulak dalam karung 50 kg. Pegaram di wilayah Maduran di kategorikan dalam 3 kelompok :

a. Kelompok pegaram yang memiliki hubungan dengan tengkulak

Beberapa karakteristik pegaram dalam kategori ini adalah Pegaram mendapatkan pinjamanmodal yang di pergunakan untuk kegiatan proses produksi, Pegaram yang menjual outputnya ke pegaram yang memberikan pinjaman modal dan, Pegaram yang tidak bisa menjual pada tengkulak lain yang memberikan nilai jual lebih tinggi. Bentuk transaksi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi pegaram, karena harga yang di berikan pada pegaram lebih rendah dari harga normal. Dalam proses pemasarannya pegaram memiliki hubungan yang baik (kekerabatan) dengan tengkulak, sehingga seringkali pegaram tidak menjual kepada tengkulak lain walau harga yang ditawarkan lebih tinggi. Pegaram akan memilih menjual produknya pada tengkulak yang selama ini menampung hasil usahataninya. Selain percaya, dengan adanya kedekatan keluarga timbul rasa tidak enak jika harus menjual ke tengkulak lain.

b. Kelompok pegaram yang ikut dalam Organisasi Kelompok Garam

Contoh organisasi ini adalah Program Usaha Garam Rakyat (PUGAR) yang berfungsi menjadi wadah aspirasi pegaram dalam melakukan kegiatan

39 produksi serta pemasaran. Dalam proses pemasarannya PUGAR ini memberikan arahan, saran dalam melakukan transaksi tengkulak. Saran-saran yang diberikan ini yaitu informasi-informasi seperti harga dari masing-masing tengkulak dengan perbedaan harga yang ditawarkan pada pegaram sehingga dalam pemasarannya pegaram dapat memilih tengkulak yang memberikan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan tengkulak lainnya. c. Kelompok pegaram yang tidak memiliki hubungan dengan tengkulak dan

tidak ikut organisasi

Pegaram yang termasuk dalam kategori ini memiliki kebebasan dalam membuat keputusan untuk memasarkan garam. Namun pada kategori ini tidak lantas membuat pegaram ini mendapatkan harga yang menguntungkan. Hal itu disebabkan karena pegaram tidak mempunyai informasi yang akurat di bandingkan dengan informasi dari organisasi, sehingga posisi tawar pun tidak kuat.

2) Tengkulak

Dalam memperoleh bahan baku garam pabrik tidak secara langsung mendapatkan dari pegaram. Pabrik memperoleh garam dari tengkulak. Tidak semua tengkulak garam dapat menjual produk dimiliki ke pabrik. Hal itu disebabkan karena pabrik hanya menerima garam dari tengkulak yang sudah memiliki badan usaha berupa UD, CV dan PT. Selain itu, pihak pabrik garam mensyaratkan volume pasok garam harus jumlah yang besar, serta yang paling penting adalah kualitas garam yang dijual ke pabrik harus dengan kualitas industri atau dalam hal ini harus KW1. Dengan adanya ketentuan tersebut artinya para pegaram tidak dapat langsung menjual garam pada gudang/pabrik. Keberadaan pabrik garam memberikan kemudahan bagi tengkulak untuk menjual garamnya karena pihak pabrik memberikan bantuan operasional untuk mengangkut garam yang dibeli dari tengkulak sehingga dapat menghemat biaya.

3) Pabrik

Dikarenakan kualitas garam yang masih belum KW1, maka sebelum di distribusikan ke pabrik pengolahan, garam akan ditampung terlebih dahulu oleh PT. Garindo dan PT. Boediono karena Pabrik Pengolah Garam (PPG) tidak bisa menampung garam yang di hasilkan oleh pegaram karena kualitas yang disyaratkan oleh PPGyaitu KW1, yang tidak bisa dipenuhi oleh masyarakat

Dokumen terkait