• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bangunan Sekolah Dasar

Kota Pekanbaru mempunyai 266 sekolah dasar dengan perincian 187 buah milik pemerintah dan 79 milik pihak swasta. Rincian sebaran SD di Kota Pekanbaru disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Data SD Negeri dan SD Swasta di Kota Pekanbaru

No. Kecamatan SD Negeri SD Swasta

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Tampan Marpoyan Damai Bukit Raya Tenayan Raya Limapuluh Sail Pekanbaru Kota Sukajadi Payung Sekaki Senapelan Rumbai Rumbai Pesisir 16 18 16 25 17 7 5 20 11 17 14 21 21 14 7 4 3 1 8 5 10 0 2 4 Jumlah 187 79 Rayap

Secara taksonomi rayap termasuk kedalam Ordo Isoptera yang berasal dari bahasa Yunani, iso berarti sama dan ptera berarti sayap. Nama ini mengacu pada kasta reproduktifnya yang memiliki sepasang sayap depan dan belakang dengan bentuk dan ukuran yang sama. Rayap mempunyai tujuh famili yaitu Mastotermitidae, Kalotermitidae, Termopsidae, Hodotermitidae, Rhinotermitidae, Serritermitidae, dan Termitidae. Rayap merupakan serangga pemakan kayu (xlyophagus) atau bahan-bahan yang mengandung selulosa (Nandika, 2003).

Perilaku rayap dalam kegiatan makan di laboratorium menunjukkan bahwa dalam keadaan lingkungan tinggal yang terpaksa, rayap akan memakan bahan

dahulu dengan lingkungan yang disediakan. Hal ini ditandai dengan aktivitas rayap yang masih rendah untuk makan, rayap yang tidak mampu menyesuaikan diri akan mati. Rayap yang berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan akan melakukan orientasi makan. Jika makanan yang disediakan atau diumpankan sesuai, maka rayap akan meneruskan makan, akan tetapi jika tidak sesuai rayap akan memilih berpuasa. Rayap yang lemah akan berangsur-angsur mati dan menjadi makanan bagi yang kuat (Supriana 1994). Rayap dalam hidupnya di alam dihadapkan pada keadaan terdapat banyak pilihan makanan sedangkan pada kondisi pengujian rayap akan memilih tipe makanan yang paling sesuai, bukan saja tipe makanan yang mengandung selulosa tetapi juga tipe makanan yang paling mudah digigit dan dikunyah (Krishna & Weesner, 1969).

Rayap memiliki siklus hidup yang mengalami metamorfosis bertahap atau gradual (hemimetabola), dari telur kemudian nimfa sampai menjadi dewasa. Setelah menetas dari telur, nimfa akan menjadi dewasa melalui beberapa instar (bentuk diantara dua tahap perubahan). Perubahan yang gradual ini berakibat terhadap kesamaan bentuk badan secara umum, cara hidup dan jenis makanan antara nimfa dan dewasa. Namun, nimfa yang memiliki tunas, sayapnya akan tumbuh sempurna pada instar terakhir ketika rayap telah mencapai tingkat dewasa (Prasetiyo dan Yusuf, 2005).

Rayap tanah sebenarnya merupakan salah satu kelompok makrofauna tanah yang dapat beradaptasi dengan kondisi tanah yang relatif basah. Penelitian pada lahan yang masih berupa hutan rawa gambut membuktikan bahwa rayap dapat dijumpai pada gambut dengan tingkat kejenuhan air tidak pernah kurang dari 80%. Rayap tanah juga terbukti dapat bertahan hidup pada lahan

gambut yang tergenang selama berhari-hari dengan memanfaatkan tunggul-tunggul pohon sebagai pelindung koloni mereka (Purnasari, 2011).

Berdasarkan habitatnya, menurut Hunt and Garrat, (1986) dalam Tambunan dan Nandika (1989) rayap dibagi ke dalam beberapa golongan diantaranya:

Rayap kayu basah (dampwood termite) adalah golongan rayap yang biasa menyerang kayu-kayu busuk atau pohon yang akan mati. Sarangnya terletak di dalam kayu tidak mempunyai hubungan dengan tanah. Contoh dari golongan ini adalah Glyprotermes spp. (famili Kalotermitidae)

Rayap kayu kering (drywood termite) adalah golongan rayap yang biasa menyerang kayu-kayu kering, misalnya pada kayu yang digunakan sebagai bahan bangunan, perlengkapan rumah tangga dan lain-lain.Sarangnya terletak di dalam kayu dan tidak mempunyai hubungan dengan tanah. Rayap kayu kering dapat bekerja dalam kayu yang mempunyai kadar air 10-12 % atau lebih rendah. Contoh dari golongan ini misalnya Cryptotermes spp. (famili Kalotermitidae).

Rayap pohon (tree termite) adalah golongan rayap yang menyerang pohon-pohon hidup.Mereka bersarang di dalam pohon-pohon dan tidak mempunyai hubungan dengan tanah.Contoh dari golongan ini misalnya Neotermes spp. (famili Kalotermtidae).

Rayap subteran (subteranean termite) adalah golongan rayap yang bersarang di dalam tanah tetapi dapat juga menyerang bahan-bahan di atas tanah karena selalu mempunyai terowongan pipih terbuat dari tanah yang menghubungkan sarang dengan benda yang diserangnya. Untuk hidupnya

mereka selalu membutuhkan kelembaban yang tinggi, serta bersifat

Cryptobiotic (menjauhi sinar). Yang termasuk ke dalam rayap subteran

adalah dari famili Rhinotermitidae serta sebagian dari famili Termitidae (Hunt and Garrat, 1986 dalam Tambunan dan Nandika, 1989).

Dalam hidupnya rayap mempunyai beberapa sifat yang penting untuk diperhatikan yaitu:

1. Sifat Trophalaxis, yaitu sifat rayap untuk berkumpul saling menjilat serta mengadakan perukaran bahan makanan.

2. Sifat Cryptobiotic, yaitu sifat rayap untuk menjauhi cahaya. Sifat ini tidak berlaku pada rayap yang bersayap (calon kasta reproduktif) dimana mereka selama periode yang pendek di dalam hidupnya memerlukan cahaya (terang). 3. Sifat Kanibalisme, yaitu sifat rayap untuk memakan individu sejenis yang

lemah dan sakit. Sifat ini lebih menonjol bila rayap berada dalam keadaan kekurangan makanan.

4. Sifat Necrophagy, yaitu sifat rayap untuk memakan bangkai sesamanya. Menurut Sigit dan Hadi (2006), rayap merupakan serangga primitif yang sangat dekat kekeluargaannya dengan kecoa. Di alam, rayap sangat berguna mengubah kayu mati dan bahan organik lainnya yang mengandung selulosa untuk dijadikan humus. Dari aspek tersebut, rayap merupakan serangga yang sangat berguna di satu sisi, namun di sisi lain apabila manusia mulai membangun gedung dengan komponen kayu sebagai bahan bakunya maka rayap dapat merusak bangunan tersebut sebagai habitat dan makanannya. Rayap mempunyai mikroorganisme di dalam ususnya yang dapat mengubah selulosa menjadi bahan – bahan lain yang dapat dicerna oleh tubuh rayap.

Keragaman jenis rayap cukup tinggi karena telah teridentifikasi lebih dari 2.500 jenis yang diklasifikasikan ke dalam 7 famili, 15 sub-famili dan 200 genus. Penyebaran rayap berhubungan dengan suhu dan curah hujan sehingga sebagian besar jenis rayap terdapat di dataran rendah tropika dan hanya sebagian kecil ditemukan di dataran tinggi. Penyebaran ini tidak hanya di daerah tropika tetapi juga mencakup daerah subtropika bahkan meluas ke daerah temperate dengan batas 50° Lintang Utara dan 50° Lintang Selatan (Nandika, 2003).

Tarumingkeng (2003) menyatakan jenis-jens rayap perusak kayu di Indonesia termasuk dalam family Kalotermitidae, Rhinotermitidae dan termitidae: 1. Famili Kalotermitidae

Jenis –jenis rayap ini merupakan jenis rayap yang paling primitive koloninya tidak terdapat kasta pekerja. Tugas mengumpulkan makanan dan merawat sarang dilakukan oleh larva dan nimfa yang telah tua. Cara hidupnya dibagi atas tiga golongan :

a. Rayap kayu lembab (Glyptotermes spp). b. Rayap pohon (Neotermes spp).

c. Rayap kayu kering (Cryptotermes spp). 2. Famili Rhinotermitidae

Famili ini mempunyai sarang dibawah atau diatas tanah. Jenis –jenis yang terpenting adalah Coptotermes curvignatus dan Coptotermes travian. Organisasi dari family ini sedikit lebih maju dari family Kalotermitidae.

3. Famili Termitidae

Famili ini memiliki organisasi yang lebih sempurna dari family kalotermitidae. Rayap ini kebanyakan hidup di dalam tanah. Genus yang terkenal

antara lain Ondototermes, Microtermes, macrotermes. Namun diantara rayap – rayap itu yang paling penting menimbulkan masalah pada bangunan gedung adalah jenis Captotermes curvignathus. Kemampuanya dalam menyerang bangunan sangat ditunjang oleh daya jelajahnya yang tinggi baik pada arah jelajah horizontal maupun vertikal mampu membuat sarang antara (secondary nest) pada tempat-tempat yang secara tidak langsung bersinggungan dengan tanah, dan ukuran populasinya tinggi. Namun beruntung, dibandingkan dengan rayap lain misalnya Schedorhinotermes javanicus, Macrotermes gilvus maupun Microtermes

inspiratus, sebarab rayap C. curvignathus jauh lebih terbatas dan diduga pola

spasialnya berbeda (Rismayadi,1999). Menurut Rismayadi (1999) rayap tanah

Coptotermes juga dapat menyerang kayu sasarannya sejauh 90 meter dari

sarangnya yang terdapat di kedalaman tanah 30-60 centimeter dibawah permukaan tanah bahkan lebih dalam lagi dengan liang-liang selebar enam centimeter.

Koloni Rayap

Rayap adalah serangga sosial yang hidup dalam suatu komunitas yang disebut koloni. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk hidup lebih lama bila tidak berada dalam koloninya. Komunitas tersebut bertambah efisien dengan adanya spesialisasi (kasta) dimana masing – masing kasta mempunyai bentuk dan peran yang berbeda dalam kehidupannya. Kasta tersebut meliputi kasta prajurit, kasta pekerja atau kasta palsu dan kasta reproduksi.

Kasta Prajurit

Kasta prajurit dapat dengan mudah dikenali dari bentuk kepalanya yang besar dan mengalami penebalan yang nyata. Pada beberapa jenis rayap seringkali

dijumpai kasta prajurit dengan ukuran yang berbeda (polimorfisme), yaitu; prajurit berukuran besar (prajurit major); prajurit berukuran kecil (prajurit minor); dan antara keduanya kadang – kadang dijumpai prajurit yang berukuran sedang (prajurit intermediet). Peranan kasta prajurit adalah melindungi koloni terhadap gangguan dari luar, khususnya semut atau vertebrata predator. Kasta prajurit mampu menyerang musuhnya dengan mandible yang dapat menusuk, mengiris dan menjepit. Beberapa kasta prajurit dari golongan rayap tertentu menyerang musuhnya dengan cairan hasil sekresi kelenjar frontal atau kelenjar saliva.

Kasta Pekerja

Kasta pekerja merupakan anggota yang sangat penting dalam koloni rayap, karena 80 - 90 % populasi dalam koloni merupakan kasta pekerja (Nandika, D et al, 2003). Kasta ini berwama pucat dengan kutikula hanya sedikit mengalami penebalan sehingga tampak menyerupai nimfa.

Walaupun kasta pekerja tidak terlibat dalam proses perkembangbiakan koloni dan pertahanan, namun hampir semua tugas koloni dikerjakan oleh kasta ini. Kasta pekerja bekerja terus tanpa henti, memelihara telur dan rayap muda, serta memindahkannya pada saat ternacam ke tempat yang lebih aman. Kasta pekerja bertugas memberi makan dan memelihara ratu dan mencari sumber makanan. Kasta pekerja juga membuat serambi sarang dan liang – liang kembara, merawatnya, merancang bentuk sarang dan membangun termitarium. Kasta pekerja pula yang memperbaiki sarang bila terjadi kerusakan. Rayap inilah yang sering menghancurkan tanaman, kayu, mebel, dan bahan berselulosa lainnya. Bahkan terkadang mereka memakan rayap lain yang lemah sehingga hanya individu – individu yang kuat saja yang dipertahankan.

Kasta Reproduktif

Kasta reproduktif terdiri dari individu seksual betina (ratu) yang bertugas untuk bertelur dan jantan (raja) yang bertugas membuahi betina. Kasta ini dibedakan menjadi kasta reproduktif primer dan kasta reproduktif suplementer atau neoten. Kasta reproduktif primer adalah serangga dewasa yang bersayap dan merupakan pendiri koloni. Kasta reproduktif suplementer muncul segera setelah kasta reproduktif primer mati atau hilang karena fragmentasi koloni

(Nandika, 2003).

Koloni akan membentuk ratu atau raja baru dari individu lain (biasanya dari kasta pekerja) tetapi ukuran abdomen ratu baru tak akan sangat membesar seperti ratu asli. Ratu dan raja baru ini disebut reproduktif suplementer atau neoten. Jadi, dengan membunuh ratu atau raja kita tak perlu sesumbar bahwa koloni rayap akan punah. Bahkan dengan matinya ratu, diduga dapat terbentuk berpuluh-puluh neoten yang menggantikan tugasnya untuk bertelur. Dengan adanya banyak neoten maka jika terjadi bencana yang mengakibatkan sarang rayap terpecah-pecah, maka setiap pecahan sarang dapat membentuk koloni baru. Borror et al (1996) menambahkan apabila terjadi bahwa raja dan ratu mati atau bagian dari koloni dipisahkan dari koloni induk, kasta reproduktif tambahan terbentuk di dalam sarang dan mengambil alih fungsi raja dan ratu.

Berdasarkan simbiosisnya dengan mikroorganisme rayap terbagi atas dua kelompok yaitu, rayap tingkat tinggi yang bersimbiosis dengan bakteri dan rayap tingkat rendah yang bersimbiosis dengan bakteri dan protozoa. Rayap tingkat tinggi mempunyai sistem pencernaan yang lebih berkembang dibandingkan rayap tingkat rendah karena menghasilkan enzim selulase selama proses pencernaan

selulosa dalam usus belakangnya. Ada beberapa hipotesis tentang peranan bakteri yang terdapat pada usus belakang rayap tingkat tinggi yaitu melindungi rayap dari bakteri asing, asetogenesis, fiksasi nitrogen, methanogenesis dan metabolisme pyruvat. Meskipun bakteri tidak melibatkan diri secara langsung dalam proses pencernaan rayap namun bakteri ini akan disebarkan oleh rayap pekerja kepada nimfa-nimfa baru (Nandika, 2003).

Perilaku rayap yang sekali-kali mengadakan hubungan dalam bentuk menjilat, mencium dan menggosokkan anggota tubuhnya dengan lainnya (perilaku trofalaksis) merupakan cara rayap menyampaikan bakteri dan protozoa berflagellata bagi individu yang baru saja ganti kulit (ekdisis) untuk menginjeksi kembali invidu rayap tersebut. Di samping itu, juga merupakan cara menyalurkan makanan ke anggota koloni lainnya (Nandika, 1991).

Sama seperti pada rayap tingkat tinggi, bakteri yang terdapat dalam usus belakang rayap tingkat rendah juga mempunyai peranan dalam proses pencernaan makanan, meskipun bakteri ini tidak berperan utama dalam proses dekomposisisi selulosa. Protozoa yang terdapat pada usus belakang rayap tingkat rendah merupakan protoza flagellata.Lebih dari 400 spesies protozoa flagellata telah diidentifikasi dalam usus belakang rayap tingkat rendah (Nandika, 1991).

Biomassa mikroba ini meliputi sekitar sepertujuh sampai dengan sepertiga berat rayap. Protozoa ini mempunyai peranan penting dalam metabolisme selulosa dan berfungsi menguraikan selulosa dalam proses percernaan makanannnya menghasilkan asetat sebagai sumber energi bagi rayap. Hasil penelitian Belitz and Waller (1998) menunjukkan bahwa defaunasi protozoa dalam usus belakang rayap dengan menggunakan oksigen murni menyebabkan kematian rayap sekitar dua

sampai tiga minggu walaupun diberi kertas saring yang mengandung selulosa. Namun rayap ini akan hidup lebih lama dengan makanan yang sama dengan adanya kehadiran protozoa dalam usus belakangnya. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan rayap sangat tergantung pada mikroba simbiosisnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa proses penguraian selulosa dalam usus belakang rayap berlangsung dalam keadaan anaerobik.

Cara Penyerangan

Untuk mencapai sasarannya, rayap tanah dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa centimeter, menghancurkan plastic, kabel dan penghalang fisik lainnya. Apapun bentuk konstruksi bangunan gedung, rayap dapat menembus lubang terbuka atau celah sekecil satu per enam puluh empat inci. Baik celah pada

slab, disekitar celah kayu atau pipa ledeng, celah antara pondasi dan tembok,

maupun pada kuda – kuda atap (Nandika, 2003).

Rayap juga dapat membuat lubang diatas pondasi, terus keatas sehingga mencapai kuda – kuda dan diseluruh permukaan tembok. Dengan demikian rayap mampu menyerang bangunan dengan berbagai cara antara lain :

1. Menyerang melalui kayu yang berhubungan langsung dengan tanah 2. Masuk melalui retakan – retakan atau rongga pada dinding dan pondasi 3. Dengan cara membuat liang – liang kembara diatas permukaan kayu

beton, pipa dan lain – lain.

4. Menembus obyek – obyek penghalang seperti plastic, logam tipis, dan lain – lain walaupun penghalang tersebut bukan objek makanannya.

Sekali rayap mampu mencapai sasarannya maka rayap akan memperluas serangannya sampai bagian – bagian yang tinggi dengan membuat sarang antara

didalam bangunan yang jauh dari tanah dan memanfaatkan sumber – sumber kelembaban yang tersedia dalam bangunan tersebut. Kondisi ini berlaku pada rayap tanah Coptotermes curvignathus yang hidupnya mutlak tergantung dari adanya air dan tanah sebagai kebutuhan penting untuk kehidupan rayap (Nandika 2003).

Rayap yang memiliki cara penyerangan yang berbeda dengan rayap tanah adalah rayap kayu kering. Serangga ini memiliki kemampuan hidup pada kayu – kayu kering didalam bangunan gedung; tidak membangun sarang atau liang – liang kembara diatas permukaan kayu tetapi membangun liang – liang kembara atau sarangnya hanya didalam kayu.

Rayap kayu kering dapat mencapai sasarannya melalui dua cara :

1. Laron yang bersialang menemukan obyek sasaran dan mampu berkembang karena obyek tidak tertutup (misalnya cat pelindung yang tidak toksik, kayu tidak awet atau diawetkan dan lain – lain

2. Obyek sasaran terserang oleh rayap yang berasal dari obyek lain yang telah diserang dan letaknya berdekatan.

Nandika (2003) mengungkapkan bahwa serangan rayap kayu kering umumnya tidak terbatas pada kayu struktur bangunan tetapi juga seringkali menyerang barang – barang mebeler (meja, kursi, dipan, kitchen set, dan lain – lain), kusen, jendela dan pintu, tetapi tidak menyerang barang berlignoselulosa lainnya seperti kertas atau buku, kain, karpet dan lain – lain.

Kerugian Serangan Rayap di Indonesia

Sejak tahun 1982, kasus serangan rayap pada bangunan gedung di Indonesia telah mulai banyak dilaporkan.Pada saat ini perhatian terhadap ancaman

rayap pada bangunan gedung di Indonesia terasa meningkat dengan sangat mengesankan. Hal ini dapat dimengerti mengingat beberapa jenis rayap telah seringkali menunjukkan daya serang yang luar biasa terhadap perumahan, kantor dan bangunan gedung lain sehingga mengakibatkan kerugian yang cukup besar (Nandika, 2003).

Laporan tentang masalah tersebut telah dikumpulkan hampir dari seluruh daerah (propinsi) di Indonesia. Bahkan Direktorat Tata Bangunan, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum pada pertengahan tahun 1983 menyatakan bahwa kerugian akibat serangan rayap pada bangunan gedung pemerintahan saja diperkirakan mencapai seratus milyar rupiah setiap tahun. Jumlah tersebut jelas belum meliputi kerugian pada bangunan gedung (perumahan) milik masyarakat.

Kerugian material akibat serangan rayap tanah pada tahun 1995 hampir mendekati angka 1,67 trilyun (Nandika et al., 2003). Fenomena ini menstigmakan rayap sebagai musuh utama manusia dalam memperoleh produk-produk berselulosa. Berdasarkan fenomena ini Sukartana et al.(2002) menyatakan bahwa parameter kualitas keawetan kayu adalah kemampuannya dalam menghadapi penghancuran oleh rayap.

Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Serangan Rayap

Pengendalian rayap pada bangunan gedung di Indonesia mulai berkembang pesat pada awal tahun 1980-an dan terus mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya kasus serangan rayap di beberapa tempat dan meningkatnya pengetahuan serta kesadaran akan bahaya serangan rayap itu sendiri. Pengendalian serangan rayap pada bangunan meliputi upaya pencegahan

serangan rayap dan pemberantasan atau menyembuhkan bangunan yang terserang rayap. Tindakan pengendalian yang paling baik adalah melakukan pencegahan serangan rayap sebelum konstruksi dibangun karena disamping secara ekonomis lebih murah, tindakan ini jauh lebih mudah dilakukan (Nandika, 2003).

Pada prinsipnya proses pengendalian rayap pada bangunan gedung dan rumah adalah dengan perlakuan tanah (soil treatment) dan menggunakan kayu dengan keawetan tinggi atau kayu yang telah diawetkan (wood treatment). Ada dua metode perlakuan tayap yang ditentukan menurut saat aplikasi dilakukan yaitu metode pra perlakuan/pra konstruksi (pre-treatment) yang mengacu pada SNI-03-2404-1991 dan pasca perlakuan/pasca konstruksi (post-treatment) yang mengacu pada SNI-03-2405-1991 (Nandika, 1996).

Pra Konstruksi

Perlakuan pengendalian dan pencegahan terhadap serangan rayap yang dilakukan pada bangunan, mulai sejak saat selesainya penggalian parit pondasi sampai saat siapnya lantai bangunan sebelum pemasangan lantai yang meliputi :

1. Penyemprotan larutan anti rayap yang telah disiapkan pada seluruh bidang galian dengan dosis penggunaan kurang lebihnya 5 liter larutan anti rayap permeter persegi permukaan.

2. Setelah Pondasi bangunan dibangun dan tersusun rapi, dilakukan penyemprotan pada tanah urugan/urukan (back fill) dengan dosis penggunaan 2,5 liter larutan anti rayap permeter panjang pondasi dan seluruh permukaan tanah untuk pemasangan lantai.

3. Perlakuan juga diberikan pada permukaan lantai sebelum pemasangan lantai kerja (ubin, keramik, marmer), juga seluruh keliling bangunan setelah konstruksi bangunan selesai seluruhnya.

4. Perlakuan terhadap seluruh kayu bangunan misalkan , seperti kuda-kuda, kaso, reng, rangka plafon, kusen pintu, jendela serta lainnya.

Pasca Konstruksi

Perlakuan pengendalian dan pencegahan serangan hama rayap yang dilakukan pada bangunan yang sudah berdiri dengan cara aplikasi pengeboran dan penyuntikan (driling dan injecting)

1. Pembuatan lubang injeksi dengan pengeboran dibagian kiri kanan pondasi ( garis dinding ) dengan diameter 6-10 mm pada jarak 15 cm dari dinding dengan jarak antar lubang 30-40 cm sampai kedalaman 20-30 cm ( hingga menembus bagian tanah ).

2. Lalu dilakukan penyuntikan ( injeksi ) larutan anti rayap dengan dosis kurang lebih 1,5 liter perlubang injeksi.

3. Setelah penyuntikan selesai kemudian lubang injeksi ditutup kembali sesuai dengan warna semula.

4. Pada taman dilakukan penyuntikan di sekeliling dinding pagar dan penyuntikan pada sekeliling pohon dan permukaan taman dengan jarak 1 meter serta penyemprotan pada seluruh permukaan taman secara merata. 5. Pada Taman dilakukan penyuntikan di sekeliling dinding pagar dan

penyuntikan (Hadioetomo, 1983).

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bangunan sekolah merupakan salah satu sarana bagi terlaksananya proses pendidikan. Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai akan memberikan peluang yang lebih besar bagi terlaksananya sebuah proses pendidikan yang lebih berkualitas yang kemudian berpotensi melahirkan generasi yang cerdas dan kreatif. Bangunan sekolah dasar di Indonesia yang dalam kondisi baik sekitar 54%-56% sedangkan bangunan yang mengalami kerusakan berat selama tahun 2003 -2004 mencapai 883.750 ruang kelas atau 22,9%. Oleh karena itu,dipandang perlu melakukan penelitian mengenai faktor perusak biologis yang menyerang bangunan sekolah dasar dan perkiraan kerugian ekonomis yang diakibatkannya (Sulaiman, 2005).

Salah satu faktor terciptanya lingkungan sekolah yang kondusif yaitu keadaan bangunan yang bersih dan terpelihara dari serangan perusak kayu. Bangunan yang tahan terhadap kerusakan bergantung pada komponen bangunan yang menyusunnya. Pada umumnya bahan bangunan sekolah dasar yang digunakan adalah jenis kayu yang memiliki keawetan rendah yaitu kelas awet III dan IV, sehingga mudah di serang oleh organisme perusak kayu, antara lain :rayap, bubuk/kumbang, jamur dan sebagainya. Sedangkan kayu yang memiliki keawetan yang tinggi harganya relatif mahal dan ketersediaannya semakin langka (Jambak, 1990).

Kota Pekanbaru merupakan ibukota provinsi Riau dengan luas 632,26 km 2 . Secara geografis Kota Pekanbaru terletak antara 101’14’-101’34’ bujur Timur dan 0’25’ -0’45 Lintang Utara. Dengan ketinggian permukaan laut

berkisar 5-50 meter. Kota Pekanbaru mempunyai iklim tropis dengan suhu udara maksimum berkisar antara 31,0oC-33,4oC dengan suhu udara minimum berkisar antara 23,4oC-24oC. Curah hujan antara 73,9-584,1 mm/tahun. Kelembaban maksimum berkisar antara 85,5%-93,2% dan kelembaban maksimum berkisar antara 57,0%-67,7%. Kota Pekanbaru dibelah oleh Sungai Siak yang mengalir dari barat ke timur, memiliki beberapa anak sungai antara lain : Sungai Umban Sari, Air Hitam, Sibam, Setukul, Pengambang, Ukai, Sago, Senapelan, Mintan dan Tampan. Sungai Siak juga merupakan jalur perhubungan lalu lintas perekonomian rakyat pedalaman ke kota serta dari daerah lainnya.Luas sunagi siak sekitar sekitar ± 14.239 km2 dengan luas DAS 11.026 km2 (Bappeda

Dokumen terkait