• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Usaha Ayam Kampung

Analisa usaha dilakukan untuk mengukur atau menghitung apakah usaha tersebut menguntungkan atau merugikan. Analisa usaha memberikan gambaran kepada peternak untuk melakukan perencanaan usaha. Dalam analisis usaha diperlukan beberapa asumsi dasar. Asumsi dasar dapat berubah sesuai dengan perkembangan waktu (Supriyadi, 2009).

Untuk meningkatkan populasi, produksi, produktivitas, dan efisiensi usaha dalam ayam kampung, sistem pemeliharaannya harus ditingkatkan dari tradisional ke arah yang lebih intensif dengan menerapkan teknologi. Budidaya ayam kampung secara lebih intensif diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan perekonomian masyarakat, karena dengan penerapan teknologi akan meningkatkan produktivitas ayam kampung dan pendapatan petani. Menurut Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 948/Kpts/OT.210/10/97, usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan dan atau budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat yang diselenggarakan secara teratur dan terus-menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk menghasilkan ternak bibit/ternak potong, telur, susu serta menggemukan suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkan. Modal dalam usahatani yang didalamnya termasuk usaha peternakan ayam petelur dapat diklasifikasikan sebagai bentuk kekayaan, baik berupa uang maupun barang yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu baik secara langsung maupun tidak

6

Untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan ayam kampung pedaging maka diperlukan analisis biaya dan penerimaan pada akhir masa produksi. Dengan demikian akan diketahui modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya untuk bibit, ransum, kandang, dan lamanya modal kembali dan keuntungan yang diperoleh (Cahyono, 1998).

Keberhasilan pada suatu usaha peternakan ayam tidak cukup hanya dengan tercapainya tingkat produksi tapi juga perlu memperhatikan tingkat pembiayaan produksinya (ekonomis). Tingkat produksi yang tinggi harus dicapai dengan tingkat pembiayaan yang seminimal mungkin sehingga dicapai tingkat efisiensi yang tinggi. Dengan demikian, akan diperoleh tingkat keuntungan yang tinggi (Suprijatna, 2005).

Pakan merupakan faktor yang cukup menentukan dalam suatu usaha peternakan ayam. Hal ini bisa dilihat dari besarnya komponen biaya yang harus dikeluarkan untuk sektor ini, yaitu 60 - 70% dari total biaya produksi. Oleh karena itu, penggunaan makanan haruslah dilakukan seefisien mungkin, tanpa mengabaikan kebutuhan ayam. Salah satunya adalah melalui pemberian makanan dalam imbalan yang tepat.

Kondisi yang akan terkait dengan masalah utama dalam pengembangan ayam kampung adalah rendahnya produktivitas. Salah satu faktor penyebabnya adalah sistem pemeliharaan yang masih bersifat tradisional, jumlah pakan yang diberikan belum mencukupi dan pemberian pakan yang belum mengacu kepada kaidah ilmu nutrisi terutama sekali pemberian pakan yang belum memperhitungkan kebutuhan zat-zat makanan untuk berbagai tingkat produksi (Gunawan, 2002).

7

Ayam kampung memiliki arti penting bagi pembangunan peternakan di Indonesia. Ayam kampung merupakan bahan pangan sumber protein hewani guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan sebagai ternak yang dapat dijadikan usaha sambilan bagi mayarakat, terutama yang tinggal di pedesaan (Suprijatna, 2005).

Karena harganya yang mahal maka ayam kampung dan telurnya dikonsumsi secara terbatas oleh beberapa kalangan. Di zaman modern, orang lebih banyak mengkomsumsi daging ayam potong dan telur ayam petelur .Karena kondisi seperti itu maka kita sangat layak untuk mengembangbiakkan ayam kampung secara lebih baik dan intensif. Hal ini layak untuk dilakukan karena daging ayam kampung jauh lebih enak, gurih, lezat dan lebih dibandingkan ayam jenis lainnya khususnya ayam potong (Suhaeni, 2007).

Populasi ayam kampung dan selera konsumen terhadap ayam kampung sangat tinggi. Hal ini terlihat dari pertumbuhan populasi dan permintaan ayam kampung yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 2001 – 2005 terjadi peningkatan sebanyak 4,5 % dan pada tahun tahun 2005 – 2009 konsumsi ayam kampung dari 1,49 juta ton meningkat menjadi 1,52 juta ton (Aman, 2011).

Total Biaya Produksi

Adanya perencanaan biaya produksi maka anggaran biaya produksi diketahui. Pengontrolan terhadap perkembangan usaha untuk mencapai peningkatan produktivitas dapat dilakukan. Untuk tercapainya tujuan tersebut maka perlu dilakukan suatu sistem pelaporan yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai alat pengawasan dan pengambilan keputusan.

8

pembiayaan dan pelaksanaan. Produksi biaya terbagi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap.

Biaya produksi menurut Harih (2010), adalah semua pengeluaran perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang-barang produksi oleh perusahaan tersebut.

Biaya produksi dibagi atas biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau sedangkan biaya variabel adalah biaya yang secara total berubah sesuai dengan perubahan volume produksi (Kasmir,2008).

Biaya produksi tidak dapat dipisahkan dari proses produksi karena biaya produksi merupakan masukan atau input dikalikan dengan harga. Maka dapat dikatakan bahwa biaya produksi adalah semua pengeluaran atau semua beban yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu jenis barang atau jasa yang siap untuk dipakai konsumen (Nuraini, 2003).

Biaya produksi adalah semua pengeluaran perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang - barang produksi oleh penelitian. Biaya produksi yang digunakan meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap yang dikeluarkan, biaya penyusutan, biaya sewa tanah dan bunga modal. Biaya tidak tetap antara lain biaya pembelian pakan,

biaya pembelian obat-obatan dan biaya pembayaran listrik dan telepon (Budiono, 1990).

9

Biaya Bibit

Biaya bibit adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit. Harga biaya bibit diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah bibit dengan harga per ekor DOC. Harga bibit ayam kampung (DOC) mencapai Rp.7.000. Pemilihan bibit ayam yang dipelihara sangat penting untuk diperhatikan, karena menentukan keberhasilan dalam beternak. DOC (Day old chick) yang baik mempunyai sifat yang lincah, tidak mempunyai cacat tubuh dan tidak menunjukkan adanya penyakit - penyakit tertentu (Sentral-ternak, 2013).

Biaya Pakan

Biaya pakan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli pakan yang diperoleh dari hasil perkalian antara pakan yang dikonsumsi dengan harga pakan perkilogramnya. Efisiensi penggunaan pakan diharapkan mampu mengurangi dampak dari kenaikan harga pakan yang seringkali berfluktuasi dan sangat mempengaruhi tingkat pendapatan peternak. Biaya yang dikeluarkan untuk

pembelian pakan ayam kampung yang berjumlah 100 ekor ialah sebesar Rp. 21791,25, dimana biaya ini terdiri dari pakan komersial dan pakan olahan.

Harga pakan yang cenderung naik dan berfluktuasi dipengaruhi oleh kondisi tingkat harga bahan baku pembuatan pakan (Luthfan et al., 2011).

Biaya Obat-obatan

Biaya obat-obatan adalah biaya yang diperoleh dari harga obat-obatan yang diberikan pada ternak yang terserang penyakit. Pengobatan pada ternak diharapkan dapat mengurangi resiko kematian, menghambat penyebaran penyakit ke lingkungan semakin luas, baik ke manusia maupun ternak lainnya. Menurut

10

Luthfan et al., (2011) biaya yang dikeluarkan untuk membeli vitamin dan vaksin untuk ayam kampung sebesar Rp. 83.200/bulan.

Biaya Sewa Kandang dan Peralatan Kandang

Biaya sewa kandang adalah biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan kandang yang diperhitungkan berdasarkan nilai sewa kandang. Kandang berfungsiuntuk melindungi ternak dari hujan dan mengurangi stimulasi yang dapat menyebabkan ternak stres. Biaya peralatan kandang adalah biaya yangdigunakan untuk membeli perlengkapan kandang selama pemeliharaan ternak. Biaya perlengkapan kandang sebesar Rp. 328.120,00- untuk 100 ekor ayam kampung meliputi kandang, tempat minum dan tempat pakan. Menurut Santoso (2009) Peralatan kandang lainnya antara lain meliputi, instalasi listrik, instalasi air minum, alas kandang, pemanas ruangan, tirai kandang.

Biaya Tenaga Kerja

Biaya atau upah tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk memelihara beberapa ternak. Setiap proses produksi diperlukan

tenaga kerja yang cukup memadai. Berdasarkan UMRP SUMUT 2015 (Upah Minimum Regional Provinsi Sumatera Utara) saat ini sebesar Rp. 1.851.000/bulan. Menurut Direktorat Bina Usaha Petani Ternak dan

Pengolahan Hasil Peternakan (1985) bahwa 1 orang tenaga kerja dapat memelihara 1088 ekor ayam, sehingga biaya tenaga kerja pemeliharaan 1 ekor ayam/bulan adalah sebesar Rp. 1.851.000/1088 ekor ayam = Rp. 1.701.-/ekor/bulan. Menurut Rasyaf (1992) jumlah tenaga kerja yang

11

sehingga jumlahnya optimal. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan ini memang masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja.

Total Hasil Produksi(Pendapatan)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan adalah volume penjualan produk dan harga jual. Pada umumnya, tujuan utama yang ingin dicapai suatu perusahaan yaitu untuk memperoleh pendapatan. Volume penjualan merupakan faktor yang sangat penting mempengaruhi besar kecilnya pendapatan yang akan didapatkan oleh peternak atas usahanya dalam melakukan pemeliharaan ayam kampung. Sehingga untuk mendapatkan keuntungan penjualan yang besar, peternak harus menjaga agar kematian ternaknya sekecil mungkin. Kemudian untuk harga jual produk merupakan nilai yangberupa uang untuk menghargai setiap produk yang dihasilkan dari usaha, seperti usaha ternak ayam pedaging yang produknya berupa ayam hidup yang dihargai dengan sejumlah uang setiap kilogramnya (Jatmiko,2006).

Setelah perencanaan produksi pembiayaan disusun maka selanjutnya perlu diakukan perencanaan hasil usaha.Perencanaan hasil usaha dihitung berdasarkan hasil penjualan produk, biaya pemasaran dan biaya produksi (Suprijatna, 2005).

Pendapatan usaha merupakan seluruh penerimaan yang diperoleh oleh suatu usaha peternakan, baik yang berupa hasil pokok (misal: penjualan ternak, baik itu hidup atau karkas) maupun hasil samping (misal: penjualan feses dan urin) (Rasyaf, 1995).

12

Hasil Penjualan Ayam Kampung

Menurut Kotler (1994) harga jual ditetapkan oleh pembeli dan penjual dalam suatu proses tawar menawar, penjual akan meminta harga jual yang lebih tinggi dari yang diharapkan diterimanya, sedangkan pembeli akan menawarkan lebih rendah dari yang diharapkan akan dibayarnya. Dengan tawar-menawar mereka akan sampai pada suatu kesepakatan tentang harga yang disetujui.

Harga jual ayam kampung lebih mahal dari pada harga daging ayam ras.Harga ayam kampung pedaging bisa mencapai Rp. 40.000-Rp. 45.000/kg di pasar. Sementara itu, harga jual ayam ras pedaging hanya berkisar belasan ribu saja (Sentral-ternak, 2013).

Hasil Penjualan Kotoran Ayam Kampung

Penjualan kotoran ayam kampung diperoleh dari harga jual kotoran ayam kampung per kilogramnya. Harga pupuk yang berasal dari kotoran ayam di pasaran mencapai Rp. 450/kg, dalam keadaan basah harga kotoran ayam adalah Rp. 300/kg (Sentral-ternak, 2013).

Analisa Ratio Keuangan Analisis Laba Rugi

Laba merupakan ukuran yang membedakan antara apa yang perusahaan masukkan untuk membuat dan menjual produk dengan apa yang diterimanya. Perhitungan laba jelas untuk keputusan manajemen. Bila laba konsisten positif, perusahaan dapat tetap berada dalam bisnis tersebut, tetapi jika perusahaan mengalami penurunan produksi pengusaha dapat mencari produk yang lain akan diolah yang dapat mendatangkan keuntungan (Hansen dan Mowen, 2005)

13

Keuntungan (laba) suatu usaha secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

K = TR – TC Dimana :

K = keuntungan

Total Revenue = total penerimaan kembali Total Cost = total pengeluaran

Total pengeluaran seperti biaya pakan, biaya bibit, biaya obat – obatan, biaya transportasi, biaya sewa kandang, biaya upah pekerja dan biaya transportasi. Laporan laba rugi menggambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh pada suatu periodeke periode berikutnya. Kemudian juga akan tergambar jenis – jenis biaya yang akan dikeluarkan berikut jumlahnya dalam periode yang sama (Kasmir, 2008).

Analisis R/C Ratio (revenue cost ratio)

Menurut Kadariah (1997), Untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan bagi besarnya pengeluaran, dimana bila :

R/C Ratio > : Efisien R/C Ratio = 1 : Impas R/C ratio < 1 : Tidak Efisien

MenurutCahyono (2002), pendapatan dan keuntungan usahatani yang besar tidak selalu mencerminkan tingkat efisiensi usaha yang tinggi. Guna mengetahui efisiensi usahatani dapat digunakan analisis R/C ratio. R/C ratio

14

merupakan singkatan dari return cost ratio, atau dikenal dengan perbandingan antara penerimaan dan biaya.

Income Over Feed Cost (IOFC)

Income OverFeedCost (IOFC )ini merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya ransum yang merupakan biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak. Income Over Feed Cost (IOFC) diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dengan biaya pakan. Pendapatan merupakan perkalian antara hasil produksi peternakan berupa daging dan harga jual. Jumlah ransum yang dihabiskan dikali dengan harga selama masa pembesaran hingga saat dijual. Nilai yang diperoleh dibandingkan antara pendapatan dengan biaya ransum tersebut (Siregar,2002).

Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih total pendapatan dengan biaya pakan yang digunakan selama usaha pemeliharaan ternak (Prawirokusumo, 1990).

Kebutuhan Nutrisi Ayam Kampung

Pertumbuhan pada ternak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Pada faktor lingkungan yang paling mempengaruhi adalah pakan. Hafez dan Dryer (2000) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah hereditas, pakan dan kondisi lingkungan. Penurunan bobot badan akan terjadi pada ternak pada fase pertumbuhan bila diberikan pakan dengan kandungan nutrisi yang rendah. Sutardi (1997) menyatakan bahwa ternak ayam kampung akan dapat tumbuh secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya bila mendapat zat zat makanan yang sesuai dengan kebutuhannya.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ayam kampung yang memiliki kelebihan seperti daya tahan tubuhnya tinggi dan cepat beradaptasi terhadap lingkungan. Ditinjau dari segi permodalan, memelihara ayam kampung relatif lebih murah dan tidak serumit pengelolaan ternak ayam ras. Harga daging ayam kampung dipasaran tidak tergantung pada jenisnya. Melainkan pada berat badannya. Hal ini dapat mendorong banyak peternak melakukan usaha peternakan ayam kampung. Untuk meningkatkan produksi daging yang tinggi sangat diperlukan pemberian ransum yang baik juga, salah satunya yaitu tepung biji durian.

Kesulitan dalam memenuhi permintaan akan produk dari ayam kampung disebabkan oleh produktivitas dari ayam kampung yang masih rendah dibandingkan dengan ayam ras. Rendahnya produktivitas dari ayam kampung ini disebabkan karena kebanyakan dari petani dalam mengusahakan ayam kampung masih secara tradisional. Sifat genetik ayam kampung merupakan tipe ayam yang kecil dengan pertumbuhan yang lambat dan daya alih (konversi) makanan menjadi produk protein esensial yang juga rendah. Semua kekurangan tersebut tentu perlu diatasi agar diperoleh hasil yang memuaskan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki kualitas pakan yang diberikan kepada ayam kampung.

Produksi durian di Indonesia cukup melimpah. Data Biro Pusat Statistik (2004) menunjukkan bahwa produksi durian meningkat setiap tahun. Seiring dengan meningkatnya luas daerah panen durian yaitu dari 24.031 ha pada tahun 1999 menjadi 53.770 ha pada tahun 2003, maka terjadi peningkatan produksi

2

durian di Indonesia sebesar 194.359 ton pada tahun 2002. Pada tahun 2010 produksi durian sebanyak 491.179 ton. Pada tahun 2013 produksi durian sebesar 759,054 ton. Untuk daerah sumatera utara jumlah produksi durian pada tahun 2015 sebesar 202.580 ton. Durian tersebut berasal dari berbagai daerah yaitu dairi, sidikalang, tanah jawa, tiga lingga, sibolga. Untuk 3 buah durian berukuran besar memiliki rataan berat sebesar 3,5 kg. Terdiri dari kulit durian 2 kg, biji duriannya 1 kg, dan dagingnya sebesar 500 gr. Untuk 3 buah durian berukuran sedang memiliki rataan berat sebesar 2 kg. Terdiri dari kulit durian 1 kg, biji durian sebesar 700 gr dan daging duriannya sebesar 300 gr. Untuk 3 buah durian berukuran kecil memiliki berat sebesar 1 kg. Terdiri dari kulit durian sebesar 500 gr, biji durian sebesar 300 gr dan daging durian sebesar 200 gr. Untuk durian berukuran besar yang memiliki biji durian dengan rataan berat sebesar 1 kg dapat menghasilkan 500 gr tepung biji durian. Hal ini terjadi karena adanya penyusutan berat disebabkan oleh proses penjemuran, mencoper dan menggrinder sehingga menyebabkan penyusutan hingga 50 %. Dari data tersebut kita ketahui bahwa produksi durian terus meningkat, hal tersebut sangat memberikan potensi untuk memanfaatkan limbah durian untuk diolah menjadi pakan ternak. Data biro pusat statistik (BPS) menunjukkan bahwa produksi ayam kampung di sumatera utara pada tahun 2014 mencapai 19.539 ekor. Beternak ayam kampung dapat menjadi salah satu peluang yang berpotensial untuk dijadikan salah satu usaha karena permintaan ayam kampung tiap tahun semakin meningkat.

Analisa usaha dalam suatu peternakan ayam kampung merupakan hal yang penting bagi suatu peternakan untuk mengetahui prospek kedepannya, Untuk mengetahui peternakan tersebut menguntungkan, layak atau tidak untuk

3

dijalankan. Dengan analisis usaha dapat memberikan informasi tentang modal yang diperlukan biaya untuk bibit, ransum, kandang, peralatan kandang, dan lamanya modal kembali dengan tingkat keuntungan yang diperoleh.

Pemanfaatan tepung biji durian sebagi salah satu bahan penyusun ransum ternak unggas dapat dilakukan disebabkan limbah tersebut mempunyai kandungan zat – zat makanan yang cukup tinggi terutama kandungan karbohidratnya. Kandungan karbohidrat limbah yang tinggi merupakan potensi yang perlu dimanfaatkan. Disamping itu biji durian juga mengandung protein dan lemak. Biji durian mengandung 51,1 % air, 46,2 % karbohidrat, 2,5 % protein dan 0,2 %. Kadar karbohidrat biji durian lebih tinggi dibandingkan singkong (karbohidrat 34,7 %), ataupun ubi jalar (karbohidrat 27,9 %). Kandungan karbohidrat yang tinggi ini memungkinkan dimanfaatkannya biji durian sebagai bahan pakan ternak.

Rumusan Masalah

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ayam kampung yaitu biaya produksi. Biaya produksi diantaranya terdapat harga pakan, harga bibit, biaya obat – obatan, sewa kandang dan biaya peralatan kandang, dan biaya transportasi. Namun yang paling membutuhkan biaya besar yaitu biaya pakan. Salah satu upaya alternatif untuk mengurangi biaya produksi ransum dalam pemeliharaan yaitu dengan memanfaatkan tepung biji durian.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kelayakan pemanfaatan pemberian biji durian yang dalam pakan dengan berbagai level pada ayam kampung umur 0 – 12 minggu dan

4

mengetahui efisiensi nilai ekonomis dan IOFC usaha pemeliharaan ternak ayam kampung.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti atau masyarakat peternak ayam kampung dalam pengembangan usaha peternakan mengenai pemanfaatan tepung biji durian dalam pakan dengan berbagai level terhadap ayam kampung umur 0 – 12 minggudalam ransum ayam kampung ditinjau dari sudut analisis usaha

ABSTRAK

WINA A SEMBIRING, 2015,“Analisis Usaha Ayam Kampung Yang Menggunakan Tepung Biji Durian Pada Ransum Di Kota Medan”. Dibimbing oleh ARMYN HAKIM DAULAY dan R. EDHY MIRWANDHONO.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan dan efisiensi nilai ekonomis usaha pemeliharaan ternak ayam kampung dengan pemanfaatan tepung biji durian dalam pakan dengan berbagai level pada ayam kampung umur 0 – 12 minggu.Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Mei 2015 sampai Juli 2015.Penelitian ini menggunakan metode survey untuk menentukan harga pakan yang digunakan dalam penelitian.Perlakuan tepung biji durian terdiri dari level 0% (P0), 10(P1), 20% (P2), 30%(P3). Parameter yang diamati yaitu total biaya produksi, total hasil produksi, analisis laba/rugi, Revenue/Cost ratio (R/C ratio) dan Income Over Feed Cost (IOFC) untuk periode 3 bulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan analisis laba/rugi (Rp/ekor/minggu) tertinggi pada perlakuan P3 (279.468,89) dan laba/rugi terendah pada perlakuan P0 (234.395,64), rataan R/C ratio tertinggi pada perlakuan P3 (1,44) dan terendah pada perlakuan P0 (1,34), rataan IOFC (Rp/ekor/minggu) tertinggi pada perlakuan P3 (11,70) dan terendah pada perlakuan P1 (9,94). Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa tepung biji durian sebagai campuran bahan pakan dalam ransum sampai level 30% dapat memberikan keuntungan.

ABSTRACT

WINA A SEMBIRING, 2015, "The Native Chicken Business Analysis Using Seed Flour Durian On Rations In Medan". Guided by ARMYN HAKIM DAULAYand EDHY MIRWANDHONO.

This study aims to determine the feasibility and efficiency of the economic value of the business of raising livestock chicken with durian seed flour utilization in feed at various levels in chicken age 0-12 minggu.Penelitian was conducted at the Laboratory of Animal Biology of the Faculty of Agriculture, University of North Sumatra in May 2015 until July this 2015.Penelitian using a survey method to determine the price of feed used in penelitian.Perlakuan durian seed flour consists of level 0% (P0), 10 (P1), 20% (P2), 30% (P3). Parameters observed that the total cost of production, total production, analysis of profit / loss, Revenue / Cost ratio (R / C ratio) and Income Over Feed Cost (IOFC) for a period of 3 months.

The results showed that the average analysis of profit / loss (USD / head / week), the highest in treatment P3 (279.468,89) and the profit / loss of the lowest in treatment P0 (234.395,64), the average R / C ratio was the highest in treatment P3 (1,44) and the lowest in treatment P0 (1,34), the average IOFC (USD / head / week), the highest in treatment P3 (11,70) and the lowest in treatment P1 (9,94). The conclusion from this study indicate that the durian seed flour as a mixture of feed ingredients in the ration to the level of 30% can provide advantages.

ANALISIS USAHA PEMANFAATAN TEPUNG BIJI DURIAN

Dokumen terkait