A. Landasan Teori
1. Reksadana Syariah
Menurut Manurung (2008:1), dalam kamus keuangan Reksa Dana didefinisikan sebagai portofolio aset keuangan yang terdiversifikasi, dicatatkan sebagai perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual saham kepada masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga nilai aktiva bersihnya.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.
Definisi manajer investasi menurut Undang-Undang tentang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 adalah pihak yang kegiatannya mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sementara itu, Reksadana didefinisikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.
16
Dilihat dari segi perdagangan efek, reksadana adalah suatu produk yang diperdagangkan, sedangkan manajer investasi sebagai pengelola produk tersebut. Reksadana dapat berupa Investment Companies dan Unit Investment Trust (Kontrak Investasi kolektif). Sementara, bank kustodian akan berperan dalam penyimpanan dana atau portofolio milik investor serta melakukan penyelesaian transaksi dan administrasi reksadana. Reksadana merupakan sarana investasi bagi investor untuk dapat berinvestasi ke berbagai instrumen investasi yang tersedia di pasar. Melalui reksadana, investor sudah tidak perlu repot mengelola portofolio investasinya sendiri (Eko Pratomo, 2005:39).
Reksadana menjadi jembatan bertemunya dua kebutuhan, yaitu kebutuhan investasi bagi investor untuk memenuhi kebutuhan masa depannya dan kebutuhan perusahaan atau pemerintah untuk mendapatkan dana bagi pembiayaan kegiatan ekonomi jangka panjang. Reksadana akan menciptakan permintaan (demand) dari sisi investor akan surat berharga sebagai instrumen investasi, sekaligus menciptakan supply (dari sisi perusahaan dan pemerintah) untuk menerbitkan surat-surat berharga, yang akan menjadi lahan investasi bagi investor. Selain itu, dengan adanya reksadana akan membuat pasar investasi lebih likuid. Instrumen investasi yang tersedia di pasar dapat lebih mudah ditransaksikan (mudah untuk dijual maupun dibeli) dengan harga yang wajar dan mekanisme yang transparan. Sebagai bagian dari industri investasi, reksadana akan
17
meningkatkan kredibilitas dan efisiensi pasar investasi (Eko Pratomo, 2005:43).
Reksadana syariah berasal dari kata reksa, yang berarti kelola atau pelihara, dana yang berarti uang dan syariah adalah aturan-aturan yang sesuai dengan Islam. Jadi reksadana syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal, dan selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi serta sesuai dengan ketentuan atau peraturan dan hukum yang telah ditetapkan pokok-pokoknya oleh Allah SWT (Ahmad Rodoni, 2009:79).
Reksadana di Amerika Serikat dikenal dengan istilah Mutual Fund, di Inggris dikenal dengan sebutan Unit Trust, dan di Jepang dikenal dengan istilah investment trust, sedangkan di Malaysia, reksadana dikenal sebagai Unit trust. Definisi yang diberikan Choong (1999) adalah, “unit trust is an investment scheme that pools from many investors who share similiar financial objective investment strategy and risk tolerance” (Ahmad Rodoni, 2009:80).
a. Pihak-pihak yang Terlibat
Menurut Ahmad Rodoni (2009:87), seorang calon investor yang akan menginvestasikan dananya pada salah satu Reksadana Terbuka umumnya akan menghadapi pihak-pihak yang terkait didalamnya yaitu: 1) Perusahaan Reksadana
Merupakan perseroan terbatas yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam dengan bertujuan untuk Reksadana yang akan
18
mengelola dan bertanggung jawab atas dana para pemegang saham Reksadana.
2) Manajer Investasi
Merupakan perseroan yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam sebagai manajer investasi dan minimum ada pegawainya yang telah memperoleh izin profesi dari Bapepam sebagai wakil manajer investasi. Perseroan ini mempunyai kontrak dengan perusahaan Reksadana untuk melaksanakan investasi kembali dana yang telah dihimpun. Kegiatan manajer investasi adalah manajemen portofolio (jual beli efek), analisa efek serta perdagangan (jual beli) efek dengan harga terbaik. Biasanya manajer investasi ini dirangkap oleh perusahaan Reksadana.
Menurut Eko Pratomo (2007:41), sebelum dapat menjual reksadana kepada investor, manajer investasi harus terlebih dahulu membentuk reksadana dengan membuat akta Kontrak Investasi Kolektif (KIK) bersama bank kustodian. Kemudian, menjalani proses pernyataan pendaftaran kepada Bapepam untuk mendapatkan pernyataan efektif, sehingga reksadana dapat dijual kepada investor.
Umumnya, manajer investasi bekerjasama dengan agen penjual (bank, perusahaan asuransi, atau pihak lainnya) untuk menawarkan dan menjual reksadana kepada investor. Dari dana yang terkumpul, manajer investasi akan melakukan pengelolaan investasi, sesuai
19
dengan kebijakan investasi yang telah ditentukan dalam KIK. Proses investasi yang dilakukan, antara lain:
- Melakukan analisis makro dan mikro
-Menentukan alokasi aset (distribusi penempatan pada efek pasar uang, efek utang atau efek saham)
- Menentukan alokasi sektor (distribusi jenis industri yang dipilih) - Menentukan pilihan emiten/pihak tempat berinvestasi
- Melaksanakan transaksi melalui bank atau pialang (broker) - Memonitor kinerja dan melakukan penyesuaian portofolio 3) Agen Penjualan
Agen penjualan inilah melaksanakan penjualan secara langsung kepada masyarakat pemodal melalui cabang-cabangnya atau sub-agensi lainnya. Transaksi jual-beli berlangsung dengan investor terjadi disini. Disinilah investor dapat meminta prospektus penawaran umum saham reksadana, agen penjualan ini biasanya dirangkap oleh manajer investasi.
4) Kustodian
Kustodian (custodian) merupakan institusi yang berfungsi untuk menyimpan dan mengamankan dokumen efek (surat berharga). Kustodian tidak terlibat didalam operasi sehari-hari yang berhubungan dengan keputusan investasi. Untuk menghindari terjadinya kolusi, maka kustodian tidak boleh berafiliasi dengan
20
manajer investasi. Kustodian umumnya adalah bank, yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam sebagai kustodian.
Kustodian melaksanakan perintah dari manajer investasi dalam transaksi jual-beli efek dalam hal pengeluaran dan pemasukan dana serta penyimpanan efek hasil pembelian yang dilakukan oleh manajer investasi. Jadi manajer investasi tidak menyimpan efek yang telah dibeli maupun uang yang dihimpun dari para pemegang saham reksadana. Praktek Kustodian di Indonesia dipercaya oleh Bapepam untuk menghitung NAB setiap hari, jadi tidak dilakukan oleh suatu institusi yang disebut trustee.
5) Transfer Agent
Fungsi dari transfer agent adalah melaksanakan registrasi dari pencatatan permintaan para pemegang saham reksadana mengenai pembelian dan penebusan serta membuat daftar para pemegang saham yang up-to-date. Fungsi ini di Indonesia, dipercayakan kepada kustodian.
b. Jenis-jenis Reksadana
Menurut Mohamad Heykal (2012:92), berdasarkan jenisnya reksadana dapat dibagi kepada tiga bagian yaitu:
1) Pembagian Reksadana Berdasarkan Bentuk Hukum a) Reksadana berbentuk perseroan
Reksadana berbentuk perseroan (PT Reksa Dana) merupakan suatu perusahaan (dalam hal ini perseroan terbatas) yang bergerak
21
pada pengelolaan portofolio investasi pada surat-surat berharga yang tersedia di pasar investasi. Dari kegiatan tersebut PT Reksa Dana akan memperoleh keuntungan dalam bentuk peningkatan nilai aset perusahaan (sekaligus nilai sahamnya), yang kemudian juga akan dapat dinikmati oleh para investor yang memiliki saham pada perusahaan tersebut.
b) Reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif (KIK)
Reksadana berbentuk KIK adalah kontrak yang dibuat antara manajer investasi dan bank kustodian yang juga mengikat pemegang unit penyertaan sebagai investor. Dengan begitu reksadana KIK bukan merupakan reksadana yang berbentuk badan hukum tersendiri. Melalui kontrak ini manajer investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio kolektif dan bank kustodian diberikan wewenang untuk melaksanakan investasi penitipan dan administrasi investasi kolektif. Fungsi dari kontrak investasi kolektif sama halnya dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dalam suatu perusahaan. Saat ini seluruh reksadana yang ada di Indonesia adalah reksadana berbentuk KIK.
2) Pembagian Reksadana Berdasarkan Sifat Operasional
Berdasarkan sifat operasionalnya, reksadana dapat dibedakan menjadi reksadana terbuka (open-end) dan reksadana tertutup ( close-end). Beberapa perbedaan keduanya dapat dijelaskan sebagai
22
berikut. Reksadana terbuka menjual sahamnya melalui penawaran umum untuk seterusnya dicatatkan pada Bursa Efek. Investor tidak dapat menjual kembali saham yang dimilikinya kepada reksadana melainkan kepada investor lain melalui pasar bursa dimana harga jual belinya ditentukan oleh mekanisme bursa. Penjualan saham tersebut dilakukan melalui manajer investasi.
Sementara itu, reksadana tertutup menjual saham atau unit penyertaannya secara terus menerus sepanjang ada investor yang membeli. Saham ini tidak perlu dicatatkan di Bursa Efek dan harganya ditentukan didasarkan atas Nilai Aktiva Bersih (NAB) /
Net Asset Value (NAV) per saham yang dihitung oleh Bank Kustodian.
Pada dasarnya reksadana berbentuk perseroan dapat beroperasi secara terbuka maupun tertutup, sedangkan reksadana berbentuk KIK hanya dapat beroperasi secara terbuka.
3) Pembagian Reksadana Berdasarkan Jenis Investasi
Berdasarkan jenis investasinya reksadana terbagi menjadi empat kategori, yaitu:
a) Reksadana Pasar Uang (Money Market Fund / MMF)
Reksadana pasar uang adalah reksadana yang melakukan investasi 100% pada efek pasar uang yaitu efek-efek utang yang berjangka kurang dari satu tahun. Umumnya, instrumen atau efek yang masuk dalam kategori ini meliputi deposito, SBI, obligasi,
23
serta efek utang lainnya dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Reksadana pasar uang merupakan reksadana dengan tingkat risiko paling rendah dan cocok untuk investor yang ingin menginvestasikan dananya dalam jangka pendek (kurang dari satu tahun).
b) Reksadana Pendapatan Tetap (Fixed Income Fund / FIF)
Reksadana pendapatan tetap merupakan reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat utang, seperti obligasi dan surat utang lainnya dan 20% dari dana yang dikelola dapat diinvestasikan pada instrumen lainnya. Reksadana jenis ini memiliki risiko relatif besar dari reksadana pasar uang dengan tujuan investasi untuk menghasilkan return yang stabil. Efek bersifat utang umumnya memberikan penghasilan dalam bentuk bunga, seperti deposito, SBI, obligasi dan instrumen lainnya. FIF yang terdapat di Indonesia lebih banyak memanfaatkan instrumen obligasi sebagai bagian terbesar investasinya.
c) Reksadana Saham (Equity Fund / EF)
Reksadana saham adalah reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat ekuitas (saham) dan 20% dari dana yang dikelola diinvestasikan pada instrumen lainnya. Reksadana jenis ini memiliki tingkat risiko yang paling tinggi dibandingkan
24
dengan jenis reksadana lain, tentunya juga memiliki return yang lebih tinggi. Berbeda dengan efek pendapatan tetap seperti deposito dan obligasi, dimana investor lebih berorientasi pada pendapatan bunga, efek saham umumnya memberikan potensi hasil yang lebih tinggi berupa capital gain melalui pertumbuhan harga-harga saham. Selain hasil dari capital gain, efek saham juga memberikan hasil lain berupa dividen.
d) Reksadana Campuran (Balance Fund / BF)
Reksadana campuran tidak memiliki batasan alokasi investasi yang boleh dilakukan. Reksadana campuran dapat melakukan investasinya baik pada efek utang maupun ekuitas dan porsi alokasi yang lebih fleksibel.
Perkembangan terakhir, Bapepam mengeluarkan aturan baru berkaitan dengan jenis-jenis reksadana yang sedikit berbeda dari reksadana yang selama ini beredar. Sekilas mengenai reksadana tersebut adalah sebagai berikut (Mohamad Heykal, 2012:96):
Reksadana Terproteksi (Capital Protected Fund)
Jenisnya reksadana pendapatan tetap, namun manajer investasi memberikan perlindungan terhadap investasi awal investor sehingga nilainya tidak berkurang saat jatuh tempo. Sebagian besar dana yang dikelola akan dimasukkan pada efek bersifat utang yang pada saat jatuh tempo sekurangnya dapat menutup nilai yang diproteksi.
25
Sisanya diinvestasikan kepada efek lain, sehingga investor masih punya peluang memperoleh peningkatan NAB (Nilai Aktiva Bersih). Reksadana dengan Penjaminan (Guaranted Fund)
Reksadana ini menjamin bahwa investor sekurangnya akan menerima sebesar nilai investasi awal pada saat jatuh tempo, sepanjang persyaratannya dipenuhi. Jaminan ini diberikan lembaga penjamin berdasarkan kontrak lembaga itu dengan manajer investasi dan bank kustodian (bank yang mewakili kepentingan investor untuk mengawasi ketaatan manajer investasi). Manajer investasi wajib menginvestasikan sekurang-kurangnya 80% dari efek bersifat utang yang masuk kategori layak investasi.
Reksadana Indeks
Portofolio reksadana terdiri atas efek-efek yang menjadi bagian dari indeks acuan. Manajer investasi wajib menginvestasikan minimal 80% dari NAB pada sekurangnya 80% efek yang menjadi bagian indeks acuan.
c. Keuntungan Reksadana Syariah
Menurut Mohamad Heykal (2012:97), pada dasarnya setiap kegiatan investasi mengandung dua unsur yaitu return (keuntungan) dan risiko. Berikut ini terdapat beberapa keuntungan dalam menginvestasikan melalui reksadana:
1) Tingkat likuiditas yang baik, yang dimaksud dengan likuiditas disini adalah kemampuan untuk mengelola uang masuk dan keluar dari
26
reksadana. Dalam hal ini yang paling sesuai adalah reksadana untuk saham-saham yang telah dicatatkan di Bursa dimana transaksi terjadi setiap hari, tidak seperti deposito berjangka atau sertifikat deposito periode tertentu. Selain itu pemodal dapat mencairkan kembali saham/unit penyertaan setiap saat sesuai dengan ketetapan yang dibuat masing-masing reksadana sehingga memudahkan investor untuk mengelola kasnya.
2) Manajer profesional, reksadana dikelola oleh manajer investasi yang handal, ia mencari peluang investasi yang paling baik untuk reksadana tersebut. Pada prinsipnya, manajer investasi bekerja keras untuk meneliti ribuan peluang investasi bagi pemegang saham/unit reksadana. Sedangkan pilihan investasi itu sendiri dipengaruhi oleh tujuan investasi dari reksadana tersebut.
3) Diversifikasi, adalah istilah dimana tidak menempatkan seluruh dana di dalam suatu satu peluang investasi, dengan maksud membagi risiko.
4) Biaya rendah, karena reksadana merupakan kumpulan dana dari banyak investor sehingga besarnya kemampuan melakukan investasi akan menghasilkan biaya transaksi yang murah.
Sedangkan manfaat yang diberikan Reksadana Syariah bagi pemerintah dan Bursa Efek yaitu sebagai berikut (Ahmad Rodoni, 2009:94):
27
1) Memobilisasi dana masyarakat, dimana reksadana (sebagai emiten) merupakan lahan yang tepat bagi investasi pemodal segala strata, baik besar maupun kecil. Investor-investor lembaga akan lebih percaya kepada manajer investasi yang mengelola reksadana.
2) Meningkatkan peranan swasta nasional dalam menghimpun dana masyarakat. Selama ini produk reksadana dikelola oleh manajer investasi asing, sehingga dikhawatirkan dapat menaikkan capital outflows yang berimplikasi pada mengguncangnya stabilitas neraca pembayaran (balance of payment).
3) Mendorong perdagangan surat-surat berharga di pasar modal Indonesia, sehingga dapat meningkatkan likuiditas bursa dan kapitalis pasar (market capitalization). Tingginya transaksi perdagangan efek di bursa akan menarik masuknya modal asing (capital inflows) sehingga makin menguatkan neraca pembayaran. 4) Dapat mengoreksi tingkat bunga, karena pergeseran dana dari bank
ke capital market.
d. Risiko Investasi pada Reksadana Syariah
Menurut Abdul Manan (2009:161), Bapepam menyebutkan beberapa risiko yang kemungkinan bisa terjadi apabila investor berinvestasi di reksadana, antara lain:
1) Risiko berkurangnya nilai unit penyertaan
Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari efek (saham, obligasi, dan surat-surat berharga lainnya) yang menjadi bagian dari
28
portofolio reksadana di bursa yang mengakibatkan menurunnya nilai unit penyertaan.
2) Risiko Likuiditas
Penjualan kembali (redemption) sebagian besar unit penyertaan oleh pemilik kepada manajer investasi secara bersamaan dapat menyulitkan manajer investasi menyediakan uang tunai bagi pembayaran tersebut.
3) Risiko Politik dan Ekonomi
Perubahan kebijakan di bidang politik dan ekonomi mempengaruhi kinerja perusahaan, tidak terkecuali perusahaan yang mempengaruhi efek yang termasuk dalam portofolio reksadana.
4) Risiko Wanprestasi
Risiko ini dapat timbul saat perubahan asuransi yang mengasuransi harta kekayaan reksadana tidak dapat membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti pihak-pihak terkait dengan reksadana yakni pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam, kebakaran serta kerusuhan yang mungkin dapat mempengaruhi penurunan NAB yang bersangkutan.
e. Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Menurut Ahmad Rodoni (2009:97), Nilai Aktiva Bersih atau Net Asset Value diperoleh dari hasil penjumlahan nilai seluruh portofolio yang terdiri dari:
29
- Uang kas
- Deposito
- Instrumen pasar uang lainnya - Obligasi
- Saham
- Instrumen pasar modal lainnya Yang ditambah dengan:
- Tagihan kepada Broker - Piutang dividen
- Piutang bunga - Dan piutang lainnya
Dan dikurangi dengan kewajiban yang terdiri dari:
- Pinjaman
- Kewajiban ke Broker
- Kewajiban atas fee Broker yang belum dibayar
- Kewajiban atas fee Kustodian yang belum dibayar, dan - Amortisasi biaya pendirian jika ada.
Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV) merupakan salah satu tolak ukur dalam memantau hasil portofolio reksadana. Net Asset Value (NAV) dapat diformulasikan sebagai berikut:
Keterangan:
NAVt = Nilai Aktiva Bersih pada periode t NAVt = ( MVAt – LIABt/NSOt )
30
MVAt = Total Nilai Pasar Aktiva pada priode t LIABt = Total Kewajiban Reksadana pada periode t NSOt = Jumlah unit penyertaan beredar pada periode t
2. Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 10/11/PBI/2008, Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya disebut sebagai SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) bagi bank syariah dijadikan sebagai alat instrumen investasi, sebagaimana Sertifikat Bank Indonesia (SBI) di bank konvensional.
Akad yang digunakan dalam SBIS adalah jualah, yaitu perjanjian atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu („iwadh/ju‟l) atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dalam suatu pekerjaan.
SBIS memiliki karakter sebagai berikut:
a. Satuan unit sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah);
b. Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan;
c. Diterbitkan tanpa warkat (scripless);
d. Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia; dan e. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
31
Bank Indonesia menetapkan dan memberikan imbalan atas SBIS yang diterbitkan. Bank Indonesia membayar imbalan atas SBIS milik BUS atau UUS pada saat SBIS jatuh tempo. SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia melalui mekanisme lelang. Pihak yang berhak mengikuti lelang adalah Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS atau UUS. Namun, BUS dan UUS baru dapat mengikuti lelang SBIS jika memenuhi persyaratan Financing to Deposit Ratio yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Terbitnya SBIS merupakan pengganti dari SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia). Setelah ketentuan SBIS berlaku, maka SWBI tidak lagi digunakan. Namun, untuk SWBI yang sudah terbit sebelum PBI No. 10/11/PBI/2008 diberlakukan, SWBI tetap berlaku dan tunduk pada ketentuan dalam PBI No. 6/7/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang SWBI sampai SWBI tersebut jatuh tempo. Penempatan dana dalam SWBI, sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sejak bulan April 2008 menjadi SBI Syariah. Jadi, secara otomatis bank-bank syariah yang telah menempatkan dananya pada SWBI berarti secara langsung telah menempatkan dananya pada instrumen Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).
3. Inflasi
Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada harga periode sebelumnya. Kenaikan harga
32
suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum naik. Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadinya hanya sesaat. Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan. Sebab dalam sebulan akan terlihat apakah kenaikan harga bersifat umum dan terus-menerus. Rentang waktu yang lebih panjang adalah triwulanan dan tahunan (Rahardja dan Manurung, 2004:155).
Menurut Adiwarman Karim (2008:135), secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya kenaikan nilai unit penghitungan moneter terhadap suatu komoditas. Sebaliknya, jika yang terjadi adalah
penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap
barang-barang/komoditas dan jasa didefinisikan sebagai deflasi (deflation).
Menurut Paul A. Samuelson, inflasi dapat digolongkan menurut tingkat keparahannya, yaitu sebagai berikut (Adiwarman Karim, 2008:137):
a. Moderate Inflation
Karakteristiknya adalah kenaikan tingkat harga yang lambat. Umumnya
disebut sebagai „inflasi satu digit‟. Pada tingkat inflasi seperti ini orang -orang masih mau untuk memegang uang dan menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang daripada dalam bentuk aset riil.
33
b. Galloping Inflation
Inflasi pada tingkat ini terjadi pada tingkatan 20% sampai dengan 200% per tahun. Pada tingkatan inflasi seperti ini orang hanya mau memegang uang seperlunya saja, sedangkan kekayaan disimpan dalam bentuk aset-aset riil. Orang akan menumpuk barang-barang, membeli rumah dan tanah. Pasar uang akan mengalami penyusutan dan pendanaan akan dialokasikan melalui cara-cara selain dari tingkat bunga serta orang tidak akan memberikan pinjaman kecuali dengan tingkat bunga yang amat tinggi. Banyak perekonomian yang mengalami tingkat inflasi
seperti ini tetap berhasil „selamat‟ walaupun sistem harganya berlaku
sangat buruk. Perekonomian seperti ini cenderung mengakibatkan terjadinya gangguan-gangguan besar pada perekonomian karena orang-orang akan cenderung mengirimkan dananya untuk berinvestasi di luar negeri daripada berinvestasi di dalam negeri (capital outflow).
c. Hyper Inflation
Inflasi jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi yaitu jutaan sampai triliunan persen per tahun. Walaupun sepertinya banyak pemerintahan yang perekonomiannya dapat bertahan menghadapi
galloping inflation, akan tetapi tidak pernah ada pemerintahan yang
dapat bertahan menghadapi inflasi jenis ketiga yang amat „mematikan‟
34
Menurut Sadono Sukirno (2006:333), berdasarkan kepada sumber atau penyebab kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk berikut:
a. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)
Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan ini akan menimbulkan inflasi. Inflasi tarikan permintaan juga dapat berlaku pada masa perang atau ketidakstabilan politik yang terus-menerus. Dalam masa seperti ini